Thursday, March 26, 2020

Jalanku bukan JalanMu

Tak pernah kumengerti jalanMu
RencanaMu dalam hidupku, tak kunjung kulihat
Layaknya prajurit di garis depan
Hanya tahu bertempur dengan lawan di depan mata
Tak pernah tahu strategi besarnya
Mana sanggup aku mengerti pikiranMu
Engkau yang menciptaku, bumi dan alam semesta
Apalah aku di hadapanMu
Hanya berjalan, mohon bimbinganMu saja

Wednesday, March 25, 2020

Sparing Partner

Tak lama setelah gate tol-ku terbuka, sebuah sedan melesat dengan sangat cepat. Sontak naluriku berkata "Gassss !!!" segera saja kuinjak pedal gas. Aliran adrenalin ke seluruh tubuhku membuat semangat menjadi-jadi, jantung berdenyut lebih cepat. Banting kanan, hajar kiri, tak terasa speedometer menunjuk angka 140 kmh.

Awalnya dari tampak belakang kukira mobil itu Honda Accord hitam. Beruntung ia terjebak dengan mobil-mobil di depan dan sekitarnya, sehingga jarak kami pun makin dekat, barulah aku tau sparing partner-ku adalah sebuah BMW 3 series warna biru terang. Wow ! Pantas tak bisa kukejar dengan Honda Mobilio matic tipe E yang jadi peganganku. Meskipun aku tahu, dari spesifikasi mobil, top speed, akselerasi dan lainnya, BMW biru itu sangat di atasku, tak ada peluang aku untuk menang, tapi aku tak menyerah begitu saja. Terus saja ku melaju, tak kenal kata menyerah, kumatikan AC dalam kabin, agar power bertambah. 

Saat-saat menegangkan pun tiba, ketika masuk tikungan perpecahan arah Bintaro Serpong dan tol merak-bandara. Ia masuk dari dalam, kuhajar dari luar. Kuturunkan transmisi dari D ke S agar engine break. Rem kumainkan dan fokus pada steering wheel. Sering terdengar bunyi berdecit, membuat jantung makin berdetak dengan cepat; adrenalin semakin menyembur. Aku berhasil mengimbangiya saat tikungan itu, tapi saat tikungan berakhir, akselerasi BMW itu pun meninggalkanku jauh. Apalagi ketika masuk jalan lurus, dengan sedikit mobil dan hambatan di lintasan, jarak kami pun makin jauh.

Keluar pintu tol Pondok Raji, tujuanku, total waktu hanya 7 menit, rekor bagiku. BMW itu pun exit nya sama. Baru saat ia berhenti mengantri di pom bensin, baru aku menyusul dia. Ingin rasanya aku berhenti, turun dan menyapa sang pengendara, berterima kasih sudah memberi inspirasi bagiku dan perasaan yang sudah lama tak kurasa.

17 Agustus

  Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi Empat setengah tahun dalam siksa dan penuh derita Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri Akh...