Monday, November 30, 2020

Mendengar hanya mendengar

Betapa sulitnya mendengar hanya mendengar

Tanpa pakai otak, berpikir, asumsi

Melepaskan kegiatan mendengarkan dengan berpikir

Mendengar bunyi suara bising knalpot motor

Tidak mengumpat berisik!

Kenapa sih mesti berisik gitu ?  Motornya diapain sih ?

Siapa sih itu ?  Pake knalpot apa sih ?

Bereaksi terhadap apa yang didengar, bukan itu

Suara tabrakan di jalan

Kepala mencari sumber bunyi

Mencari tahu ada apa

Penasaran.  Ingin tahu.  Padahal, bukan urusannya.

Mendengar hanya mendengar.

Friday, November 27, 2020

Lirik #02: Yang sudah, ya sudah

Sore hari menatap derasnya hujan

Dari balkon rumah ini

Langit pun mendung

Tiada lagi cahya mentari

 

Begitu pula rasa ini

Ketika kau pergi dari hatiku

Bahkan tak ucapkan slamat tinggal

Tanpa melihat ke belakang

 

Reff.

Yang sudah, ya sudah

Masa lalu tak bisa diubah

Ikhlaskan saja

Mohon kekuatan


song lyric: syd

Wednesday, November 25, 2020

Lirik #01: (me) Lupakanmu, (me) lupakanmu

Ratusan kilometer pisahkan kita

Ratusan hari sejak saat itu

Semakin keras kucoba (me) lupakan, mu

Semakin hati (ini) dalam mengikat, mu

 

Banyak hal ingatkanku padamu

Live music yang kunikmati

Mainkan lagu kita, dahulu

Beginikah asmara, deritanya tiada akhir?

 

Asmara... (deritanya tiada akhir)


song lyric: syd

x

Sunday, November 22, 2020

Dia jadikan baik dari yang buruk sekalipun

Bangun siang hari, matahari tegak di atas

Cakap yang berisik dari teman sekamar

Menjadi bekerku

Kencang kali suaranya, batinku

Baru bangun, langsung kesal perasaan ini

Bukan awal hari yang kuinginkan.

 

Melancong kesana-sini

Urusan bisnis hari ini didahulukan

 

Sore-sore melaju cepat

Malah bertumbukan

Senggol dikit jozz!

Kasus deh, telpon sana telpon sini, urus asuransi

Namun Tuhan masih di pihakku, memang selalu sih

Orangnya baik, tidak marah seperti banyaknya orang di jalanan yang kesenggol

SIM kuberi sebagai jaminan

Besok pagi bertemu di bengkel

 

Anehnya, lepas dari pertemuan itu hatiku tidak kesal

Kulaju kendaraan ke Hartono Mall

Danz Base jadi tempat pelarianku

Kutolak semua telepon dan chat

Hanya ingin sendiri

This is my me time

 

Lima game berlalu, keringat mengalir tiada akhlak

Lapar yang kutahan dari tadi

Perlu dicari pelampiasan

Tengok kiri, tengok kanan

Secercah kudengar lantunan gitar

Live music jerit hatiku girang!

Tuhan memang sungguh baik

Ia menjadikan hal baik sekalipun dari perkara yang buruk

 

Diberinya aku menikmati live music sambil makan

Gitar akustik, bass dan vocalist kaum hawa

Bukan perutku yang melulu perlu diberi asupan

Jiwaku ini butuh asupan bergizi

Musik-musik indah pas sekali untuk jiwa yang lelah ini

 

Jogjakarta, 7 September 2020

Saturday, November 21, 2020

Review: Aliya Homestay – Jogja

1.       Sangat unik karena dibagi 2: Oyo dan Reddoorz.  Oyo (kiri) untuk yang private room, Reddoorz (kanan) untuk yang dorm.

2.       Lokasi di gang, jadi relatif sepi.  Parkir bisa 4-6 mobil.

3.       Bangunan sangat lebar, bekas rumah besar yang diubah jadi homestay.

4.       Room 1: ada bed yang vertikal dan horizontal.  Tirai tidak menutup sempurna, ada celah, NOT OK.  Tangga enak dinaiki dan pegangan kokoh.  Sebelah ranjang ada space untuk taruh barang/tas.  Lampu di bed tidak langsung nyorot ke bed tapi mantul à arsitektur/interior OK.  Colokan kaki 3 OK.  Kotak untuk penyimpanan barang, OK.  AC dingin, ada 2 unit.

5.       Room khusus female berbeda.

6.       Minusnya: loker tidak otomatis dapat, kudu minta dan jumlahnya sangat terbatas, ukuran kecil.

7.       Kamar mandi: 3, toilet: 3.  Gantungan baju di kamar mandi cukup banyak.

8.       Common room Oyo sangat LUAS.  Sofa, kursi, meja.  Kalau saja semua furnitur diangkat, muat 6 meja billiard, kata staf yang jaga malam.  Seriusan, luas banget.

9.       Common room Reddoorz: 3 set meja makan dan kursi biasa.  2 meja bar (tinggi) nempel tembok dan kaca.  Colokan tersebar dan disediakan extension.

10.   Malam pagar ditutup, namun tidak dikunci.

11.   Alas kaki harus lepas, ada tempat taronya di dalam.  Tempat penyimpanan helm juga ada.

Wednesday, November 18, 2020

Review: D’Kamboja Hostel (Reddoorz) – Jogja

1.       Lokasi dekat Bandara (lama) Adisucipto

2.       Harga <50K IDR (fluktuatif), dorm/bunk bed (4-8 bed/room).  Ada private room juga, include breakfast.

3.       Parkir mobil lk. 6 unit, lokasi di belakang, beda dengan pintu masuk utama.

4.       Room bersih.  Bunk bed bertirai full, depan kiri kanan.

5.       Kamar mandi dalam ruangan.  Luas, gantungan baju lebih dari cukup.  Ada gantungan handuk banyak.  Tempat taruh perlengkapan mandi cukup besar.  Shower OK, air panas juga tersedia, toilet duduk.  Karena cukup lapang, pas mandi cipratan air tidak sampai ke pakaian/handuk yang digantung.

6.       Interior kamar dorm, 2 sofa dekat sepasang bunk bed. Di antara 2 pasang bunk bed ada meja kecil.  Loker cukup untuk tas fitness dan ransel.  Kolong ranjang blong, ranjang model panggung, jadi kalau bawa koper, bisa ditaruh di bawah ranjang.

7.       Cafe dengan menu makan & minum cukup bervariasi untuk tamu yang sudah pewe & ogah keluar hotel.  Daripada kelaparan nunggu ojek online, mending nongkrong santai di kursi-kursi kayu panjang ala Jawa dan pesen makan di sini.

8.       Parkiran mobil ada 2 yang atap, dan ada ayunan set untuk yang mau mengenang masa kecil, tenang kenangan dengan mantan engga ikut kebawa-bawa kok.

9.       Common room banyak kursi dan sofa untuk bersantai ria bersama teman/keluarga/gebetan  #ehh

10.   Bisa laundry juga 5K/kg, jadi ngga usah pusing cari-cari laundry.

11. Staf dan owner dari hostel ini sangat ramah, bisa banget diajak nongkrong bareng, becanda sampai mabar (Mobile Legend).

Monday, November 16, 2020

Selamat Jalan Jesuit !

RIP RP Romualdus Maryono, SJ


Beberapa hari berlalu semenjak ku-menonaktifkan semua sosial media milikku.  WA business (WA regular sudah lama ku-off-kan, akhir Mei 2020 kalau tidak salah ingat), Instagram, FB & messenger-nya, Line.  Why?  Hati dan rasa-ku inginnya begitu. 

Karena ingin mencari sebuah informasi yang ada di FB grup, aku terpaksa membuka FB dari browser.  Begitu berhasil login, postingan teratas adalah postingan teman gereja-ku yang sudah lama tidak kontak (10 tahun mungkin), sebut saja JA.  Dalam postingan yang panjang ia menuliskan di kalimat pertama bahwa Romo Maryono SJ sudah dipanggil Tuhan.  Bagaikan kilat menggelegar persis di depan mataku, aku kaget sekali membacanya.  Lebih kurang 1-2 bulan lalu aku sengaja mampir ke gereja tempat beliau berkarya, sekedar bertegur sapa, ngobrol mengenang masa lalu dan update kawan-kawan jaman beliau di Jakarta, Paroki Santa Perawan Maria Ratu/Blok Q lebih tepatnya.  Aku sampai membaca 3x kalimat yang ditulis JA, jangan-jangan aku salah baca.  Tapi, itu benar.  Apa yang kubaca itu benar, tanggal 10 November 2020 beliau dipanggil Tuhan.  JA menulis banyak memori tentang kebaikan yang sangat berkesan dari Romo Mar, begitu panggilannya.

Pas sekali waktu aku membaca postingan JA, saat itu aku sedang di Semarang, tempat ia berkarya.  Segera setelah aku selesai membaca, aku telepon temanku yang di Malang, temanku dekat dengan Romo Mar, untuk klarifikasi.  Temanku menceritakan bagaimana Romo Mar bisa dipanggil Tuhan, lalu tahu dari mana, bagaimana misa-misa-nya disiarkan live streaming dan dimakamkan di Girisonta.  Setelah itu aku telepon ibuku, ternyata dia sudah tahu duluan info itu, yaa sosmed memudahkan dan mempercepat penyampaian informasi, bahkan beliau memberitahukan info itu kepadaku tapi WA-ku sudah keburu off saat itu.

Aku, meskipun tidak terlalu dekat dengan beliau, tapi beliau adalah salah seorang Jesuit (Romo-romo Serikat Yesus) yang menjadi idolaku.  Soldier of Christ yang beranio berbuat dan tampil beda.  Berani berjalan di ujung/on the edge.  Di mana semua pastoran paroki adalah tempat yang tertutup, Romo Mar malah membuka pintu pastoran bagi umatnya.  Kontroversial memang.  Beberapa kali, eh sering deh, aku dan teman-teman sehabis misa, naik ke pastoran.  Tidak ada orang di sana, kami langsung ke meja makan dan mengangkat tudung saji, ada makanan apa yang bisa disantap.  Ambil gelas sendiri, seduh minuman sendiri.  Begitulah kelakuannya.  Seperti rumah sendiri.  Romo Mar yang sangat humble berusaha merangkul semua umatnya.  Kalau ada yang konsultasi/curhat ke beliau, ia mendengarkan dengan sangat sabar, tidak memotong dan menjadi good listener.  Sering memasakkan umatnya makanan, membuat “minuman” yang belakangan ia beri nama “Jesuitin.”  Ha ha ha, membekas sekali di ingatanku.  Mencoba-coba berbagai fermentasi beberapa jenis pangan, menjadi minuman beralkohol.  Sikapnya yang ke-bapa-an membuat umat semakin dekat dan mengasihinya. 

Sekarang kau telah berpulang.  Aku berani bertaruh ada ratusan, ah... salah, ada ribuan pasang mata yang basah, mengalirkan air mata kesedihan dan kehilangan mendengar engkau sudah tiada.  Terlebih tidak dapat menghadiri misa requiem dan pemakamanmu.  Suatu saat nanti, aku akan mendoakanmu langsung di Girisonta.

Selamat jalan Jesuit, Tuhan Allahmu menanti!  

Sampaikan salamku pada St. Ignatius Loyola. Ad maoirem Dei gloriam.



Semarang,  16 November 2020

Sunday, November 15, 2020

Langit saja menangis

Kalau kau sedih, merasa terasing

Tidak tahu harus melangkah ke mana

Tidak ada yang mau mendengarkanmu

Hilang pengharapan, bahkan depresi

Itu sah-sah saja

Adalah wajar tidak selalu dalam keadaan baik

Wednesday, November 11, 2020

Debur ombak

Deburan ombak terus menerus kudengar

Meski gelap menutupi pandangan

Tapi aku tahu kau disana

Dibalur pasir, disapu ombak

 

Jangkrik saling bercengkrama

Mengisi gelapnya malam

Sesekali truk dan motor terdengar melintas

Lampu rumah nampak di ujung cakrawala

Pantai selatan, esok akan kusibak wajahmu

 

Pelabuhan Ratu, 25 september 2020

Saturday, November 7, 2020

Tour de Linggarjati

Memutuskan untuk gowes ke Gedung Pertemuan Linggarjati yang kemarin sudah didatangi bersama teman.  Dengan wacana merayakan kemerdekaan Republik Indonesia di situs bersejarah (baca: buat bahan konten kekinian & relatable – materi IG).

Belum 15 menit aku gowes dari rumah teman di Kuningan, nafas sudah mau putus, aku berhenti dan duduk di pinggir jalan, meluruskan kaki, nafas senin-kemis.  Rasanya pintu surga sudah samar-samar terlihat, apa sekarang waktuku?  Gila, belum terlatih untuk medan uphill-downhill, badanku menjerit kesakitan, ingin menyerah.  Setelah nafas sudah mulai normal, dada tidak lagi sakit, pikiran sudah lurus kembali, gowes pun kulanjutkan.

Entah berapa kali aku berhenti dan berjalan menenteng sepeda, karena badan yang tidak sanggup menghadapi medan yang ekstrim (bagiku).  Papan petunjuk “Gedung Pertemuan Linggarjati 1 km,” tidak kurang dari 3 kali aku berhenti, turun dan berjalan.  Aku sudah pasrah, memang belum sanggup, tidak apa-apa aku turun dan berjalan.  Tidak ada yang perlu aku buktikan.

Sesampainya di Gedung Pertemuan Linggarjati, air kelapa yang pertama kusambar, segar sekali setelah lelah menggowes.  Minum degan (kelapa) ketemu rombongan dari Pondok Gede yang suka bercanda, lumayan teman ngobrol sebentar.  Setelah foto-foto sepedaku di Linggarjati, aku mampir ke cafe yang kemarin aku sambangi bersama teman.  Kenapa datang lagi?  Karena teteh barista yang manis #ehhh.  Habis sudah aku gombali teteh itu, kemudian aku gowes pulang.

Perjalanan balik banyak menyimpan cerita.  Pertama, shifter (pengganti gigi) belakang trouble, sehingga aku tidak bisa menaik-turunkan gigi, rantainya bertahan di gigi yang paling berat.  Ke dua, lampu belakang, yang baru beli di Kuningan, mati.  Ke tiga, earphone bluetooth low battery, satu-satunya hiburan yang bisa kudapat ketika gowes jadi hilang, padahal lagu bisa membawa mood bersemangat dan sangat menghibur.

Berkali-kali turun dan jalan kaki jinjing sepeda atau istirahat ambil nafas dan me-relaks-kan paha juga betis.  Medan pulangnya, oh sungguh terlalu kalau kata Bang Rhoma, nanjak terus ngga dikasih kendor.  Akhirnya sampai juga di rumah temanku, di perjalanan ia sempat menawari untuk menjemputku. 


Kuningan,  17/08/2020

17 Agustus

  Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi Empat setengah tahun dalam siksa dan penuh derita Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri Akh...