Showing posts with label marketing. Show all posts
Showing posts with label marketing. Show all posts

Sunday, April 26, 2020

Membandingkan Holland Bakery dan Bread Talk


Dua hari yang lalu, ketika mencuci tangan, tiba-tiba terbesit dalam pikiran, dan langsung kutanyakan kepada kakakku yang sedang mandi "Menurut lu, kalau gerai Holland Bakery dan Bread Talk di jakarta jumlahnya sama, dengan kondisi pasar seperti sekarang, siapa yang lebih untung ?" Dari situ, timbul diskusi dan pemikiran-pemikiran yang sederhana namun cukup menarik untuk disimak, setidaknya olehku.

Tempat (Place)
Bila dilihat dari segi tempat, mungkin keduanya memiliki kekuatan tersendiri. Bread Talk selalu tampil di mall-mall terkemuka, yang keramaiannya tidak perlu dipertanyakan. Lalu bagaimana dengan Holland Bakery ? Bukankah Holland Bakery menyewa satu gedung/ruko sendirian, dengan beberapa lantai ? Memang begitu adanya, tetapi dilihat dari harga sewa, menyewa gedung dan menyewa counter di mall sangatlah jauh perbedaannya. Di Senayan City, bisa habis 30-an juta/bulan utk sebuah counter ukuran 100 m2, CMIIW. Bread Talk memang selalu mengundang perhatian orang, walaupun orang tersebut tidak punya niat untuk membeli roti pada awalnya. Tetapi ketika ia melihat gerai Bread Talk, melihat antrean pengunjung, dan membaui roti-rotinya, bisa jadi niatnya berubah. Lain Bread Talk, lain Holland Bakery. Holland Bakery, di mata saya memiliki ke-eksklusif-an. Yang datang ke Holland Bakery, hanya yang ingin membeli roti/produk lain dari Holland Bakery, memang niat dari awalnya sudah ingin beli roti.

Produk
Ditilik dari produk, Bread Talk memiliki kelebihan dengan mengedepankan inovasi. Lihat saja roti-roti dengan varian rasa dan bentuk. Tidak pernah dijumpai sebelumnya. Coba ingat-ingat sewaktu gerainya pertama kali dibuka di Kelapa Gading, siapa yang
tidak tahu roti abon Bread Talk ? Baik yang putih atau yg coklat, terkenal seantero Jakarta. Holland Bakery masih konvensional, masih dengan produk roti lama, yang belum ada inovasi. Tetapi ia menjual cake. Bread Talk di negeri asalnya pun menjual cake, tapi mungkin belum di-implementasikan di Indonesia.

Trend
Yang sedikit menjadi kekhawatiran saya adalah trend. Bread Talk, menurut ilham saya, merupakan awal dari trend bisnis roti. Terlebih dahulu ada trend Bubble Drink (Bubble Tea), Mr. Celup (sejenis sate tapi direbus). Setelah itu, menyusul donat (dimulai dari JCo). Dua bisnis pertama memang sudah menyurut, bahkan bisa dibilang mati. Dulu, di satu mall, kita bisa menjumpai banyak gerai penjual Bubble Drink. Tetapi sekarang, sudah berguguran. Saya kira trend bisnis roti dan donat, tidak demikian dengan trend sebelumnya. Karena Bread Talk sendiri sudah mulai dari 2003, sudah masuk tahun ke 4 berarti.

Bread Talk
Kakakku berkata bahwa dulu ia pernah dengar dari sebuah stasiun radio tentang strategi Bread Talk, yang sengaja mengeluarkan tidak semua produknya sekaligus, agar tercipta antrean. Dan dengan antrean itu, orang-orang akan berdatangan. Maklum, tradisi "yang rame itu yang enak" masih melekat di jiwa kita. Tetapi dengan menjamurnya bisnis roti, maka Bread Talk bukanlah satu-satunya pemain di bidang ini. Sebutlah Bread Story, Bread King, Bread Corner, dan masih banyak brand-brand yang ikut meramaikan peta persaingan bisnis roti. Gerai Bread Talk pun megah, penuh cahaya terang benderang dan desain yang modis.

Seperti halnya entrepreneur yang terus berinovasi, Bread Talk mengeluarkan produk yang inovatif dan menarik. Tidak ada padanan dalam menu nya. Bahkan jika dalam 3 hari kita berkunjung ke gerai nya, kemungkinan ada menu yang selalu berbeda tiap harinya. Bread Talk merupakan merk franchise, jadi pasti ada franchise fee, jadi keuntungannya pun otomatis terpotong. Jangan lupa dengan konsep dapur terbuka dari Bread Talk, ini merupakan daya tarik tersendiri bagi bisnis roti yang satu ini.

Holland Bakery
Nama Holland Bakery, menurut saya, nama yang sudah terlanjur populer di benak konsumen. Brand imagenya kuat. Sama seperti Aqua dalam merk air mineral. Pernah kakak dari teman saya yang bersuamikan orang Belanda dan hidup di Belanda, singgah ke jakarta, ia membeli roti. Holland Bakery yang dipilihnya.
Yah dari sedikit-banyak keuntungan 2 merk ini, saya akhirnya memutuskan bahwa jawabannya adalah Bread Talk.

(tulisan ini ada sejak tahun berdirinya Bread Talk, entah kenapa penulis tidak mempublish nya pada saat itu)

Wednesday, February 17, 2010

Nookie: Nasi Uduk Kasih Ibu

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya
Menyinari dunia


Naskah sebuah lagu yang penuh makna ini mendasariku untuk menuliskan sebuah ide atas peluang usaha baruku. Nasi Uduk Kasih Ibu, itulah brand name-nya.
Jadi begini ceritanya, dini hari ini aku bertandang ke rumah tetanggaku guna menyaksikan pertandingan Liga Champion Milan vs MU pk 02.45 di RCTI. Sebagai Milanisti yang setia dan fanatik pembenci MU, jelas tayangan kali ini tidak boleh dilewatkan. Dengan penuh semangat kupergi ke rumah tetangga dengan berbekal beberapa penganan untuk pengisi perut selama pertandingan. Terlambat 10 menit ternyata sudah 1 gol diperoleh Milan, Ronaldinho pada menit ke 3 sudah berhasil mengoyak gawang MU. Tapi sayang, skor akhir 2-3 utk kemenangan MU.
Dalam tengah pertandingan, aku dan temanku terlibat percakapan yang menyangkut tentang usaha makanan, yaitu nasi uduk. Temanku berujar bahwa salah seorang temannya ada keinginan membuka tempat makan, kemudian ketika aku berkata ada keinginan membuka usaha makanan, ia mengusulkan nasi uduk.
Sontak teringat ibu seorang sahabatku yang pernah bercerita tentang pengalaman dia diajarkan memasak nasi uduk oleh tetangganya. Rasanya enak tenan, ujar ibu sahabatku itu. Pikiranku langsung konsentrasi ke membuka warung nasi uduk.
Ditambah, ibu sahabatku itu dulu pernah usaha Chinese Restaurant yang berakhir dengan tidak baik, tetapi beberapa peralatannya masih ada di rumah dia. Seperti etalase kaca besar, piring-piring saji, sendok garpu dalam jumlah banyak, gelas sampai wine glass. Peralatan, pengalaman, resep sudah ada, pikirku. Tinggal diramu sedikit, jadilah usaha nasi uduk yang baik.

Mengapa Kasih Ibu? Yah karena ibu dari sahabatku yang memulai cerita ini. Aku malah berencana untuk mengajak ibuku yang sangat keibuan itu untuk bekerja sama dengan ibu sahabatku dalam mengelola usaha ini. Baru rencana sih...

Marketing Mix-nya adalah sebagai berikut:
PRODUCT
nasi uduk homemade

PLACE
1. di rumah sahabatku, bilangan Pasar Minggu
Pros: Reduce cost
Cons: Pasar yang disasar tidak flexible

atau
2. sewa tempat di daerah Pejaten Barat
Pros: ramai dikunjungi orang, bisa menyasar segmen yang tepat
Cons: cost tinggi

PRICE
- Menyesuaikan dengan harga sajian makan siang di daerah sekitar
(berlaku di kedua opsi tempat)

PROMOTION
Tidak mengandalkan orang datang dan beli, tapi jemput bola.
-Menu catering makan siang (kantor)
-Menu catering harian (ke rumah)
-Free delivery utk lokasi tertentu
-Soft launching (misal 3 hari pertama): makan sepuasnya, bayar semaunya --> berlaku makan di tempat.
- Dari hari ke 4-hari ke 7: bayar 1 porsi, gratis 1 porsi (buy 1 get 1) utk makan di tempat

BRANDING STRATEGY
Nookie --> dibaca: NUKI = Nasi Uduk Kasih Ibu
Menyasar Target Market anak muda dengan branding NOOKIE yang kelihatan stylish dan berjiwa muda. Makna dari brand ini adalah penghargaan terhadap ibu yang mengasihi anaknya tanpa batas DAN menghargai cita rasa tradisional. Jadi selain family oriented, juga nasionalis. Orang makan disini bukan hanya karena harga murah dan rasanya enak saja, tapi makan nasi uduk di NOOKIE karena menghargai ibu dan mencintai cita rasa asli Indonesia.

Monday, November 23, 2009

Kompetisi

Mengobrol dengan kakak pertamaku ternyata membuka wawasan baru tentang sengitnya kompetisi di bisnis retail, khususnya hobi yang dulu sempat ia tekuni. Ya mungkin tidak semuja benda/barang dapat memiliki karakteristik yang sama dengan yang akan saya bahas disini. Barang tersebut diproduksi massal di suatu negara kemudian dengan alur distribusi distributor tunggal, barulah benda itu sampai di negara tertentu. Dari distirbutor tunggal tiap negara, berlanjut ke tangan-tangan berikutnya, seperti retail store atau toko.
Ambil suatu contoh, bila harga barang A di retail adalah 100, maka pabrik menjual ke distributor tunggal dengan diskon 50%. Kemudian toko diberi diskon 30% dari harga retail. Nah, mengapa dibilang sengit, ada sebuah kasus yg cukup menarik seperti ini. Sebuah distributor tunggal di negara X menjual barang di harga 60 untuk retailnya. Memang profit dia hanya 10, tapi dia pasti menarik semua konsumen bahkan dari negara tetangga, dia sukses sekali merusak harga pasar. Dan distributor ini tidak lagi memberi potongan harga, bahkan jika ada konsumen yang membeli dalam partai besar sekalipun.
Bayangkan di negara Y, sebuah toko hobby mendapatkan harga modal dari barang A adalah 70 (100 diskon 30%), harga modal jika dibandingkan dengan harga jual distributor tunggal X saja lebih murah di X. Bagaimana bisa bersaing ?
Dalam konteks ini, toko-toko memeiliki layanan e-commerce, jadi pelanggan dari manca negara dapat membeli barangnya dengan mudah. Walaupun kena ongkos kirim, tetap saja jatuhnya lebih murah. Sebutlah ongkos kirim 6, sehingga total Harga Jual adalah 66. Sedangkan toko A menjual di harga 80 (dengan berasumsi ia mengambil marjin 10), selisih 14. Anda sebagai customer, pilih yang mana ? (Tentunya dengan mengesampingkan service yg diberikan, kecepatan pelayanan. Hanya price-based)

Setelah mendengar penuturan dari kakakku, aku teringat akan perkataan seorang teman pengusaha dalam komunitas entrepreneur di kampusku dulu. "Di bisnis tuh kompetisinya gila. Bahkan ada yg strategi bunuh diri. Dia jual di bawah harga modal. Rugi gak apa-apa, yang penting lu mati!" kira-kira begitu penuturannya. Dan pernyataan ini diamini oleh kakakku. "Adu kuat modal", katanya. Jadi, saat toko yang modalnya gede jual di bawah harga modal, otomatis pembeli lari semua ke dia. Toko yang modalnya sedikit, lama kelamaan akan gulung tikar, tidak ada pembeli. Setelah menyingkirkan pesaing, barulah harga perlahan dikembalikan.
Well, business is business. Ada cara kejam, tak masuk akal bahkan tergolong gila untuk memenangkan persaingan. Maka, bagi Anda para pebisnis berhati-hatilah dalam menentukan strategi guna memenangkan kompetisi di bisnis anda.
Sebagai penutup, saya ingin mengutip seorang pakar di bidang business competition, Handito Hadi Joewono "Kompetisi itu indah. Jangan matikan kompetisi. Biarkan kompetitor tetap hidup, bahkan tidak perlu dipermasalahkan bila kompetitor terus maju, asalkan kita jauh lebih maju"

Tuesday, October 27, 2009

Website reborn !

Hey, check this out: www.winning-soft.com
Sudah di design ulang, silakan melihat-lihat terutama di bagian Product & Services. Jika teman2 membutuhkan bantuan IT untuk memenangkan kompetisi di bisnisnya, kami siap membantu !

Friday, September 5, 2008

Kursus GRATIS: Pintar Menulis dalam 9 Minggu

Apakah ada yang lebih menarik dari gratisan?
Gratis tanpa embel-embel sama sekali?

Semua orang pasti suka, bukan?

Karena itulah, dengan bangga situs www.BelajarMenulis.com mempersembahkan:

“Kursus GRATIS: Pintar Menulis dalam 9 Minggu”

Secara rutin, Anda akan mendapat email berisi kiat jitu seputar penulisan, satu kali seminggu, selama 9 minggu.

Berminat?

Jika ya, silahkan isi saja formulir yang tersedia di sebelah kanan blog ini. Kelihatan kan?

Hidup Gratisan!!!

Thursday, August 28, 2008

Berbisnis beras

Seorang teman kuliah yang sekarang tinggal di Jawa Tengah sempat ngobrol di YM tentang bisnis nya di komoditi, spesifiknya beras. Ternyata bisnis ini memiliki kesamaan dengan teman SMA ku yg sedang kuliah di Atma Jaya. Semoga pembahasan berikut dapat membantu teman-2, don't hesitate to comment or critics my opinion...

Bisnis barang komoditi seperti beras haruslah melihat sektor makro ekonomi. Karena, biasanya di barang komoditi, tidak bisa main harga. Harga kebanyakan sudah dipatok. Karena supplier di daerah Jawa Tengah dan Jogja, sawahnya juga di daerah sana maka perlu dipertimbangkan transportasinya. Karena dampak pemilihan media transport akan sangat mempengaruhi ongkos transport. Seperti kita tahu, jalur Pantura Jawa-DKI Jakarta cukup jauh, dan kendaraan yg cocok untuk mengangkut beras sepertinya adalah truk ukuran besar. Untuk efisiensi, ada baiknya dalam pengiriman barang 1x, barang yg diisi dalam muatan truk adalah FULL. Jangan biarkan kemasan menghalangi perjalanan. Maksudnya, beli lah dalam kemasan yg paling besar, kalau perlu TIDAK usah pakai kemasan. Ini mengurangi biaya produksi. Jadi nanti packaging nya di lakukan di tempat Anda.
Contoh kasus: ngirim beras 1 truk, di packaging 5 liter per plastik dari Jawa Tengah ke DKI Jogja akan sangat berbeda dengan pengiriman (misal) 5 kwintal beras tanpa kemasan dari JaTeng ke DKI.
Pertama, supplier tidak perlu pusing tentang packaging. Ongkos bisa berkurang. Kemudian, bila tanpa kemasan, kita bisa dengan mudah menentukan sendiri kemasan yg ingin kita jual. Apakah mau jual eceran, semi grosir atau partai besar. Misalnya: 1lt, 5 lt, 10 lt, 1 kwintal. Jangan sampai terpatok pada kemasan yg diberi oleh supplier.
Kedua, plastik atau kemasan apa pun pasti memiliki berat. Kalau 1 truk muat 100 plastik @ 5 liter, andaikan saja 1 plastik = 100 gram. Berarti sudah ada 10 kg penambahan muatan bukan produk utamanya. What a waste ?

Target Market yg paling mungkin disasar adalah:
  • retail
  • corporate
  • pasar
~to be conclude~

Thursday, August 7, 2008

8P Pada Services Marketing

Umumnya kita mengenal ada 4P dalam marketing mix, yakni Product, Price, Place dan Promotion. Namun dalam pemasaran jasa atau services marketing, masih ada 4P yang lain yaitu Process, People, Physical Environment dan Productivity & Quality.

Pemasaran jasa memiliki lebih banyak aspek ketimbang produk karena karakteristik keduanya berbeda. Sebelum menjelaskan 4P tambahan dalam pemasaran jasa, kita lihat dulu perbedaaan antara Jasa dan Produk,

Perbedaan Produk dan Jasa

  • Produk adalah sesuatu yang tangible, terlihat secara fisik sedangkan Jasa adalah intangible.
  • Pada Produk, ada rentang waktu antara proses produksi, delivery dan konsumsi sedangkan pada Jasa, ketiga proses dilakukan pada saat bersamaan.
  • Pelanggan tidak terlibat dalam proses produksi sebuah Produk, sebaliknya dalam Jasa, proses produksinya melibatkan langsung pelanggan.
  • Produk memiliki inventaris, tidak demikian halnya dengan Jasa.
  • Produk membutuhkan saluran distribusi secara fisik sedangkan Jasa bisa non-fisik seperti Internet.

Saat ini sulit mengkotak-kotakan lini bisnis perusahaan apakah berbasis Produk atau Jasa karena cenderung membaur. Perusahaan yang memiliki produk juga menawarkan jasa sedangkan perusahaan jasa mulai masuk ke produk. Strategi ini tentunya demi memberikan customer value yang lebih tinggi.

4P tambahan

  • Process. Komponen ini adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pasa saat penghantaran jasa. Sebagai sesuatu yang intangible, workflow di atas kertas itulah ‘wujud’ sebuah jasa.
  • People. Workflow tak berarti tanpa orang yang menjalankannya. Oleh karena itu, orang juga termasuk dalam komponen marketing mix jasa.
  • Physical Environment. Ini adalah elemen-elemen fisik pada saat menghantarkan jasa yang menentukan juga nilai dari jasa tersebut di mata konsumen.
  • Productivity & Quality. Dalam Jasa juga ada komponen biaya yang dihitung berdasarkan aktivitas, makanya kita mengenal istilah activity based accounting. Sementara itu kualitas sangat penting pada Jasa ketimbang pada produk. Jika produk kualitas rendah masih bisa laku di pasar, tidak demikian halnya dengan Jasa.

Terlatih Ditolak - sebuah parodi

Aku sudah mulai lupa Saat pertama kali ditolak Dari penolakanyang halus Hingga diusir dari rumahnya *Terima kasih kalian  Barisan penolakan ...