Sunday, September 21, 2008

Mata

Di suatu sore yang dingin di Virginia bagian utara, seorang tua sedang berdiri di tepi jalan menunggu tumpangan ke seberang sungai. Penantiannya seakan tak berakhir. Samar-samar ia mendengar suara hentakan kaki-kaki kuda-kuda yang mendekat. Ia mengawasi para penunggang kuda tersebut satu persatu.
Ada yang kemudian memutar di tikungan. Ada yang lewat begitu saja. Sementara orang tua itu hanya diam mengawasi saja. Akhirnya penunggang kuda terakhir mendekatinya. Dan saat ia menatap ke mata si penunggang kuda, ia berkata, "Maukah Anda memberi tumpangan ke seberang ?" "Tentu, naiklah," jawab si penunggang kuda.

Maka naiklah si orang tua. Kemudian si penunggang kuda bukan hanya menyeberangkan saja, melainkan mengantarkannya sampai ke rumah. Menjelang sampai ke rumah orang tua itu, si penunggang kuda bertanya, "Pak, mengapa Anda membiarkan penunggang kuda yang lain itu lewat begitu saja tanpa meminta tumpangan ?" Jawab si orangtua, "Saya sudah lama tinggal disini. Dengan memandang mata mereka saya sudah tahu jawaban apa yang saya akan dapatkan. Tetapi waktu saya melihat ke mata Anda, kebaikan hati dan rasa kasih Anda terlihat jelas.
Ada kelembutan dalam jiwamu. Itulah sebabnya saya meminta tumpangan kepada Anda."

Cerita di atas adalah kisah yang dialami oleh Thomas Jefferson si penunggang kuda. Ingatlah bahwa kasih dan kebaikan hati bisa dilihat dari pancaran mata seseorang. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengingatkan kita,"Matamu adalah pelita tubuhmu, jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu." (Lukas 11:34-36).



No comments:

Post a Comment

17 Agustus

  Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi Empat setengah tahun dalam siksa dan penuh derita Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri Akh...