Wednesday, October 13, 2010

Apa kata orang ?

Seorang ayah, putranya dan seekor keledai berjalan beriringan dari desa A menuju desa E. Ketika memasuki desa B, orang-orang bersungut-sungut dan berkata sinis, "Kasihan sekali anak laki-laki itu, pasti capai berjalan. Dasar ayah tidak tahu diri, kenapa dibiarkan anak kecil itu berjalan jauh, bukannya dinaikkan saja ke atas keledai." Karena itu, keluar dari desa B, si ayah mendudukkan anak laki-laki itu di atas keledai dan melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di desa C, di sepanjang jalan orang banyak menunjuk-nunjuk dan berkata, "Dasar anak tak tahu diri ! Pasti ayahnya capai sekali berjalan jauh. Anak tak tahu diuntung ! Bukannya ayahnya saja yang duduk di keledai." Merasa terusik, keluar dari desa C, si anak turun dan mempersilakan ayahnya naik ke atas keledai.
Tiba di desa D, orang-orang sekitar mereka memandang penuh iba dan berkata, "Wah ! Pasti keledainya kecapaian, beban yang ditanggung berat, seorang laki-laki dewasa. Mana perjalanannya jauh pula." Keluar dari desa D, ayah dan anak itu kemudian memanggul keledai tersebut dan melanjutkan perjalanan.

Mengena sekali cerita di atas jika kita mengingat-ingat kejadian yang terjadi dalam keseharian. Waktu kita sudah punya rencana akan suatu hal dan kemudian menjalankannya, ada saja orang yang berkomentar (entah komentar baik, atau komentar miring) atau bahkan berkata "kenapa kamu melakukan itu ? kenapa tidak begini begitu saja"

Pendapat orang lain

Banyak kepala makin banyak pendapat, banyak pandangan. Ada segi positif dan negatif dalam setiap hal. Dari cerita di awal, bisa ditangkap beberapa pesan, salah satunya: ayah dan anak itu tidak punya pendirian yang teguh; mudah terpengaruh omongan orang lain; atau punya keinginan tidak ingin dibicarakan jelek oleh orang lain. Tidak mau kalau tidak disukai atau disalahkan.

Kalau boleh diambil contoh ekstrim, Yesus Kristus pada masaNya, dengan segala mukjizat, kebijaksanaan dan kebaikannya, masih saja ada orang-orang (bukan hanya 1-2 orang) yang memfitnah, tidak suka, membenci, mencari-cari kesalahan Dia. Ini kita bicara seorang suci, Tuhan, coba kalau dibandingkan dengan diri kita yang hanya manusia.
Cape kan kalau kita punya rencana A, sudah kita pikirkan matang-matang, sedang asik-asik mengeksekusi rencana itu tiba-tiba ada teman yang bilang, "lebih baik pakai cara B, jangan cara A, karena XYZ". Ninggalin A, pindah ke B, sayang A-nya sudah dikerjakan. Gak pindah ke B, dianggap tidak menghargai teman.

Bukannya tidak boleh mendengarkan pendapat orang lain atau terlalu saklek dengan pendapat sendiri, tapi coba milikilah prinsip yang kuat, punya argumen-argumen yang dapat dipertanggungjawabkan dalam memilih dan melakukan suatu tindakan apa pun. Bagaimana pun juga, orang lain yang memberi pendapat/kritik itu peduli dengan kita. Kalau tidak peduli, ngapain cape-cape ngomong, pasti lebih memilih diam masa bodo. Semua ide yang masuk seyogyanya ditampung kemudian di-filter. Dipilih-pilih, dibandingkan, mana yang lebih baik, apakah bisa memperbaiki pendapat kita pribadi. Dan yang terakhir, jangan terlalu dipikirkan apa kata orang, kita sendiri yang jalani hidup ini.

Doa

Tuhan tolonglah
HambaMu yang mengaduh
Datanglah dan jamahlah
Aku tidak mau menderita begini
Enyahkan semua pikiran, perasaan dan sakit
Dalam namaMu Tuhan
Aku pasrahkan diriku padaMu
Tuhan Allah, sang penyembuh ilahi

twitching

Sekujur tubuh ini kaget !
Kaget ! Tersentak kaget !
Tiba-tiba saja bergerak
Tidak terkontrol
Cukup mengganggu keseharianku

Cemas, takut atau khawatir
Tubuh jiwa dan roh
Tiga hal itu belum jadi satu
Diriku belum utuh
Penyakitku bukanlah penyakit fisik
Berasal dari pikiran
Atau perasaan yang tak sewajarnya

Pikiran kacau, perasaan galau
Sampai menyingkir dari kenyataan
Menghindar dari tanggung jawab
Pikiran menguasai tubuh

Monday, August 30, 2010

Nafas alam

Rumput terhampar bagai permadani
Sejauh mata memandang
Pohon berlomba menjadi siapa yang paling tinggi
Di kejauhan air mengalir deras
Suara yang menentramkan hati
Burung menambah harmoni dengan kicau
Rasakanlah aroma alam
Rasakan pula kesejukan alam
Dingin. Sejuk. Segar
Berbagai warna gradasi hijau kau temui
Bercampur warna warni kembang bunga
Rasakan setiap detik alam yang bernafas
Hirup kesegaran alami
Penuhi jiwa dengan ketenangan

Oleh-oleh dari Cibodas, 21 Agustus 2010

Wednesday, August 18, 2010

Hujan

Air terus menetes di luar jendela kamar Emil. Langit berwarna kelabu, tak ada sinar mentari yang menempel ke tanah. Emil tetap menatap keluar jendela kamarnya. Pandangan matanya kosong. Mulutnya sedikit terbuka. Air liur mengalir dari ujung bibirnya. "Emil sayang ayo mandi dulu," seorang perawat perempuan masuk ke kamar Emil. Ia mengenakan seragam perawat rumah sakit berwarna putih.

Emil, seorang bocah lelaki berusia 11 tahun, pengidap cacat mental yang ditinggalkan begitu saja di depan Panti Asuhan Kasih Sejati. Petugas panti menemukan seonggok tubuh lemah nan mungil itu di depan pintu depan panti ketika hendak menyapu teras. Banyak memang cerita demikian di panti. Anak ditinggal begitu saja.

Perawat tadi memegang lengan kanan Emil dan menuntunnya ke kamar mandi. Tiap hari Emil dimandikan 2x, jam 8.30 dan 16.30. Ketika mandi Emil banyak tersenyum. Tampaknya ia suka sekali dengan air, sama besarnya dengan kesukaannya menatap hujan.

"Nah.. sudah mandi kan seger. Ayo sekarang suster lap dulu ya," ujar perawat sambil menyeka badan Emil dengan handuk mandi berwarna coklat terang. Emil menggerakkan kepalanya, seperti ia ingin tetap dalam keadaan basah. "Harus dikeringin.. nanti kalau gak dikeringin, kamu bisa masuk angin. Kan Emil gak mau masuk angin, ya kan ?" Seolah mengerti, kepalanya sudah tak digerakkan lagi. Sesudah dipakaikan kaos biru mudah dan celana pendek hitam, Emil membelai-belai lengan perawat, begitu cara dia mengucapkan terima kasih. "Sama-sama Emil," jawab perawat perlahan. Emil langsung berjalan menuju kamarnya dan kembali duduk di kursi dekat jendela, kembali pada kegiatannya semula, memandang keluar jendela.

Hujan sudah reda. Sontak Emil menjerit, melengking tinggi dan sangat keras. Segera 3 perawat datang ke kamarnya dengan tergopoh-gopoh. Salah satu perawat segera mendekapnya tanpa berkata apa-apa. Dua yang lain berdiri di dekanya sambil tersenyum. Setelah Emil tenang, mereka bertiga keluar.

"Anak itu tiap kali hujan berhenti, pasti menjerit," kata salah satu perawat.
"Mungkin hujan mengingatkan dia pada peristiwa yang menyedihkan," kata perawat lain.
"Ya, mungkin saja," ujar yang lain.

Tuesday, August 17, 2010

Pena dan cappucino

Terduduk di sofa hitam empuk.
Menyeruput cappucino yang masih mengepul.
Mengerutkan dahi, berpikir.
Pena digoyang-goyangkan, cari inspirasi.
Kertas putih yang akan menjadi tulisan.
Puisi atau serangkai kata-kata.
Penggugah rasa, mengena di hati.

Terdengar lagu tahun 80-an yang melekat di hati. Tembang dari grup band legendaris Queen, Somebody to Love. Sesaat terkenang perjumpaan dengan Lea, gadis manis dengan kulit coklat dan rambut panjangnya. Duduk berdekatan waktu pelesir ke Pulau Dewata. Sengaja bayar lebih untuk mendapat kursi sebelah jendela untuk menikmati gelombang awan di pagi hari, tak disangka teman seperjalanan adalah sesosok wanita yang ... menarik. Satu jam yang penuh kenangan.

Buru-buru kukembalikan pikiran pada kertas yang masih polos di hadapan. Gawat, pikirku. Kurang dari 24 jam naskah harus sudah di-email ke redaksi. Kesempatan tiap minggu mengisi kolom puisi di surat kabar lokal tidak boleh dianggap sepele. Walau honor tidak seberapa, tapi bagus untuk portfolio, sekalian menjadi selingan dalam menyelesaikan naskah novel yang sudah setengah tahun kukerjakan.

Kembali kuketuk-ketukkan pena silver pemberian teman SMA-ku waktu aku diterima jadi penulis tetap di sebuah majalah. "Pake pena yang mahalan dikit, biar tulisan lu bermutu tinggi." Aku ingat betul komentarnya saat ia berikan kotak beludru hitam kepadaku.

5 menit. 10 menit. 30 menit. Celaka kenapa jadi buntu begini. Kenapa juga aku tunda-tunda membuat tulisan, bukan dari hari Senin saja. Oh iya, hari Senin si Bryan mengajakku berkuda bersama teman-teman elite-nya. Heran, mereka berbicara bisnis milyaran rupiah seperti membicarakan teriknya matahari di warung kopi saja. Aku cuma bisa tersenyum meringis saja. Besoknya aku panas 2 hari. Mungkin karena menahan kesal terlalu dalam.

Gawat, pikiran melantur lagi. Ayo !! Kembali, segera kembali !!

"Ke Bali mau liburan ?" kalimat pertama yang kulontarkan pada Lea, yang menjadi awal percakapan kami. "Oh.. bukan, mengunjungi teman... ia baru melahirkan." Lalu akupun memperkenalkan diriku sendiri dan segera memberi sapaan-sapaan hangat berikutnya.
"Jadi kamu penulis ?"
"Iya, semacam itu."
Obrolan mengalir dengan sendirinya. Ringan. Tak banyak wanita yang selepas itu ketika perjumpaan dengan lawan jenisnya untuk pertama kalinya.

Saat kumasuk coffee shop, di luar udara agak lembab tanpa sinar matahari. Sekarang jendela besar di sampingku sudah berembun, di luar hujan deras, AC dalam ruangan dingin pula. Tapi aku tak merasa kedinginan sedikit pun, tak percuma kuliah 3 tahun di New Jersey. Entah kena angin apa tiba-tiba Paman Bill, kakak dari ibuku, kontan meneleponku hendak menyekolahkan aku kesana. Masa rejeki ditolak ? Walau bahasa Inggrisnku nge-pas, kupaksakan berangkat kesana. Enam semester belajar ekonomi dan bisnis, pulang-pulang tetap saja keinginan jadi penulis tak terbantahkana. Beruntung ayah ibuku tak mengekangku harus kerja apa.

"Kewajiban utama seorang laki-laki dalam hidupnya adalah mencari nafkah untuk dirinya." Aku jadi ingat tulisan Mario Puzo dalam The Last Don.

Duakk !! Lamunanku buayar.
"Sudah ibu bilang, jangan lari-lari ! Dasar nakal !" Tak jauh dari tempatku duduk, seorang wanita dengan blazer biru tua membantu anaknya berdiri. Walau sudah jatuh, tampak ceria sekali anak kecil itu. Usianya pasti tidak lebih dari 6 tahun.

Mungkin aku tulis saja puisi tentang anak kecil. Hmm.. rasanya kurang..
Tiba-tiba ide itu muncul begitu saja, bak petir menyambar, sekelebat gambar itu muncul. Wajah tak terlupakan. Lea.

Langsung kugerakkan pena di atas kertas sepertinya ia menulis sendiri, pena itu dengan enteng menulis baris demi baris puisinya. Enam menit kemudian baru aku bisa meletakkan punggung pada sofa dengan nyaman. Nafas terasa enteng. Kuangkat buku notesku, kubaca kembali puisi itu.
Bagus. Tanpa cela. Pasti mengena.

Kuseruput habis cappucino yang sudah tidak panas lagi itu, lalu kuletakkan kembali cangkir besar putih yang berat itu ke piring kecilnya. Hujan sudah berhenti. Kujentikkan jari, tanda sukses di hari itu. Kulap bibirku dengan tisu daur ulang berwarna coklat muda. Hari yang sempurna, pikirku.

Sebersit pikiran datang menghampiri. Heii... aku tidak punya kenalan yang bernama Lea. Waktu aku ke Bali tahun lalu sebelahku adalah sepasang suami istri dari Eropa Timur yang bahkan bahasanya pun tak kumengerti. Sepanjang perjalanan aku sibuk mengisi TTS dari 3 koran yang berbeda yang aku beli di airport. Lalu siapa Lea ?
...
...
...

Tak usah dipikirkan siapa dia. Pembacaku toh juga tidak akan menanyakannya. Yang penting puisinya bagus dan mengena di hati.
Aku berdiri. Kumasukkan notes ke dalam tas kecilku. Lalu melangkah keluar dari coffee shop.

Jakarta, 11 Ags 2010. 02:35

Belenggu Pintu Cinta

(OST Belenggu Pintu Cinta)

Demi cinta suciku pada dirimu kasih
'Kan kuhapuskan lukaku yang telah kau lukai

Maafkanlah diriku
Mengorbankan cintamu
Ku salah dan ku tertipu mataku sendiri

Reff.
Belenggu pintu cinta
Kini telah terbuka
Kembalikan harapan yang t'lah kita tinggalkan
Jangan hentikan lagi langkahku dalam kalbu
Tetapkanlah bersatu selamanya
Berjanjilah ...

Takkan lagi dikejar
Jauh dulu disana
Walau kita terpisah takkan pernah berubah

Kebenaran yang nyata
Kebenaran abadi
Walaupun kita ingkari
Takkan pernah berubah ...

Reff (3x)

Penginapan Pintu Naga

(OST. Penginapan Pintu Naga)

Hidup yang penuh rintangan
Tercurah bak derasnya hujan
Mengapa kita harus jumpa
Bila tak tahu akan ke mana

Rindu pun menjadi buntu
Namun selalu
Menerpaku
Tak tentu rasa hati ini
Asmara yang melandaku kini

Reff.
Ku tak rela 'tuk selalu menanti ... (ku tak rela)
Ku tak rela 'tuk selalu merindu
Semua jadi tak menentu
Suka dan duka datang silih berganti

Ku tak rela 'tuk selalu menunggu ... (menunggu)
Ku tak rela 'tuk selalu terpaku
Ku takut hati kan beku
Namun asmara tak henti-hentinya menggoda jiwa

Reff

Tuesday, June 1, 2010

birthday surprise party

Kepulanganku disambut muka tak terduga
Kejutan berbuah senyuman
Hiburan di hari bahagia
Momen tak terlupakan
Terima kasih teman

Monday, March 22, 2010

Jangan Pernah "Menghakimi" Orang Sebelum Anda Mengenakan Sepatunya

Mungkin tanpa sadar Anda pernah mencibir rekan kerja Anda,"Ih, mau cari muka di depan Bos, biar keliatan sibuk," saat melihat dia lembur nyaris tiap hari di kantor. Atau mencelanya, "Makanya, kerja yang bener. Kalo emang gak becus dan gak kepake, pecat saja sekalian, Pak..!" waktu dia didamprat Bos karena dinilai pekerjaannya tidak becus.

Seorang rekan saya pernah mengatakan sebuah idiom, "Don't judge people before you step on their shoes." Idiom ini memiliki arti yang sangat luas.Seringkali kita mencibir atau menilai orang hanya dari apa yang tampak. Tapi apa pernah kiita mencoba untuk mendalami penyebabnya?

Tiga tahun yang lalu, saya bekerja di sebuah pabrik garmen di Bandung. Posisi saya waktu itu adalah Follow Up Supervisor. Dengan pengalaman 7 tahun di sana, rasanya saya pernah menghadapi dan melewati begitu banyak masalah.

Satu waktu, ada seorang rekan kerja - sebut saja Hendri - yang juga punya posisi seperti saya. Dia hanya memegang 1 Buyer dengan 5 orang asisten. Dan nyaris setiap hari pulang larut malam. Bahkan Sabtu - di mana kami hanya kerja dari pukul 8 hingga 13.30 - dia dan para timnya masih kerja hingga larut malam. Padahal tim lain yang pegang lebih dari 3 Buyer, bisa pulang on-time setiap hari.

Tentu saja timnya selalu menjadi sorotan Manajemen dan selalu menjadi TOP OF THE TOP ISSUE. Kos lembur stafnya (& listrik) terlalu tinggi. Dalam setiap kesempatan, Pimpinan selalu mengeluhkan cara kerja timnya, "Saya tidak ngerti dengan cara kerja Tim Hendri. Cuman pegang 1 Buyer, tapi lembur terus. Apa kalian tidak bisa kerja lebih efisien?"

Saya segera menemukan jawabannya ketika Pimpinan meminta saya membantu Hendri. Saat itu saya berpikir sanggup memperbaiki kinerja Hendri, agar prestasi Hendri bisa lebih baik di mata Managemen. Rupanya, pendapat saya keliru.

Segera setelah memegang order Hendri, saya menyadari kalau Buyer yang dipegang Hendri bukan Buyer "biasa". Deadline delivery Buyer memang 3 bulan, seperti yang lain. Tapi detil informasi yang diberikan sering terlambat. Biasanya 1 bulan setelah confirm order. Kadang2 di tengah jalan, ada beberapa informasi yang diubah Buyer, yang membuat kami harus mengulangi proses proofing lagi. Akibatnya waktu menjadi semakin sempit.

Saya pernah protes pada Buyer dan Pimpinan soal ini. Tapi Pimpinan selalu membela Buyer. Selidik punya selidik, saya akhirnya tahu kalo Buyer yang dipegang Hendri adalah project presticious Owner perusahaan. Jadi apapun yang terjadi, kita tidak boleh membuat Buyer "kecewa". Kalau Buyer terlambat (apalagi salah), apapun yang terjadi, kita tidak boleh terlambat dan salah.

Dan untuk "meng-cover" keterlambatan Buyer, kami harus jadi korban. Planning kami selalu berantakan. Belum lagi kalau ada rapat2 internal... wah, bisa lebih berantakan lagi schedule kami. Saya sering menolak ikutan rapat karena ngejar deadline gawean. Akibatnya, saya di-"black list" Pimpinan dan gak pernah diajak meeting lagi.

Lebih parah, Buyer mengutus Agen mereka untuk datang minimal 2X seminggu ke kantor mengecek order. Bagi saya ini beban, karena mereka senantiasa merecoki kami dengan pertanyaan dan permintaan2 yang harus kami lakukan saat itu juga. Tidak perduli kami sedang sibuk apa, kalo mereka sudah minta, itu harus ada saat itu juga. Agen ini tidak datang 1-2 jam, tapi bisa sampai tengah malam (kadang pernah 5 hari full, ketika Buyer mau datang berkunjung). Dan jika sudah demikian, kami terpaksa meninggalkan pekerjaan rutin kami demi mereka.

Mata saya terbuka dan menyadari, betapa frustrasinya Hendri. Dengan pola kerja demikian, mana mungkin dia bisa kerja efisien, terfokus, dan bisa pulang awal? Bagaimana kami bisa kerja dengan baik jika sistem kerjanya membela kepentingan Buyer, dan mengorbankan kami? Nyaris setiap hari kami harus lembur sampai lebih dari jam 21.00. Beberapa kali malah pernah pulang subuh antara jam 01.00 - 03.00. Terakhir, saat ada masalah pengiriman bulan Oktober tahun lalu, kami malah pernah kerja 24 jam NONSTOP TANPA TIDUR.

Tiga tahun bekerja dengan tim Hendri, kehidupan saya sontak jungkir-balik. Penyakit2 yang tidak pernah saya alami sebelumnya (vertigo, bell's palsy, disorientation, nerve breakdown, dll) menyerang bergantian. Prestasi saya menurun drastis. Saya merasakan kelelahan, frustrasi, dan depresi yang luar biasa. Keluarga saya pun nyaris berantakan karena saya jarang di rumah. Tidak hanya saya, tapi beberapa asisten kami pun mengalami hal yang sama. Kala itu, dua orang mengundurkan diri karena tidak tahan. Harusnya 3 orang, tapi yang satu ditahan "mati-matian", sehingga tidak jadi keluar.

Saat itu, diam-diam saya mengacungi jempol pada Hendri. Dia punya "anger management" dan kontrol diri yang luar biasa. Jika tidak, tentu dia sudah gila dengan kondisi kerja yang demikian.

Saat ini saya memang sudah tidak bekerja di perusahaan itu. Tapi pengalaman itu mengajarkan saya untuk tidak langsung menghakimi orang lain hanya karena melihat apa yang tampak. Saya mencoba belajar melihat masalah dari perspektif dirinya. Dengan demikian, saya tahu apa yang menjadi bebannya, sehingga tidak akan mencelanya di depan umum. Saya sudah melakukannya beberapa kali di perusahaan baru. Dan seringkali saya "amaze" melihat asisten saya mampu menyelesaikan masalah mereka lebih baik dari yang saya duga. Hanya saja, hasilnya tidak selalu "happy ending" seperti yang diharapkan semua orang. Tapi itulah hasil yang "the best they can do". Belum tentu kita mendapatkan hasil yang lebih baik jika kita sendiri yang melakukannya.

Mudah-mudahan berguna.

Friday, March 19, 2010

Awan

Gumpalan-gumpalan putih
Terang benderang pantulkan
Cahaya sang surya
Bagai lautan es antartika
Tidak teratur tapi menghanyutkan
Menggunung-gunung dan bergelombang
Bergerak perlahan
Ke mana angin meniup
Kecil dan besar
Tipis dan tebal
Kelabu dan putih
Dirimu menggantung di langit

4 maret 2010, langit Jakarta - Surabaya

Mobil & Wanita

Aku mencintai mobilku
Karena aku suka menyetir
Ku juga kenal betul mobilku
Tidak hanya tahu menekan pedal gas
Dalam-dalam sampai mesinnya meraung
Tiap orang bisa melakukan itu
Tetapi aku tahu betul kapan harus membejek
Melepas dan menekan dengan halus pedal gas
Laju mobil yang kuharapkan sesuai
Dengan irama kedua kakiku yang bermain
Dengan hati tenang dan pikiran yang lurus
Terkadang emosi menguasai jiwa
Kakiku pun tak terkontrol
Liukan-liukan maut kutempuh
Tak kenal bahaya
Tak peduli maut mengancam
Adrenalin yang menguasai
Jantung berdegup kencang
Darah merahku mengalir deras
Laksana oli yang melumasi rongga mesin

Aku mencintai wanita
Sebagai lelaki sudah kodratnya begitu
Mereka begitu indah
Aku memerlukan keindahan itu
Menyatu menjadi kesatuan yang tak terceraikan lagi
Walau badai silih berganti dalam hidupku

Aku tahu mobilku bermasalah
Tanpa harus bertanya kepada montir ulung
Tiap kali ku-starter, ia akan menjerit
Jikalau ada problem
Sama seperti wanita
Ketika sudah mengenal dengan baik
Engkau tidak perlu mendengar keluhan
Keluar dari mulutnya
Cukup mendengarkan saja
Tarikan nafas yang tak semestinya
Merasakan apa yang kau rasa ketika dekatnya
Rasakan denyut jantung
Kekhawatiran juga kecemasannya
Dari bola matanya yang jujur
Tak perlu lagi kata-kata dan bahasa

Mobil sama saja dengan wanita
Ketika kau cukup mengerti dan mengenal dia dengan baik
Cukup didengar dan dirasa
Lalu perbuatlah apa yang hatimu katakan

bising KOTA

Klakson mikrolet di sudut gang
Derung gas motor di jalan raya
Decit rem mobil di persimpangan
Gelegar mesin diesel bus kota

Obrolan santai di kedai kopi
Percakapan serius di ruang rapat
Celoteh anak gaul di smoking area
Tawa riang menemani di rumah makan

Air mengalir ke dalam kloset
Piring makan saling beradu dalam tempat cuci
Gonggongan anjing di rumah sebelah
Kucing berantem di loteng rumah

Suara. Bising. Berisik.
Desibel. Frekuensi. Amplitudo.
Jalan raya. Tempat umum. Rumah.
Kota metropolitan.

Sejenak pejamkan mata
Tenangkan pikiran
Cobalah nafas teratur
Dengarkan segala suara itu

Jangan kau tolak
Jangan berkomentar
Cukup dengarkan
Kenali suara-suara itu

Pikirkan
Dengarkan
Rasakan

Sadarilah semua bunyi itu

hijau

Sekelebat binatang primata hitam
Melompat berpindah dahan
Suara alam yang tenang
Terkoyak seketika !
Dengar bunyi dahan yang dipijaknya
Ekornya panjang menjuntai
Tampak terganggu dengan kawanan
Manusia kota yang sedang berwisata
Sampai ia berpindah lagi
Tak kelihatan jejaknya

Kicau burung pegunungan di kejauhan
Gemerisik daun tersapu semilir angin
Aliran sungai tampak juga
Alam memainkan harmoninya
Komposisi hijau nan tenang
Tanpa kepalsuan dan bunyi rekaan
Serangga menjadi pendengar setia
Manusia kadang mendengar
Banyak yang merusak

Desing tawon melesat di telinga
Sempat kekhawatiran hinggap di hati
Tapi... ia tak maksud jahat
Buat apa mengusir dan menyerangnya
Ia hanya terbang, mencari makan
Guna menambah panjang kehidupan

Hanya manusia yang membunuh
Demi kepuasan
Ya... makhluk yang serupa dengan penciptanya
Punya akal budi, hati nurani dan jiwa

Bak biji tanaman yang jatuh ke atas tanah
Tergantung tanah dan keadaan sekitarnya
Bagaimana tanaman itu akan tumbuh

Terasa kaki kiriku geli
Ada yang merayap
Mungkin ia terganggu dengan kehadiranku
Insting binatang adalah untuk bertahan hidup
Manusia sebagai kasta tertinggi
Baiknya bersahabat dengan alam

Mengambil tidak lupa memberi
Ambil seperlunya bukan eksploitasi

13 maret 2010, cibodas

Topeng

Tapi buka dulu topengmu
Buka dulu topengmu
Biar ku lihat warnamu
Kan kulihat warnamu

Sepenggal bait dari syair lagu yang sempat booming di awal tahun 2000-an, dipopulerkan oleh band kenamaan Peterpan, judulnya singkat "Topeng"

Seorang kawan yang pelukis memiliki kegemaran melukis di kanvas dalam ukuran yang besar. Lebih kurang 1,5 x 1,5 meter, bisa lebih besar dari itu. Ciri khas dalam tiap lukisannya adalah selalu ada topeng dan bunga kamboja. Beberapa lukisannya, yang masih tertata rapi di rumahnya, pernah ia tunjukkan padaku.
Di setiap lukisan bertokoh manusia, pasti manusia itu mengenakan topeng. Rasa penasaran yang begitu meluap akhirnya tersalurkan ketika aku bertanya "Mengapa selalu ada topeng ?"

Lebih kurang penuturannya seperti ini, manusia ketika ia keluar dari rumahnya ia menggunakan 'topeng', sebut saja topeng A. Ketika sampai di kantor, ia pakai topeng B. Ketika pulang, mampir ke rumah ibadahnya maka topeng C yang dikenakannya. Kembali ke rumah, topeng D ia pakai.

Manusia pada umumnya, seolah-olah sedang menjalankan aturan permainan dari sebuah, atau beberapa permainan dengan pola tingkah laku tertentu, yang dalam artikel ini disebut dengan topeng.
Mungkin sekali kita tak bermaksud untuk memakainya, atau bahkan tak sadar bahwa kita bertopeng.
Topeng merupakan tembok yang memisahkan kita dari orang lain, sekaligus berfungsi sebagai perisai yang mencegah orang lain untuk lebih mendekati kita.

Di balik topeng itu, kita menyembunyikan diri di dalam dunia kita yang kecil, terpisah dari yang lain.

Jangan bertanya mengapa kita bertopeng ! Tapi sadarilah kita sering memakai topeng ketika menghadapi orang lain. Konsekuensi dari bertopeng sunggu besar bagi kehidupan kita dan relasi kita.

Tuesday, March 2, 2010

Jakarta bukan tempat sampah

Theme song Go Green Campaign

(dinyanyikan dengan menggunakan irama "Nidji - Laskar Pelangi")

sampah adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
buanglah dia pada tempatnya
jangan engkau sembarangan

reff.
jakarta bukanlah tempat sampah
jangan engkau mengotori dia
sadarkah kau akan pengaruhnya
tempat kita tinggal dan mencinta

hidup di alam dunia
harus bisa menjaga dan merawat
jangan engkau mengambilnya
demi keuntunganmu saja

Tired spirit

Cape loch kalau apa pun rencana kita, pemikiran kita, tiap tindakan kita SELALU dipertanyakan oleh orang lain. Bahkan cenderung dipersalahkan. Akan lebih cape kalau orang-orang itu adalah orang yang terdekat, keluarga inti kita. Kemaren gw baru nonton film 3 Idiots di Blitz Megaplex (Pacific Place). Gw inget betul adegan di mana seorang bayi laki-laki lahir, orang tua & keluarganya langsung men-stempel-kan masa depan dia. "Kamu akan jadi insinyur". Tak seorang un menanyakan "apa yang kamu mau". Pada proses perkuliahan, si anak mendapat tekanan yang sangat hebat. Kuliah engineer yang berat, perlombaan untuk menjadi no.1, belum ditambah problem remaja dan keluarga yang dialaminya. Bakat dan minat dia adalah fotografi. Tapi si ayah mengharuskan dia menjadi insinyur.

Can you imagine it ? Hmm...oo sorry, perhaps you had the same experience ^^

Kita inginkan A, keluarga kita inginkan kita jadi B karena alasan X, Y, Z. Teman-teman kita bilang bagusnya kita jadi C. So... what should you choose ?

Memang benar hidup adalah pilihan. Tapi gw tersadarkan dengan tulisan awal pada buku Catch the Spirit yang ditulis oleh Agus Budiman terbitan Tifa Publishing House
Kita melupakan mimpi kita yang dulu membuat jiwa kita bergairah dan mata kita penuh cahaya harap. Sementara kita hidup dikelilingi oleh orang-orang yang gagal. Orang-orang yang tidak merealisasikan mimpi mereka.Mereka, orang-orang yang tak percaya

One big question from me ? What do you want ?
Pernah gak merenungkan, memikirkan masa depan lu ? Lu mau jadi apa, mau membina keluarga dengan siapa, tinggal di mana, anaknya berapa, nanti mau kerja atau usaha atau bahkan jadi biarawan/biarawati ?

Yes, life is a choice. Think about it !

Sebagai penutup, lirik lagu berikut sangat memberi inspirasi dan memotivasi loch... enjoy it

Lirik J-Rocks - Spirit

Takkan pernah lelah ku berlari
lewati semua rintangan yang menghalangi langkahku
dan membatasi mimpi-mimpiku

Ku takkan menyerah
meski lelah jiwa ‘tuk hadapi
Sampai mati ‘ku takkan berhenti

Setiap detik yang t’lah berlalu
Takkan pernah menunggu kita ‘tuk bisa pahami hidup
dan sesali semua yang t’lah lalu

Hadapi saja jangan kau ragu ‘tuk jalani hidup ini

Just spread all of your wings
And always chase your dreams
Leave all the pain and make our life begin
And when it seems to be hard to live in our ways
But we must go on and always struggling
To make all of our dreams come true

[solo]

Just spread all of your wings
And always chase your dreams
Leave all the pain and make our life begin
And when it seems to be hard to live in our ways
But we must go on and always struggling
To make all of our dreams come true

Just spread all of your wings
And always chase your dreams
Leave all the pain and make our life begin
And when it seems to be hard to live in our ways
But we must go on and always struggling
To make all of our dreams come true

To make our dream comes true!

special thanks to: lirik lagu indonesia

Wednesday, February 17, 2010

Resignation Info

Dear Partners,

Pleased be informed that I will no longer working at PT. Datacaraka Solusindo (Winning-Soft). My last service for Winning-Soft will be on Thursday, February 25, 2010. As well as my previous job will be handled by Mr. Bong Defendy. Kindly contact he at defendy@winning-soft.com .

Working for Winning-Soft and meeting you has been a wonderful experience. I have grown in many ways while working with you all,

and will always treasure the opportunities of having cooperation with you. However, this is not the end of our friendship. See you on the next cooperation.

I’d love to stay in touch, so please feel free to contact me at mintujuh@gmail.com.

I wish you all the best in your future.

Warmest Regards,

Suryadi Halim
Marketing Manager

PT. DATACARAKA SOLUSINDO
Jl. Hayam Wuruk 4N Lt.2
Jakarta 10120

(P) 021 351 8963
(F)
021 351 8963

Nookie: Nasi Uduk Kasih Ibu

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya
Menyinari dunia


Naskah sebuah lagu yang penuh makna ini mendasariku untuk menuliskan sebuah ide atas peluang usaha baruku. Nasi Uduk Kasih Ibu, itulah brand name-nya.
Jadi begini ceritanya, dini hari ini aku bertandang ke rumah tetanggaku guna menyaksikan pertandingan Liga Champion Milan vs MU pk 02.45 di RCTI. Sebagai Milanisti yang setia dan fanatik pembenci MU, jelas tayangan kali ini tidak boleh dilewatkan. Dengan penuh semangat kupergi ke rumah tetangga dengan berbekal beberapa penganan untuk pengisi perut selama pertandingan. Terlambat 10 menit ternyata sudah 1 gol diperoleh Milan, Ronaldinho pada menit ke 3 sudah berhasil mengoyak gawang MU. Tapi sayang, skor akhir 2-3 utk kemenangan MU.
Dalam tengah pertandingan, aku dan temanku terlibat percakapan yang menyangkut tentang usaha makanan, yaitu nasi uduk. Temanku berujar bahwa salah seorang temannya ada keinginan membuka tempat makan, kemudian ketika aku berkata ada keinginan membuka usaha makanan, ia mengusulkan nasi uduk.
Sontak teringat ibu seorang sahabatku yang pernah bercerita tentang pengalaman dia diajarkan memasak nasi uduk oleh tetangganya. Rasanya enak tenan, ujar ibu sahabatku itu. Pikiranku langsung konsentrasi ke membuka warung nasi uduk.
Ditambah, ibu sahabatku itu dulu pernah usaha Chinese Restaurant yang berakhir dengan tidak baik, tetapi beberapa peralatannya masih ada di rumah dia. Seperti etalase kaca besar, piring-piring saji, sendok garpu dalam jumlah banyak, gelas sampai wine glass. Peralatan, pengalaman, resep sudah ada, pikirku. Tinggal diramu sedikit, jadilah usaha nasi uduk yang baik.

Mengapa Kasih Ibu? Yah karena ibu dari sahabatku yang memulai cerita ini. Aku malah berencana untuk mengajak ibuku yang sangat keibuan itu untuk bekerja sama dengan ibu sahabatku dalam mengelola usaha ini. Baru rencana sih...

Marketing Mix-nya adalah sebagai berikut:
PRODUCT
nasi uduk homemade

PLACE
1. di rumah sahabatku, bilangan Pasar Minggu
Pros: Reduce cost
Cons: Pasar yang disasar tidak flexible

atau
2. sewa tempat di daerah Pejaten Barat
Pros: ramai dikunjungi orang, bisa menyasar segmen yang tepat
Cons: cost tinggi

PRICE
- Menyesuaikan dengan harga sajian makan siang di daerah sekitar
(berlaku di kedua opsi tempat)

PROMOTION
Tidak mengandalkan orang datang dan beli, tapi jemput bola.
-Menu catering makan siang (kantor)
-Menu catering harian (ke rumah)
-Free delivery utk lokasi tertentu
-Soft launching (misal 3 hari pertama): makan sepuasnya, bayar semaunya --> berlaku makan di tempat.
- Dari hari ke 4-hari ke 7: bayar 1 porsi, gratis 1 porsi (buy 1 get 1) utk makan di tempat

BRANDING STRATEGY
Nookie --> dibaca: NUKI = Nasi Uduk Kasih Ibu
Menyasar Target Market anak muda dengan branding NOOKIE yang kelihatan stylish dan berjiwa muda. Makna dari brand ini adalah penghargaan terhadap ibu yang mengasihi anaknya tanpa batas DAN menghargai cita rasa tradisional. Jadi selain family oriented, juga nasionalis. Orang makan disini bukan hanya karena harga murah dan rasanya enak saja, tapi makan nasi uduk di NOOKIE karena menghargai ibu dan mencintai cita rasa asli Indonesia.

Monday, February 15, 2010

Tanpamu #2

tanpamu, hari tetap indah

cerah, penuh arti


tanpamu, aku tetap melihat dunia

utuh, penuh


tanpamu, tak hanya bersenandung tapi bernyanyi

riang gembira


tanpamu, tetap ada mimpi

tujuan hidupku


tanpamu, aku terus berkarya

melangkah maju


tanpamu, aku terus hidup

bahagia


tapi tanpa-Nya, aku pasti mati

hampa, menderita


karena aku bukan milikmu tapi milik-Nya.


(ditulis oleh: Sisca)

Tanpamu

tanpamu, hari ini tak berasa

tak berarti, sepi


tanpamu,ku tak melihat dunia

merana, sunyi


tanpamu, ku tak bisa bersenandung

sedih, menangis


tanpamu, ku tak bisa bermimpi

melamun, kosong


tanpamu, ku tak bisa berkarya

bebal, bodoh


(ditulis oleh: Adji)

FUROSHIKI

The Japan Foundation akan memperkenalkan FUROSHIKI- kain pembungkus segala benda- dalam acara ;

EPIF (Eco- Product International Fair) 4 - 7 Maret 2010

di Assembly Hall, Jakarta Convention Center (JCC)

Jl. Jend. Gatot Subroto – Jakarta Selatan

Workshop: GRATIS +mendapatkan furoshiki dari Jepang


Pemateri :

Pakar furoshiki dari Jepang : Hiroko Handa, Satoko Ozaki, Shizue Murata.

l Hall JF, gd. Sumitmas I lt. 2, Jl. Jend.Sudirman kav.61-62 Jakarta Selatan.

Kamis, 4/3/2010 dan Jumat, 5/3/2010

(untuk guru-khusus UNDANGAN )

Sesi 1 : Pk. 10:00-11:30

Sesi 2 : Pk. 14:00 - 15:30

l JCC main stage, Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta 10270

Sabtu, 6/3/2010 ( untuk UMUM )

Syarat peserta : siswa SMA ke atas

Sesi 1 : Pk. 11:15 - 12:45 ( 60 peserta )

Sesi 2 : Pk. 14:15 - 15:45 ( 60 peserta )

Minggu, 7/3/2010 ( untuk UMUM )

Syarat peserta : siswa SMA ke atas

Sesi 1 : Pk. 14:15 - 15:45 ( 60 peserta )

Tanda peserta dapat diperoleh GRATIS

mulai Senin, 15 Februari 2010

pk. 10:00-12:00 dan pk. 14:00-16:00 (Senin-Jumat/hari kerja) . Setiap peserta dapat juga mendaftarkan maksimum 2 (dua) peserta lainnya. Pendaftaran akan ditutup jika jumlah peserta telah mencapai kuota. Silakan datang langsung ke tempat pendaftaran :

Kantor the Japan Foundation, Jakarta

Gd. Summitmas I lt. 3

Jl. Jend. Sudirman kav.61-62

Jakarta Selatan

(Hanya melayani pendaftaran LANGSUNG, peserta yang sudah mendaftar tidak diperbolehkan pindah jadwal)


Pameran

Terbuka untuk UMUM & GRATIS

Booth AS57B, Assembly Hall – Jakarta Convention Center

Kamis 4/3/2010 11:00 - 21:00

Jumat 5/3/2010 10:00 - 21:00

Sabtu 6/3/2010 10:00 - 21:00

Minggu 7/3/2010 10:00 - 20:00

Apakah FUROSHIKI ?

Furoshiki adalah kain berbentuk segi empat dengan beragam warna dan corak yang kerap digunakan untuk mengemas, menjinjing dan menyimpan barang-barang. Kerap digunakan sebagai pembungkus hadiah, dibentangkan di lantai sebagai alas lantai atau pun sekedar menjadi dekorasi ruangan.

Awalnya furoshiki digunakan di rumah pemandian umum -pusat berkumpulnya masyarakat kalangan biasa – sebagai kain pembuntal pakaian dan perlengkapan mandi mereka yang pergi membersihkan diri di tahun 1600-an. Selanjutnya, penggunaan furoshiki sebagai kain pembuntal cepat tersebar seiring dengan meningkatnya aktifitas masyarakat di masa tersebut.

Pada perkembangan berikutnya, Furoshiki juga digunakan saat pesta pernikahan sebagai pembuntal seserahan. Kain yang digunakan umumnya bermotif burung bangau, kipas, pohon cemara dan ombak yang dipercaya akan membawa berkah dan kebahagiaan bagi penggunanya.

Belakangan ini pengunaan furoshiki untuk membuntal barang bawaan kembali dihidupkan sebagai gerakan untuk menjaga lingkungan sekaligus pengkajian kembali budaya tradisional Jepang. Sejumlah cara penggunaan yang inovatif pun bermunculan. Furoshiki menjadi lebih digemari dan semakin sering digunakan misalnya sebagai tas, sebagai pembungkus kado dan dekorasi interior.

Hal yang terpenting dari furoshiki ini adalah konsep ‘penggunaan’ yang berulang. Furoshiki tidak untuk digunakan sekali pakai. Menggunakan furoshiki juga berarti mengurangi penggunaan materi baru untuk pengemasan sekaligus mengurangi pengunaan kemasan yang berlebihan. Sebagai tambahan para penggunanya juga memberikan kontribusi bagi penghematan sumber energi.

Tuesday, February 9, 2010

Business Sharing Experience

Bermula ketika kampus saya mengadakan lomba bertajuk Business Plan Competition di bawah naungan CfE (Centre for Entrepreneurship) Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Gejolak dalam hati tak tertahan, segera saya mencari kawan untuk ikut serta dalam lomba yang baru pertama kali digelar itu. Membuat business plan (bizplan), anggota kelompok maksimal 3 orang. Satu orang yang saya sounding , sebutlah si C, ia langsung mengiyakan ajakanku tanpa banyak bertanya.

Seorang sahabat yang dependable, friendly, talkative, aktif organisasi, berjiwa pengusaha. Seluruh kriteria yang saya butuhkan dalam mencari partner bisnis ada di dalam diri C.

Singkat cerita kami membuat bizplan. Bisnis yang saya angkat pada waktu itu adalah Production House dengan brand X-Mood Production. Branding X-Mood adalah sekumpulan eksekutif muda (dibaca: eks-mud --> x-mood) yang kreatif dan berjiwa muda. Dari sekian puluh peserta yang diseleksi, kami lolos ke 10 besar. Senang campur bingung. Penjurian tahap ini adalah presentasi. Tim lain beranggotakan 3 orang, hanya kami yang berdua. Aku pada waktu itu belum menemukan orang ke-3 dan hanya berdua aku pikir sudah efektif dan efisien.

Di presentasi kami tidak tampil dengan maksimal. Kurang persiapan, apalagi kami berdua tidak ada yang kuat di dalam bidang finance (baca: hitung-hitungan). X-Mood Production berhenti sampai disini.

Tiga besar yang masuk babak akhir adalah bisnis IT Solution, majalah kampus digital dan free, clothing. Pemenangnya adalah bisnis IT Solution, X-Soft. Aku ingat betul waktu penjurian akhir, open presentation di depan para juri dan audience. Presentasi X-Soft yang dibawakan oleh saudara WP, HD dan satu orang temannya memberi inspirasi padaku. Dari sinilah timbul keinginan membuat hal yang serupa.

Inilah cikal bakal dari Winning-Soft (PT. Datacaraka Solusindo). Kudekati teman paling cerdas di angkatanku, sebutlah E. Waktu lulus ia mahasiswa berprestasi #2 di kampus, betapa beruntungnya aku mendapatkan E sebagai seorang partner bukan kompetitor.

Dalam waktu singkat E mengumpulkan tim yang terdiri dari D, Yu, W, G, A dan Yn. Yang disebut terakhir disebut-sebut sebagai salah satu dewa coding di kampus. Dia adalah salah satu dedengkot dari Fave Club, software house yang dibentuk di bawah naungan BNCC.

Lupa tanggal persisnya, sekitar Juli 2005 di foodcourt kampus Angrek, kami membentuk tim dan atas usul E, disepakati bernama Winning-Soft (WS). Project demi project kami terima dan kerjakan. Sampailah di penghujung kuliah. G dan A tidak melanjutkan perjalanan bersama dengan kami. Mereka memilih untuk bekerja di perusahaan lain. Sisa 6 orang sepakat meneruskan dan men-serius-kan WS. Kami cari ruko, mengurus ijin PT ke notaris dan surat-surat lainnya. Akhirnya PT. Datacaraka Solusindo resmi berdiri pada tanggal, bertempat Hayam Wuruk, bilangan Harmoni.

Sampai sekarang bisnis terus berkembang, portfolio makin bertambah, customer yang kami layani pun beraneka ragam. Dari banking, home industry, manufacture, hospital, international school sampai bakery. Syukurlah menjelang akhir tahun 2009 banyak peluang dan tawaran kerja sama yang datang menghampiri. Kira-kira itu sepenggal kisah pengalaman dari bisnis yang kami geluti. Semoga bisa memberi inspirasi bagi Anda.

Tuesday, January 26, 2010

Jakarta BUKAN tempat sampah

Semua orang yang makan bangku sekolah pastinya tahu bahwa membuang sampah ya di tempat sampah. Bukannya di kali, di jalanan, di kolong meja, di tangga penyebrangan, di trotoar dan di meja kantor temannya. Rite ?
Tapi kenapa banyak sekali sampah yang tidak pada tempatnya di Jakarta tercinta ini ?
Jawabnya: KESADARAN.

Kalau orang mau menyadari bahwa tindakan membuang sampah itu salah dan berusaha untuk menghentikan tindakan merugikan itu, maka ke depannya akan lebih baik.

"Gw tau buang sampah di tempat sampah, tapi di daerah sini gak ada tempat sampah"
Oh ya ?? Just FYI, sejak SD gw mengantongi sampah yang gw produksi di kantong celana gw. Dan ketika jam istirahat, baru isi kantong itu gw buang di tempat sampah.

"Duh ujan.. Banjir deh… macet, becek, gak ada ojeekkk" My Q is whose fault ? Banjir di Jakarta tampaknya sudah langganan, bahkan Pemda DKI menggelontorkan uang yang tidak sedikit utk pembangunan Kanal Timur dll. TAPI itu semua gak ada gunanya kalau orang-2 yang bekerja, bermukim dan ada di Jakarta tetep buang sampah sembarangan.

Hey ! What's wrong with you ??
Apa sich susahnya membuang sampah itu ?? Coba jawab ??

Yang sudah gw lakukan adalah:
Memungut sampah orang lain dan membuang pada tempatnya
Coba deh perhatikan, tiap kali anda selesai nonton bioskop. Jangan langsung pulang, tapi perhatikan bangku-2 sekitar, jangan liat cewe cantik ato cowo gantengnya. Hitung berapa banyak bangku yang ada sampahnya. Di Cinema XXI tiap kali sudah selesai pemutaran filmnya.
Sudah menjadi kebiasaan, tiap kali nonton film di bioskop, gw akan menunggu sampai semua penonton keluar, kemudian para staff akan datang utk memunguti dan membersihkan tempat itu, gw akan berjalan dengan santai ke arah pintu keluar SAMBIL memungut sampah yang bisa gw ambil dengan kedua tangan gw ini. Kardus pop corn, botol plastik bekas minuman, potongan tiket nonton bioskop. Segera setelah menemukan tempat sampah terdekat, gw buang semua itu. Kadang gw masukkan ke dalam tong sampah yang dibawa oleh pegawai bioskop.
Apa yg gw rasakan setelah melakukan itu ? Gw bangga, bisa disiplin. Bisa buang sampah pada tempatnya, bisa memberi contoh pada tiap orang yang ngeliat perilaku gw, bisa membuat orang lain sadar akan kesalahan mereka dalam membuang sampah sembarangan.

Taukah Anda bahwa tumpukan sampah di Pulo Gebang itu bisa mendatangkan mobil Jaguar bagi pengelola nya ? Taukah Anda berapa harga 1 (satu) buah gelas plastik bekas air mineral ?

Sampah memang meresahkan dan jorok, TAPI jika kita bersahabat dengan mereka, mereka akan mendatangkan uang bagi kita.

Mengutip Michael Jackson-Heal the World

Heal The World
Make It A Better Place
For You And For Me
And The Entire Human Race
There Are People Dying
If You Care Enough
For The Living
Make A Better Place
For You And For Me


Thanks to azlyrics

Kampanye Go Green

Go Green memiliki fokus di "Recycle, Replace, Reduce"

Recycle means menggunakan kembali sampah. Seperti:
  • Origami: lembar-lembar majalah yang sudah tidak dibaca dijadikan tempat sampah (origami) *gambar*

Replace means menggantikan benda / alat yang biasa kita pakai dengan yang lebih hemat energi/ramah linkungan. Contoh:
  • Tiap pagi ke kantor/sekolah naik kendaraan pribadi (mobil atau motor) diubah menjadi:
Nebeng sama temen komplek yang searah ATAU
Naik kendaraan umum (walau transportasi massal di DKI Jakarta belum berkualitas baik, tapi setidaknya mari kita mengurangi polusi udara di Jakarta ini)



Reduce means mengurangi jumlah sampah. Contoh:

Biasanya kalau ke WC umum (cth: toilet cinema XXI), kita ambil tisu sampai 4-5 lembar. Kurangilah menjadi 1 lembar. Ingat ! Tisu itu terbuat dari kayu, kayu itu dari pohon, pohon itu sudah jarang di muka bumi. Kalimantan yang jumlah hutannya terbilang yang paling luas di dunia saja sudah banyak pembakaran hutan. DAN bayangkan sampah yang dihasilkan oleh 3-4 lembar tisu itu (ambil selisihnya), mau dikemanain ?

Mengutip DJ Trax FM: "Which one do you prefer ? Earth in peace OR Earth in PIECES. You decide, you ACT !!"

*to be conclude*

Saturday, January 23, 2010

Jiwa Raga Rasa

Duduk gontai di kursi beroda
Menenggak minuman isotonik manis
Mendengar seruan adzan di kejauhan
Lelah, penat dan keringat bercampur
Lagu keroncong menemani sore itu
Nafas perlahan kembali normal
Hidup pun terasa tenang
Jiwa, raga, rasa dikuasai

Kain sahabat

Berusaha meniti dengan cermat
Merajut benang-benang pertemanan
Berharap menjadi kain persahabatan
Yang kuat, lembut dan tahan lama

Teringat tumpukan kaos sahabat
Yang usang dan sudah terkoyak
Bertransformasi jadi kain kasar
Tak layak pakai juga berlubang

17 Agustus

  Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi Empat setengah tahun dalam siksa dan penuh derita Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri Akh...