Saturday, November 7, 2020

Tour de Linggarjati

Memutuskan untuk gowes ke Gedung Pertemuan Linggarjati yang kemarin sudah didatangi bersama teman.  Dengan wacana merayakan kemerdekaan Republik Indonesia di situs bersejarah (baca: buat bahan konten kekinian & relatable – materi IG).

Belum 15 menit aku gowes dari rumah teman di Kuningan, nafas sudah mau putus, aku berhenti dan duduk di pinggir jalan, meluruskan kaki, nafas senin-kemis.  Rasanya pintu surga sudah samar-samar terlihat, apa sekarang waktuku?  Gila, belum terlatih untuk medan uphill-downhill, badanku menjerit kesakitan, ingin menyerah.  Setelah nafas sudah mulai normal, dada tidak lagi sakit, pikiran sudah lurus kembali, gowes pun kulanjutkan.

Entah berapa kali aku berhenti dan berjalan menenteng sepeda, karena badan yang tidak sanggup menghadapi medan yang ekstrim (bagiku).  Papan petunjuk “Gedung Pertemuan Linggarjati 1 km,” tidak kurang dari 3 kali aku berhenti, turun dan berjalan.  Aku sudah pasrah, memang belum sanggup, tidak apa-apa aku turun dan berjalan.  Tidak ada yang perlu aku buktikan.

Sesampainya di Gedung Pertemuan Linggarjati, air kelapa yang pertama kusambar, segar sekali setelah lelah menggowes.  Minum degan (kelapa) ketemu rombongan dari Pondok Gede yang suka bercanda, lumayan teman ngobrol sebentar.  Setelah foto-foto sepedaku di Linggarjati, aku mampir ke cafe yang kemarin aku sambangi bersama teman.  Kenapa datang lagi?  Karena teteh barista yang manis #ehhh.  Habis sudah aku gombali teteh itu, kemudian aku gowes pulang.

Perjalanan balik banyak menyimpan cerita.  Pertama, shifter (pengganti gigi) belakang trouble, sehingga aku tidak bisa menaik-turunkan gigi, rantainya bertahan di gigi yang paling berat.  Ke dua, lampu belakang, yang baru beli di Kuningan, mati.  Ke tiga, earphone bluetooth low battery, satu-satunya hiburan yang bisa kudapat ketika gowes jadi hilang, padahal lagu bisa membawa mood bersemangat dan sangat menghibur.

Berkali-kali turun dan jalan kaki jinjing sepeda atau istirahat ambil nafas dan me-relaks-kan paha juga betis.  Medan pulangnya, oh sungguh terlalu kalau kata Bang Rhoma, nanjak terus ngga dikasih kendor.  Akhirnya sampai juga di rumah temanku, di perjalanan ia sempat menawari untuk menjemputku. 


Kuningan,  17/08/2020

No comments:

Post a Comment

17 Agustus

  Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi Empat setengah tahun dalam siksa dan penuh derita Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri Akh...