Thursday, August 27, 2020

The Exile Diaries - Episode #09: Goa Pinus (Pujon)

Hutan pinus di lereng gunung

Sawah terasering seling menyeling

Pandangan menembus kota Malang

Hijau sungguh

Burung berkicau saling bercengkarama

Sejuknya angin gunung

Daun-daun pinus pun menari girang

Suara legiun angin

Begitu besar, begitu megah

Bak tentara yang berduyun-duyun

Mengatasi alam, memerintah langit

Di ujung cakrawala gunung

Malu ditutupi awan dan kabut

Sungguh mataku dimanjakan

Karya-Nya serba hijau

Jiwa yang mengering dalam tawanan rumah

Sekarang bisa lega dan terpuaskan

Rela kuhabiskan siang dan petang menikmati

Saat ini, kini, di sini

Dan Rohku berbisik

Kubersyukur Tuhan


26 Juli 2020

Sunday, August 23, 2020

The Exile Diaries - Episode #08: Tarian Sang Pena

Sumur yang ditutup, disulap jadi meja.  Sebuah buku terbaring terbuka dan pena siap menari di atasnya.  Di bawah bougenville merah muda, sang pena memulai langkahnya, menari.  Dance not to impress, but to express.  Bunga terompet kuning menatap curiga, ditiup sepoi angin malam.  Sang pena seakan tak peduli, ia terus saja asyik menari.  Rangkaian kata pun jadi hasilnya.  Bergoyang ke kiri, meliuk ke kanan, sesekali berputar, meloncat kecil.  Senyum mengiringi tiap langkahnya.  Di bawah terang lampion kuning, ia menyatu dengan dinginnya malam.

25 Juli 2020
Cafe De Koloniale - Kota Proklamator

Thursday, August 20, 2020

The Exile Diaries - Episode #07: Angel is so real

Mengapakah Engkau sebegitu baiknya padaku?

Sering ‘ku menyimpang dair jalan-Mu

Dosa acap kali kubuat, kuulangi

Bahkan dengan senang hati dan kesadaran penuh

Pesan-Mu tak ‘ku gubris

Dorongan Roh-Mu tak ‘ku indahkan

Orang-orang yang sayang padaku, kukecewakan

Keluarga, teman, sahabat, komunitas

Pelayanan, tugas, kerjaan

Semua kutinggal

 

Layaklah aku disebut Malin Kundang

Tapi Engkau tak pernah putus asa

Tak pernah putus harapan-Mu untukku

Kau setia menunggu

Dekatiku, tolongku, sapaku

Dengan cara yang ajaib

 

Kau utus malaikat-Mu dalam rupa manusia

Menemaniku, menunjukkan jalan, mengantarku berkeliling kota

Teringat akan kisah Tobit dan malaikat Rafael

Gua Maria Sendang Rejo, Gereja, rumah retret

Makam Bung Karno, makan di warung Kolak Roti

Bahkan mentraktirku

Parkir pun aku tak dibiarkan keluar uang

Sampai titik aku bertemu kembali dengan temanku

Semua ditemani

 

Hatiku meronta, menjerit

Tuhan, kenapa Engkau begitu mengasihi aku?

Apalah aku ini di hadapan-Mu?

 

Kota Proklamator, 23 Juli 2020

Monday, August 17, 2020

The Exile Diaries - Episode #06: Simfoni Hijau

Daun-daun bertumbukan

Angin berkunjung menyapa

Gemerisik daun

Seraya membisik suara alam

Simfoni hijau terbentuk

Celoteh burung, aliran sungai saling berpacu

Jeritan jangkrik, bisikan dedaunan

Berpadu sempurna

Kutemukan Engkau dalam segala


18 Juli 2020

Dirgahayu Negeriku

Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi
Empat setengah tahun dalam penyiksaan dan penuh derita
Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri
Akhirnya 75 tahun silam, teks proklamasi dikumandangkan
Founding father membacakan dengan tegas
Seluruh rakyat seantero negeri ikut mendengar
Radio jadi media lahirnya negara baru
Di planet ke empat dari matahari
Merah putih tegak berkibar
Tangan menghormat, menengadah
Kibarmu di langit akan kami jaga
Demi tumpah darah para pahlawan
Dirgahayu Republik Indonesia
 

Kuningan, 17 Agustus 2020

Saturday, August 15, 2020

Review : Hotel Filadelfia – Batu

 1.       Reception staf ramah banget, saat didatangi untuk ditanya, langsung sikapnya 100% sikap mendengar.  Really appreciate it!

2.       Benar-benar hotel sebenarnya (well.... I only sleep in hostel under 200K, what do I expect?), ha ha ha, ditempatkan di lantai 3 as I requested, cek balkonnya dulu sebelum ditinggal staf yang mengantar.  Interior kamar layaknya hotel ***.  Pemanas air (minum), lemari pakaian (dengan lampu otomatis menyala ketika pintu dibuka), mini freezer, TV (siaran lokal only) dan telepon.

3.       Balkonnya juara pemandangannya!  Dan semua balkon connecting sampai bagian dak yang sedang dibangun, karena work-on-progress, ada tiang-tiang yang menghalangi pemandangan.

Friday, August 14, 2020

The Exile Diaries - Episode #05: Hiu dan Buaya

Kau cengkeram kuat kemudi saat tunggangi motor
Aku persis di belakangmu
Pekerjaan temukan kita
Kehidupan dekatkan kita
Berbagi kisah
Jatuh bangun, pilu kecewa
Sakit, khianat, luka
Berbagi, melayani, mencinta dan dicinta
Canda, tawa, bahagia
Kulihat sesosok wanita
Di matanya tidak ada rasa takut

Sidoarso, 10 Juli 2020

(untuk seorang kawan lama di Sidoarjo)


Wednesday, August 12, 2020

Review: Villa Panderman Indah – Batu (Group Batuque)

 1.       Parkir luas baik mobil dan motor.

2.       Lokasi dekat Museum Angkut.

3.       Bangunan terbagi menjadi 2 bagian, bawah dan atas.  Saat saya datang, sedang dibangun bangunan yang menghubungkan ke dua bangunan tersebut.  Dormitory ada di lantai 2, gedung bawah.  Berisi 16 bunk bed (susun), tangga mudah dinaiki karena pendek-pendek.  Ketika naik tangga ke lantai 2, belok kanan arah pintu masuk dorm, saya disambut dengan pemandangan malam kota Malang.  Hamparan lampu berkilauan, bak permadani yang menyala.  Sunggu mempesona.  Pintu masuk dorm merupakan pintu geser yang tidak dapat dikunci.  Laci loker berukuran besar, geser, dilengkapi kunci manual, berada tepat di bawah ranjang.  Kasurnya tebal, sehingga untuk naik ke ranjang di lantai bawah dorm, butuh loncatan kecil.  Ada lampu di tiap bed, downlight tepat di tengah-tengah ranjang.  Colokan listrik juga tersedia.  Di sisi ranjang yang menempel dinding, terdapat space bisa digunakan untuk meletakkan barang.  Terdapat jendela di samping tiap bed.  Sayangnya jendel tidak dilengkapi tirai/kaca film, jadi pagi hari sinar matahari akan langsung menghujam ke tamu yang (mungkin) masih tertidur pulas.

4.       Kamar mandi hanya ada 2.  Air panas tentu ada.  Hanger banget, sukaaak deh.  Toilet juga ada 2, laki dan perempuan. Ada hanger yang banyak juga.  Di toilet perempuan, hangernya tidak ada, mungkin lepas.

5.       Gantungan handuk ada di luar kamar

6.       Sewaktu saya menginap rate-nya Rp 40.000,-malam (dormitory, kapasitas 16 orang).  Tapi saya sendirian di kamar itu, mendapat view kota Malang di malam hari yang memukau plus dapat breakfast (mie instan goreng + telur ceplok + sosis + kol)

Tuesday, August 11, 2020

The Exile Diaries - Episode #04: Tuhan Menemukanku dalam Segala

Perjalanan menuju Sidoarjo bermula dari ibukota Jawa Tengah, Semarang. Jalan tol yang kupilih agar cepat sampai tujuan, sekitar pk 19.00-an jalan, dengan laju 120-140 kpj. Sengaja tidak kumainkan Spotify agar bisa mendengar radio-radio lokal sepanjang perjalanan. Dangdut, campursari, keroncong, siaran boso jowo, dan lagu pop kekinian. Amat beragam. Tentunya sinyal radio punya keterbatasan jangkauan sehingga belum lama kunikmati 1 statiun radio, suaranya sudah ‘kresekan’ menjelang ‘hilang sinyal’, tanda perlu ganti siaran. Sampai suatau saat kutemukan stasiun yang memutar lagu enak, “wah asik nih”, pikirku. Lagu habis, penyiarpun masuk. Dia berbicara dengan bahasa daerah, ternyata bahasa Menado. Di akhir siaran, dia menyebut kata “Imanuel” bingung aku dibuatnya, apa maksudnya? Belakangan baru aku tahu bahwa nama itu adalah nama stasiun radionya. Setelah penyiar say good bye, iklan, lalu lagu pun dimainkan kembali, betapa terkejutnya aku saat yang diputar lagu pujian (rohani kristiani/praise & worship). Sontak aku berseru “Ebusettt !!!!” Tak kuasa air mata pun keluar membasahi ke dua bola mataku. Aku tidak mencari Engkau, namun Engkau yang menemukanku. Satu.

Di Sidoarjo, sewaktu nongkrong di warung kakak temanku, aku reserve beberapa hostel dan hotel di Malang dan Batu.  Tentunya yang low budget, under IDR 250K, pas Traveloka sedang menggelar diskon. 13-21 Juli, 8 hari (hanya 1 hari yang kosong), 6 penginapan yang aku book.  Hanya ada 1 hotel yang aku inapi 2 malam, itupun dengan room yang berbeda, lainnya hanya 1 malam, supaya banyak pengalaman dan ada bahan menulis.  4 hotel di Malang, 2 di Batu.  Dari 4 hotel pertama (di Malang), 3 hotel jarak dengan Gereja Katolik terdekat <500 meter.  Saat booking, aku tidak melihat posisi hostelnya letaknya di mana, dekat apa.  Sekali lagi, God finds me in all things.  Dua.

Tuhan seperti duduk di sana, hanya beberapa meter dariku, diam tanpa kata, memandangku dengan wajah-Nya yang lembut.  Senyum menyiratkan, “Yadi, ini Aku”

Usaha keluargaku adalah produksi sampul alkitab, dompet rosario, dan ragam dompet/tas dari kain bergambar rohani.  Jadi, dalam petualanganku ini, di tiap kota yang aku singgahi, tidak lupa aku mencari toko barang rohani nasrani (devotional shop/christian book shop).  Di Malang, ada toko buku dari penerbit yang sudah lama berdiri, Dioma.  Tokonya cukup luas, 2 lantai, lantai pertama mayoritas buku dan beberapa aksesoris rohani, lantai 2 patung dan lukisan.  Di lantai 1 terdapat section musik: CD dan kaset (iyess, Anda tidak salah baca, mereka masih menjual kaset yang dijual super murah).  Kulayangkan pandangan ke rak CD, dalam hati aku bergumam “Ada ngga ya album Panggilan Tuhan – Putut Pudyantoro/Mia Patria?”  Tiga detik kemudian mataku melihat dengan jelas CD dengan cover yang pernah kulihat di Youtube Mia Patria, Panggilan Tuhan. Oh God, lama sudah aku buru album ini.  Temanku yang ex-anggota Mia Patria pun pernah kutanyai tapi belum ada kabar baik darinya.  Tak kusangka aku menjumpainya di kota Malang.  Tuhan yang mengatur dan mengijinkan aku menemukan album ini. Tiga.

Kenapa album itu begitu berarti dan kucari-cari?  Sejak SMA aku mengenal lagu “Panggilan Tuhan” ciptaan (alm) Bapak L. Putut Pudyantoro.  Dikarenakan SMA-ku bergabung dengan Seminari (sekolah calon imam/pastor), maka dari mereka lah aku mengenal lagu ini.  Lagu ini merupakan lagu tentang “panggilan” ke hidup membiara (imam, suster, bruder – kaum berjubah).  Lagu itu dinyanyikan oleh paduan suara anak-anak seminari, yang notabene laki-laki semua.  Bila sedang ada acara/konser, dilengkapi dengan orchestra. 

Oh, betapa indah dan menggugah hati.  Sampai belasan tahun kemudian, aku baru tahu kalau lagu itu ternyata ciptaan (alm) Bapak L. Putut Pudyantoro; conductor, arranger, pencipta banyak lagu Katolik, founder paduan suara Mia Patria. Dan ada rekaman dari Mia Patria membawakan lagu ini. Wah! Versi aslinya, dibawakan oleh choir dari pembuat lagunya langsung.  Pasti soul-nya juga dapet.  Aku harus punya albumnya!

Finding God in all things = Menemukan tuhan dalam segala.  Salah satu ciri khas dari spiritualitas Ignatian.  Bermula dair Santo Ignatius dari Loyola yang menulis buku Latihan Rohani, setelah melewati banyak pergumulan, pencarian dan pertobatan; yang kemudian mendirikan ordo Serikat Jesus (SJ).

Pada umumnya, manusia menemukan Tuhan ketika berdoa, beribadah, membaca kitab suci, retret, dalam misa atau hal-hal berkaitan dengan ritual agama.  Menemukan Tuhan dalam segala, bisa menemukan Tuhan dalam keseharian, dalam hal-hal kecil.  Sedang mencuci piring, bermain dengan biantang peliharaan, melihat bintang, berbicara dengan suami/isteri, bermain dengan anak, berjumpa dengan tukang sayur, nongkrong dengan teman-teman, kutemukan Tuhan.

Kalau kita mau ada di sini, kini, saat ini; menyadari Tuhan ada di sekitar kita, bahkan dalam hati kita.  Itulah menemukan Tuhan dalam segala.

 

Malang - my first love city

22 Juli 2020


Sunday, August 9, 2020

Review: Palmyra Hostel

1.       Parkir luas

2.       Lokasi daerah Klojen, walking distance ke Cor Jesu, Puthu Lanang.

3.       Joglo di depan (area parkir) sangat nyaman untuk tempat nongkrong, merokok, makan atau sekedar menunggu (menunggu dia yang tak kunjung membalas Whatsapp #ehhh).

4.       Saya reservasi dari salah satu situs booking online, tapi nampaknya tidak sync di data hotel sehingga reception harus menghubungi atasannya dan meminta saya untuk menunjukkan voucher hotel padanya.

5.       Kamar dormitory terletak di lantai 4, baik male maupun female.  Tanpa lift, kita harus menaiki anak tangga untuk sampai ke lantai 4.  Untuk male maupun female, 1 kamar digabung semua bed-nya.  Bunk bed/ranjang susun yang terbuat dari rotan, dengan ke tiga sisi ranjang yang dilengkapi tirai.  Sayangnya tidak disediakan lampu dan gantungan baju di tiap bed.  Loker sangat kecil.  Menurut penuturan receptionist yang mengantar saya ke kamar, loker untuk menaruh barang-barang berharga seperti smartphone, kunci mobil, jam tangan.  Tas bisa ditaruh di ranjang, sebelahan pas tidur (what the ???).  Kamar mandi di gabung dengan toilet.  Kamar mandi cuma ada hanger bercabang 2 dan ada kamar mandi yang hangernya copot.  IMHO (In My Humble Opinion) sangat sulit mandi dengan kondisi hanger <4.  Coba dihitung kalau Anda mandi, bawa apa saja?  Handuk mandi, baju ganti, pakaian dalam baru, celana/bawahan ganti dan untuk gantung pakaian yang sedang dipakai.  Belum ditambah perlengkapan mandi.  Kenapa jadi bahas ini ya....

6.       Ada semacam cafe kecil di lantai 4, semua bangunannya dari rotan tapi tidak berfungsi, sangat disayangkan.  Depan dorm, ada pelataran terbuka yang biasa di taruh meja kayu bulat dan 4 kursi.  Di foto-foto yang ada di internet ataupun situs booking online, foto meja-meja ini menjadi daya tarik tersendiri.  Sayangnya ketika saya datang, semua meja dilipat.

Saturday, August 8, 2020

The Exile Diaries - Episode #03: Penantian

Sudah lama ku tak rasakan ini
Air mata saat memuji-Mu
Hati yang begitu bersuka, terharu, terenyuk, damai
Dalam satu waktu
Bersamaan
Tetes air mata yang lama kali tak mengalir di pipi
Ternyata, rindu aku merasakannya kembali
Perasaan di hati tak dapat terungkap oleh sang kata

Meski aku kadang jauh, kadang dekat
Kadang sering jalin komunikasi denganMu, tentunya aku banyak yang bicara
FirmanMu pun kubaca, kuteliti
Memuji-Mu, menyembah-Mu
Ada pula masa, aku tinggalkan-Mu
Doa hanya formalitas
Sebelum tidur dan waktu bangun
Hambar kuucap, tanpa penghayatan, tanpa rasa
Meski begitu, Engkau selalu ada
Selalu duduk dekatku, menunggu
Menanti anakMu yang durhaka ini
Setia menanti
Tidak pernah tidak
Sungguh Engkau panjang sabar
Tidak pernah satu detikpun Kau hilang harapan akanku
Memang Kau Bapa Yang Maharahim
Tangan-Mu siap terentang
Menanti
Memelukku bilamana ku sudah berpaling lagi

Lalu Kau peluk erat aku
Hangat, penuh kasih
Kau tepuk punggungku perlahan
Kau bisikkan dengan suara lembut
“Yang sudah,ya sudah
Tidak apa-apa.
Engkau aman bersama-Ku sekarang”

Semarang, 7 Juli 2020

Friday, August 7, 2020

Review: So! Boutique Hostel – Malang

1.       Parkir mobil, pintu masuknya di tikungan dan untuk masuk harus ekstra hati-hati karena ada tiang listrik persis di muka pintu.

2.       Staf reception sangat ramah, helpful dan ringan tangan.

3.       Common area: meja tinggi dengan 6 kursi dan area TV (bean bag & kursi kayu panjang) yang sangat digemari anak-anak muda untuk main game online, nongkrong dan merokok.

4.       Satu kamar berisi 16 bed (CMIIW), bunk bed, dormitory style, capsule type.  AC ada 2 unit, ada lampu di dalam tiap bed.

5.       Kamar mandi hanya ada 2 gantungan baju  di dalam cubicle kamar mandi.  Banyak tersedia gantungan baju di dinding area kamar mandi dan wastafel.

6.       Loker menggunakan kunci serupa jam tangan dengan RFID.  Kartu access ke kamar berbeda dengan loker.  Di pintu loker bagian depan terdapat hanger bercabang 2, biasa digunakan untuk menggantung handuk mandi.

7.       Di washtafel tidak disediakan sabun cuci tangan.  Dengan ukuran cukup besar, wastafel cukup leluasa untuk menaruh perlengkapan mandi (sabun muka, sikat gigi, dll).

8.       Ruangan toilet cukup sempit, yang menarik adalah pintunya karena pintu lipat, kuncinya kunci selot ke atas berada di tengah-tengah daun pintu.

9.       Hostel ini meski baru berusia 1 tahun-an tapi 2 hari-hari berturut-turut full booked.

10.     Lantai 1-nya adalah cafe.

Wednesday, August 5, 2020

The Exile Diaries - Episode #02: Destination Nowhere

Jika dunia sudah terbalik di depan matamu
Kau tidak tahu lagi mana benar, mana salah
Perasaan kalut, pikiran abstrak
Impian jadi kabur, bahkan hancur berkeping-keping
Tak tahu lagi harus apa
Melangkah kemana, kau pun ragu
Mungkin perjalanan menuju antah berantah yang kau perlu

Keluar dari cangkangmu
Temui alam ciptaan-Nya
Hijaunya sawah atau sedang kering
Gunung megah mungkin juga bukit hijau
Langit dan awan pasangannya, bisa juga mendung hujan
Tinggallkan saja semua
Ringankan kakimu, ambil langkah-langkah kecil
Tanpa perlu tau tujuan mau kemana
Yang penting, pergi

Terima cahaya Sang Surya
Di kulitmu yang pucat
Terbarkan senyum ke langit
Peluklah alam yang menyambutmu
Seakan mereka berbisik ke hatimu
“Percayalah, harapan masih ada”


Rest Area Tol Jakarta-Semarang
5 Juni 2020

Monday, August 3, 2020

Serukan Syukurmu

Lirik lagu
Serukan Syukurmu

Serukan rasa syukurmu
Bukan sekedar mulut yang bicara
Namun dari kedalaman hati
Membual ke ujung lidah
Itu yang berkenan padaNya

Reff 1
Temani aku Bapa
Tanpa-Mu, apalah aku
Tanpa-Mu, tak ada kekuatan
Tanpa-Mu, hampa

Reff 2
Berjalan bersamaku Bapa
Dengan-Mu, siapa lawanku?
Dengan-Mu, penuh rahmat
Dengan-Mu, damai

Review: Tidar Hotel - Malang

PLUS POINT

  1. Landscape yang naik turun, cottage dengan kamar mandi di bawah, pemandangan terasnya bikin ngga pengen pulang.  Lorong-lorong dengan kiri kanan batu alam di area cottage keren banget dan sangat instagrammable.
  2. Kolam-kolam penuh teratai di bagian bawah.
  3. Gazebo-gazebo kayu, meskipun tidak nampak kursi di situ.

KRITIK

  1. Lampu ada beberapa yang mati/kedap-kedip genit kaya buaya darat ☺
  2. Shower air panas, panasnya lamaaaa dan debit airnya kecil jadi agak susah mandinya.
  3. Internet susah login, landing page tidak muncul otomatis.  Sering ngga bisa connect ke jaringan yang ada.
  4. TV hanya disediakan channel lokal.
  5. Exhaust fan kamar mandi otomatis menyala dengan sakelar lampu, karena daerahnya dingin.  Ketika dimatikan, penutup fannya jatuh dan penutup belakang (yang ada di luar ruangan) sudah tidak ada.

Sunday, August 2, 2020

The Exile Diaries - Episode #01: Petualangan Dimulai

Mengendap-ngendap di tengah malam kumasukkan barang-barang ke dalam mobil. Koper kabin, tas olahraga, ransel, tas laptop, dan lainnya. Sepatu, sendal gunung, sendal jepit tidak lupa kutaruh di karpet tengah. Badanku berkeringat. Tegang.

Perlahan-lahan kugeser gerbang besi. Berat, runcing, baru saja di cat ulang. Minimalisir suara. Tak boleh ada 1 makhluk hidup pun yang notice akan kepergianku. Mobil segera ku keluarkan dan gerbang kembali kututup. Hati-hati. Kumajukan mobil sedikit, agar lebih jauh dari rumah. Baru kupanaskan mesinnya. Mitsubishi Expander Exceed A/T Silver Metalik, mari kita mulai petualangan ini!

14 Juli 2020

Saturday, August 1, 2020

Review: Kapal Garden Hotel – Malang

DORM

  1. Ruangan besar diisi 60 bed (bunk bed) dengan AC sentral.
  2. Loker berukuran cukup besar, namun pada malam hari, ada loker-loker yang gelap.
  3. Kamar mandi OK, bersih. Note: gantungan baju (hanger) hanya ada 1, sangat kurang yah IMHO (In My Humble Opinion).
  4. Tangga bunk bed agak sulit untuk dituruni.
  5. Dapat breakfast nasi box (sayangnya boxnya masih dari stereofoam), menunya: nasi goreng.  Biasanya biaya penginapan untuk bunk bed/dormitory exclude breakfast.


ROOM: Twin Bed (Bunk Bed)

  1. Saya ngga pernah lihat ada kamar hotel yang ranjangnya susun, so unique!
  2. Kompartemen/lemari, laci, tempat menaruh barang banyak, asli!
  3. Tangganya mudah dinaiki, nyaman, dan ada space untuk duduk/nongkrong untuk ngobrol dengan room mate di bawah.
  4. AC tidak menghadap ranjang langsung.  Point penting nih, ada beberapa orang yang tidak kuat kena angin AC langsung, seperti saya ☺
  5. Pintu kamar mandi ada karet penutup sehingga celah pintu dan kusennya tertutup sempurna, jadi hawa AC tidak masuk ke dalam kamar mandi.
  6. Tata ruangnya bagus, minimalis dengan ukuran kamar yang kecil dan memaksimalkan setiap space yang ada.  Saya suka dengan meja pojok untuk baca/menulis/buka laptop.  Namun, sayangnya lampu baca di meja pojok segitiga ini, ukurannya terlampu besar sehingga menghabiskan space dari meja yang sudah kecil.

FACILITY, SERVICES & OTHERS

  1. Rooftop resto.  Sayang sekali view dari lantai 3, kurang tinggi, sehingga pemandangan cakrawala kurang luas.  Suara adzan yang sangat surround, dari minimal 3 tempat yang berbeda dan karena tempat yang tinggi jadi lebih terdengar.
  2. Services. Ketika saya check-in, dilayani oleh Mas Husein yang sangat informatif, super ramah, murah senyum (tulus loh senyumnya, ngga terpaksa), communication skillnya superb.  Bintang lima deh buat service-nya.  Ternyata Mas Husein adalah seorang sales di hotel ini yang diperbantukan di Front Office.  Saya diantar untuk liat kamar lainnya, dijelaskan sejarah berdiri gedung dan hotelnya, kenapa bentuknya kapal, dll.  “Attitude is a little thing that makes a big difference” (Winston Churcill)

  3. Gym.  Sebenarnya ini bukan bagian dari hotel, tapi karena terletak persis bersebelahan dengan hotel, jadi saya ikut review.  Bangunan warna-warni dari kontainer yang sangat mencolok, persis berada di samping pintu masuk hotel, ternyata fitness center, dengan alat-alat yang cukup lengkap, terdiri dari 2 lantai dan di lantai 2 terdapat pojok untuk bersantai lengkap dengan jendela, sekedar beristirahat setelah mengangkat beban.  Lantai 1 ada ruangan cukup luas untuk kelas-kelas zumba, senam dan sejenisnya.  Biayanya pun relatif terjangkau dan ada untuk per kali datang (Rp 25.000,-saat tulisan ini dibuat), sangat cocok untuk tamu hotel yang ingin tetap fit dan tak meninggalkan kebiasaan olahraga selama menginap.

17 Agustus

  Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi Empat setengah tahun dalam siksa dan penuh derita Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri Akh...