Tuesday, September 9, 2008

Bermain Musik Bisa Mencerdaskan

TEMAN-teman sudah tahu belum, tanggal 9 Maret lalu kita memperingati hari musik nasional? Yup, sejak tahun 2003, kita mengadakan ”peringatan” hari musik nasional setiap tanggal tersebut.

Tanggal itu diambil dari kelahiran pencipta lagu Indonesia Raya, Pak W.R. Soepratman. Wow, keren kan berarti Indonesia menambah satu hari pentingnya. Ini juga menunjukkan bahwa bermusik sudah menjadi satu kegiatan positif yang diakui manfaatnya di negara kita.

Padahal dulu waktu zaman ortu kalian, musik masih dianggap ”kegiatan sampingan”. Karena dianggap kegiatan tak berguna, banyak nenek dan kakek kalian yang tidak membolehkan mama atau papa menjadi pemain musik. Kalau nggak percaya tanya deh ortu kalian.

Menjadi pemusik atau penyanyi pada zaman dulu dianggap pekerjaan yang memalukan. Belum lagi penghasilannya, tak menentu alias tak bisa dijadikan untuk biaya hidup. Dulu memang pemusik hidup pas-pasan. Lebih terhormat menjadi dokter atau insinyur. Tapi waktu membuktikan bahwa bermusik merupakan kegiatan yang bermanfaat.

Seperti yang pernah dibahas Percil beberapa waktu lalu, penelitian menunjukkan bahwa dengan bermusik jiwa seseorang bisa tenang. Ada perbedaan lho, bagi orang yang suka mendengarkan musik dan yang tidak. Mereka yang biasa mendengarkan musik tenang punya pembawaan yang tenang juga, tidak suka marah-marah.

Eit, tapi musiknya juga bukan musik sembarang. Selain itu penelitian juga menunjukkan bermusik bisa mencerdaskan kita. Ceritanya begini, fungsi otak kanan berkaitan dengan emosi, seni dan musik, sedangkan fungsi otak kiri kanan untuk berbicara, berhitung, dan membaca.

Jika dua-duanya digunakan, maka akan terjadi keseimbangan dan otomatis akan membuat kita cerdas. Begitu banyak pembahasan tentang gunanya musik, ternyata menyadarkan ortu bahwa musik juga kegiatan yang oke punya.

Nah sekarang malah banyak ortu yang membekali anak-anaknya dengan pelajaran bermusik. Coba tengok deh les-les musik yang banyak bertebaran di sekitar kita sekarang ini. Mulai dari yang dikelola oleh pemusik yang terkenal seperti Purwacaraka hingga les-les privat yang dilakukan di rumah guru atau di rumah murid.

Bukan anak-anak usia SD saja, bahkan adik-adik kita yang berusia dua tahun pun sudah mulai diperkenalkan musik di klub musik balita! Bahkan, beberapa orang tua yang sadar tentang pentingnya musik mulai mendengarkan musik ketika bayinya masih di dalam kandungan lho ....

Nah dalam dunia hiburan atau oleh orang dewasa disebut dunia entertain, musik juga kini menjadi andalan untuk mencari uang. Kita pasti akan tercengang-cengang deh kalau tahu honor seorang penyanyi atau pemusik terkenal. Sekali manggung bayarannya bisa berlipat-lipat dari gaji ayah kita selama sebulan lho.

”Ih, tapi les musik kan mahal. Mana punya mamaku uang untuk membayar les,” ada juga teman kita yang bilang begitu. Eh, banyak jalan lho menuju Roma. Pelajaran menyanyi di kelas bisa menjadi tempat belajar untukmu.

Karaoke di rumah bisa dimanfaatkan. Atau lihat deh sekeliling, pasti banyak kakak-kakak tetangga yang bisa main gitar atau musik lain. Nah, banyak kok yang tidak keberatan kalian belajar musik gratis.

Cuma, ya itu... harus tekun dan serius. Tak percaya? Ada tuh buktinya, Kak Vinny Reno yang sudah duduk di bangku SMP Assalaam Bandung. Waktu SD dia belajar drum gratis pada teman ayahnya yang kebetulan juga tetangganya.

Sekarang dia sudah punya grup band sendiri. Keren kan ... Kalau ada pensi alias pentas seni, dengan kerennya Kak Vinny yang cantik ini menabuh drumnya di antara pemain lainnya ganteng-ganteng alias laki-laki semua.

”Tetapi kadang-kadang aku bosan kok harus terus les biola. Cape,” keluh Bunga, 8, teman kita yang ikut les biola. Ya untuk menjadi pemusik serius memang tidak mudah. Kita harus melalui banyak rintangan, di antaranya bosan berlatih. Kalau rajin membaca profil atau biografi pemusik terkenal akan ketahuan betapa sulitnya untuk menjadi penyanyi atau pemusik terkenal.

Lihat saja Michael Jackson. Masa kecilnya benar-benar habis oleh latihan. Hampir tak ada kesempatan untuk bermain. Tapi imbalannya kini ... heem dia menjadi begitu tenar dan kaya.

Tapi tentu saja bukan itu tujuan utama kita bermusik ya? Minimal kita punya hiburan kalau kita lagi stres akibat kebanyakan PR alias pekerjaan rumah ... Beres belajar, gesek deh biola atau nyalakan VCD karaoke bernyanyi; so, la, si, doooooo.(Kak Uci).***

2 comments:

  1. kejenuhan emang faktor utama anak2 meninggalkan instrumennya.. hahaha.. i went through it ^^; tp bner deh yad, peran ortu utk terus mendorong anak itu sangat penting.. wkt dulu gw bolos terus, nyokap gw tenang2 aja.. dia mlh sneng krn ga perlu byr les piano gw lg.. haha.. pdhl guru gw suka banget sm gw (sampe rela ksh gw berjam2 ekstra gratis berminggu2 demi resital pertama dan terakhir gw) dan gw jg suka dia sih.. for some reasons.. even though she's only a housewife.. skrg gw suka merenung sndr, andai gw terusin sonata piano brengsek itu, mgkn skrg gw udah bs melahap lagu2 yg gw suka ^^ dan skrg nama komposer sonata piano yg menjatuhkan itu akan melekat di nama gw bln mei-juni nanti : Clementine.. ^^ (aslinya Clementi sih, tp mirip lah hehe)

    klo anak lo patah semangat nanti, jgn dibiarinin ya.. ntar dia menyesal di kemudian hari ^^

    ReplyDelete
  2. Biasa... penyesalan selalu datang belakangan

    ReplyDelete

17 Agustus

  Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi Empat setengah tahun dalam siksa dan penuh derita Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri Akh...