Friday, July 31, 2020

Puisi Idul Adha

Darah tertumpah
Daging dibagi
Sholat dikumandangkan
Hari ini adalah kurban

Kasih itu pengorbanan
Dengan memberi, kita ada
Manusia untuk manusia lainnya
Apa yang sudah kau buat untuk saudaramu manusia?

Selamat hari Idul Adha

Kenapa Aku Suka Serikat Jesus?

Sewaktu pertama kali menginjakkan kaki di tanah Girisonta, sembari berdiri di tengah-tengah makam para Jesuit/Romo-romo Jesuit, aku berkhayal “Kalau tiba waktuku nanti, ingin aku disemayamkan di sini, bersama-sama dengan para anggota serikat.”

Sekolah Menengah Atas, itulah saat aku mengenal para Jesuit dan perlahan aku mulai mengidolakan mereka.

Ketika imanku masih mencari-cari, aku ditawarkan ikut Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) di gereja Blok Q (Paroki Santa Perawan Maria Ratu), di sana romo-romonya adalah Jesuit.  Dari sikap, pemikiran, tingkah laku, kata-kata mereka, membuat aku semakin menyukai Jesuit.  Padahal ini bukan parokiku.

Kembali ke jaman SMA, seorang guru Bahasa Indonesia memberi tugas untuk meresensi buku.  “Jangan novel-novel picisan yang kalian baca, coba sekali-sekali baca Anthony de Mello, xxx, yyy” seru Sang Guru dengan nada yang tinggi.  Anthony de Mello, apa itu?  Dengan rasa ingin tahu yang besar, aku sambangi perpustakaan sekolah dan menanyakan buku itu.  Doa Sang Katak #1 diberikan padaku.  Seekor katak sedang menengadah ke langit dengan dasar kolam dan langit biru, begitulah covernya.  Mulai aku membacanya.  Kata pengantarnya menulis “jangan membaca langsung semua buku ini, nanti manfaatnya kurang, tapi bacalah 1-2 cerita” kurang lebih seperti itu.  Aneh pikirku, kok baca buku diatur-atur.  Cerita-cerita pendek di dalam buku itu penuh arti dan permenungan.  Banyak cerita yang aku malah tak mengerti apa maksudnya.  Seperti menemukan mutiara, aku langsung menyukai buku itu dan memutuskan untuk meresensi buku itu.  Belum pernah aku baca buku semacam itu sebelumnya.

Terima kasih Bu Irma, yang mengenalkanku dengan karya Pater Anthony de Mello SJ.  Belasan tahun ke depan aku tahu ternyata beliau adalah seorang Jesuit dari India yang belajar berbagai macam ilmu, spiritualitas, agama, aliran kepercayaan, meditasi, kemudian meracik semuanya, membentuk spiritualitas Sadhana, yang berdasarkan iman Katolik.  Beliau mendirikan Pusat Studi Spiritualitas Sadhana di India kemudian mengundang para Jesuit dari seluruh provinsi di dunia untuk belajar.  Termasuk Indonesia.  Rp Alex Dirja SJ secara khusus diminta oleh Pater Toni karena ia belum punya murid dari Indonesia.   Romo Alex pernah menjadi adik kelas Pater Toni sewaktu di India.  Maka berangkatlah Romo Alex, sekembalinya di Indonesia Romo Alex mengajarkan apa-apa yang ia pelajari di sana, sampai sekarang.  Saya pernah beberapa kali ikut pengajarannya, sangat menarik.  Orangnya tenang, berwawasan luas, kaya pengalaman, humoris.  Sewaktu ikut rekoleksi, saya berkesempatan makan semeja dengan Romo Alex.  Kesempatan emas ini kugunakan untuk bertanya kenapa memilih Jesuit, bagaimana bisa belajar dengan Pater Anthony de Mello.  Mendapat jawaban dari narasumber sungguh memuaskan jiwaku.  Usia beliau sudah 80+, kacamata super tebal didtambah kaca pembesar untuk membaca.  Beliau juga pernah menjalani operasi mata.  Bahkan untuk misa, beliau harus menghafal bacaan Injil sebelumnya karena kesulitan membaca.

Jesuit itu ada di pinggir batas, tidak bisa di atur, sering melakukan hal yang berbeda/nyentrik dan berani ambil resiko.

Beberapa ciri khas spiritualitas Ignatian:

  1. Berusahakan menemukan Tuhan dalam segala (Finding God in all things)
  2. Melakukan discrement (pembedaan roh); bila dihadapkan dengan 2 pilihan: hitam dan putih, kita mudah memilih, pasti yg putih.  Namun bila pilihannya putih dan putih, mana yang kita akan ambil? Dengan pembedaan roh, melibatkan Tuhan, tidak sekedar pertimbangan logika namun pilihan mana yang makin mendekatkan kita dengan Tuhan.
  3. Agere contra: melakukan hal yang sebaliknya.
  4. Meneliti batin/refleksi harian Ignatian: hari ini tidak berlalu begitu saja dengan merefleksi peristiwa-peristiwa apa yang terjadi, puncak emosi, perasaan-perasaan apa yang saya alami hari ini, apakah saya lebih dekat dengan Tuhan atau sebaliknya.
  5. Ad Maoirem Dei Gloriam: Demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar.


31 Juli 2020
Pesta Santo Ignatius dari Loyola

Wednesday, July 29, 2020

Gaduh

Aku suka di keramaian
Hatiku yang sepi jadi tidak terasa lagi
Kegaduhan buat lupa semua
Walau hanya sesaat, tapi itu berarti buatku

Thursday, July 23, 2020

Puisi PSBB

Entah mengapa perasaan ini, rusak otak
Hantui pikirku
Di dalam bising lagu artis ibukota
Dadaku sesak
Tertekan
Ingin hentakkan rasa ! 
Oh, maskerku terlalu tebal

Friday, July 17, 2020

Aku Hanya Ingin Tidur

Jarum pendek sudah lewat jam 3
Hanya bunyi AC menemani kesendirianku
Mata terus kupejamkan
Namun tidur tak kunjung datang
Kantuk hanya sesekali berkunjung,
Menguap saja, sudah itu
Pikiran mulai meloncat-loncat layaknya monyet
Bagaimana esok hari ?
Bagaimana badanku bisa fit ?
Bagaimana kesehatanku kalau berhari-hari, terus menerus seperti ini ?
Aku hanya ingin tidur

Saturday, July 11, 2020

Ambillah dan Terimalah

“Ambillah Tuhan dan terimalah seluruh kemerdekaanku, ingatanku, pikiranku dan segenap kehendakku, segala kepunyaan dan milikku.
Engkaulah yang memberikan, pada-Mu Tuhan kukembalikan.
Semuanya milik-Mu, pergunakanlah sekehendak-Mu.
Berilah aku cinta dan rahmat-Mu, cukup itu bagiku.”
(Santo Ignatius dari Loyola, Latihan Rohani no 234)

Pernah aku menyanyikan teks doa ini di gereja ketika remaja, memang liriknya di-adaptasi menjadi lagu.  Ada di Puji Syukur, ada juga yang sering dinyanyikan ketika misa pernikahan, aransemen Bapak Onggo Lukito.  Dulu ketika menyanyikannya tidak terpikir mengenai artinya, merenungkan makna dari tiap kata dan kalimatnya.

Tahun 2018 aku mengambil sebuah kursus mengenai Spiritualitas Ignatian, katakanlah begitu, di gereja Theresia yang bertajuk Schooled by Spirit.  Di kursus ini dibahas mengenai karakteristik dan nilai dari Spiritualitas Ignatian, latihan rohani menurut St. Ignatius dari Loyola, buku-bukunya juga seputar itu dan autobiografi dari Santo Ignatius dari Loyola, ndilalah doa ini hampir selalu didoakan bersama di awal kelas. Di sinilah aku baru ngeh tentang doa ini.  WOW!!!  Ini doa penyerahan diri total kepada Sang Pencipta, persembahan hidup kepada Tuhan. 

Biasanya kalau kita berdoa, entah dengan ujud apapun: minta dilancarkan ujian, dimudahkan mendapat pekerjaan baru, diketemukan dengan jodoh yang seiman, menemukan panggilan hidup sesuai yang Tuhan mau, atau entah apapun; kita pasti memohon agar Tuhan mengabulkan permohonan kita, “Tuhan kabulkanlah doaku,” tapi di doa Ambillah dan Terimalah, baru aku kepikir bagaimana kalau Tuhan benar-benar mengabulkannya, wah... yakin ? Sudah siap belum ya ? Ha ha ha...

ps: Link lagu Ambillah dan Trimalah 

17 Agustus

  Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi Empat setengah tahun dalam siksa dan penuh derita Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri Akh...