Showing posts with label motivation. Show all posts
Showing posts with label motivation. Show all posts

Sunday, March 4, 2012

Pintu Kamar Mandi


“Jangan dipakai !  Jangan dibersihkan!”
Dua kalimat seru  itu di print di atas karton yang di-laminating dan ditempel di depan pintu kamar mandi.  Ketika diundang ke salah satu Rumah Sakit swasta di bilangan Tangerang, saya masuk ke ruang direktur dan bicara dengan penghuni ruangan itu.  Disitulah saya menjumpai tulisan ‘aneh‘ itu.

Mungkin anda bingung, kenapa tulisan itu ada. Sama seperti saya, saya terus menerus memandangi tulisan itu. Sampai direktur itu menyadarinya dan berkata dengan perlahan, “Bapak bingung ya kenapa ada tulisan itu? Hampir semua orang yang bertamu ke sini, pasti menanyakan hal itu.  Bila saya perlu ke kamar mandi, saya pasti keluar dari ruangan ini dan pakai toilet di depan.  Toilet karyawan.  Agar saya bisa berbaur dengan yang lain, bisa ngobrol dengan mereka.  Tapi, kontraktor pembuat Rumah Sakit sudah terlanjut membuat kamar mandi di dalam ruangan direksi ini.  Unutk itu saya taruh tulisan itu, saya tidak mau ruangan toilet ini dipakai oleh SIAPA PUN, pakai yang diluar saja.  Saya tidak mau sombong, mentang-mentang pangkat tertinggi, toilet pun exclusive, harus terpisah dari yang lain. Karena tidak digunakan, maka tidak usah dibersihkan pula.”

WOW !
Satu kata, reaksi saya hanya satu kata.  Dalam perjalanan pulang, saya teringat akan teori manajemen yang pernah saya baca dalam sebuah literatur.  Orang Jepang yang pertama kali mengemukakan itu, tentang “pintu kamar mandi”.
Apa yang dikejar? Pembauran ? Down-to-earth? Efisiensi? Atau sekedar cari sensasi?

Eklusivitas mau dihapuskan, pembauran dilakukan.  Agar gap yang ada di antara top management dengan middle management maupun low management bisa diminimalisir.  Kebanyakan manusia di muka bumi ini bila sudah punya posisi, kekuasaan, kekuatan, mereka merasa “lebih” dari orang lain.  Tidak mau disamakan.  Punya harga yang tinggi.  Tapi itu semua mau dipatahkan dengan “pintu kamar mandi”
Semoga menginspirasi.  Tetap semangat !!

Lantai bawah


Pekerjaan saya mengharuskan saya keluar-masuk Rumah Sakit.  Jabodetabek, Bandung, Jogja, Lampung, Pekanbaru, dll.  Ketika diundang bicara di RS swasta di daerah Bekasi, saya kaget ketika turun ke lantai basement.  Padahal kala itu, saya mau bertemu dengan direktur utama dari rumah sakit itu, tapi kenapa ke basement?  Puluhan rumah sakit telah saya kunjungi, semuanya memiliki kesamaan, kantor manajemennya di lantai paling atas.  Tapi apa yang saya jumpai di RS itu adalah berkebalikan.  Lebih terkejut lagi ketika saya melihat arsitektur di lantai basement sangat berbeda dengan ground floor/lobi.  Lobi begitu mewah dan modern, sedangkan basement sangat sederhana dan terbilang biasa saja.  Ketika bertemu dengan sang direktur, untuk melepas rasa penasaran di dalam dada saya tanyakan, “Kenapa kantornya di basement?  Biasanya kan di lantai paling atas”

“Haha !  kita sengaja berkantor di bawah pak, dengan filosofi membangun dari bawah.  Menopang,” sambil membuat gerakan mengangkat barang dengan dua tangannya.
Sangat berbeda dengan rumah sakit-rumah sakit lainnya yang saya jumpai, di mana kantor manajemennya diletakkan di lantai paling atas.

Dua kata: think out of box dan berani berbeda.
Saya yakin filosofi itu juga dikomunikasikan kepada seluruh jajaran manajemen RS.
Semoga menginspirasi.  Tetap semangat!!

Tuesday, March 2, 2010

Tired spirit

Cape loch kalau apa pun rencana kita, pemikiran kita, tiap tindakan kita SELALU dipertanyakan oleh orang lain. Bahkan cenderung dipersalahkan. Akan lebih cape kalau orang-orang itu adalah orang yang terdekat, keluarga inti kita. Kemaren gw baru nonton film 3 Idiots di Blitz Megaplex (Pacific Place). Gw inget betul adegan di mana seorang bayi laki-laki lahir, orang tua & keluarganya langsung men-stempel-kan masa depan dia. "Kamu akan jadi insinyur". Tak seorang un menanyakan "apa yang kamu mau". Pada proses perkuliahan, si anak mendapat tekanan yang sangat hebat. Kuliah engineer yang berat, perlombaan untuk menjadi no.1, belum ditambah problem remaja dan keluarga yang dialaminya. Bakat dan minat dia adalah fotografi. Tapi si ayah mengharuskan dia menjadi insinyur.

Can you imagine it ? Hmm...oo sorry, perhaps you had the same experience ^^

Kita inginkan A, keluarga kita inginkan kita jadi B karena alasan X, Y, Z. Teman-teman kita bilang bagusnya kita jadi C. So... what should you choose ?

Memang benar hidup adalah pilihan. Tapi gw tersadarkan dengan tulisan awal pada buku Catch the Spirit yang ditulis oleh Agus Budiman terbitan Tifa Publishing House
Kita melupakan mimpi kita yang dulu membuat jiwa kita bergairah dan mata kita penuh cahaya harap. Sementara kita hidup dikelilingi oleh orang-orang yang gagal. Orang-orang yang tidak merealisasikan mimpi mereka.Mereka, orang-orang yang tak percaya

One big question from me ? What do you want ?
Pernah gak merenungkan, memikirkan masa depan lu ? Lu mau jadi apa, mau membina keluarga dengan siapa, tinggal di mana, anaknya berapa, nanti mau kerja atau usaha atau bahkan jadi biarawan/biarawati ?

Yes, life is a choice. Think about it !

Sebagai penutup, lirik lagu berikut sangat memberi inspirasi dan memotivasi loch... enjoy it

Lirik J-Rocks - Spirit

Takkan pernah lelah ku berlari
lewati semua rintangan yang menghalangi langkahku
dan membatasi mimpi-mimpiku

Ku takkan menyerah
meski lelah jiwa ‘tuk hadapi
Sampai mati ‘ku takkan berhenti

Setiap detik yang t’lah berlalu
Takkan pernah menunggu kita ‘tuk bisa pahami hidup
dan sesali semua yang t’lah lalu

Hadapi saja jangan kau ragu ‘tuk jalani hidup ini

Just spread all of your wings
And always chase your dreams
Leave all the pain and make our life begin
And when it seems to be hard to live in our ways
But we must go on and always struggling
To make all of our dreams come true

[solo]

Just spread all of your wings
And always chase your dreams
Leave all the pain and make our life begin
And when it seems to be hard to live in our ways
But we must go on and always struggling
To make all of our dreams come true

Just spread all of your wings
And always chase your dreams
Leave all the pain and make our life begin
And when it seems to be hard to live in our ways
But we must go on and always struggling
To make all of our dreams come true

To make our dream comes true!

special thanks to: lirik lagu indonesia

Tuesday, February 9, 2010

Business Sharing Experience

Bermula ketika kampus saya mengadakan lomba bertajuk Business Plan Competition di bawah naungan CfE (Centre for Entrepreneurship) Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Gejolak dalam hati tak tertahan, segera saya mencari kawan untuk ikut serta dalam lomba yang baru pertama kali digelar itu. Membuat business plan (bizplan), anggota kelompok maksimal 3 orang. Satu orang yang saya sounding , sebutlah si C, ia langsung mengiyakan ajakanku tanpa banyak bertanya.

Seorang sahabat yang dependable, friendly, talkative, aktif organisasi, berjiwa pengusaha. Seluruh kriteria yang saya butuhkan dalam mencari partner bisnis ada di dalam diri C.

Singkat cerita kami membuat bizplan. Bisnis yang saya angkat pada waktu itu adalah Production House dengan brand X-Mood Production. Branding X-Mood adalah sekumpulan eksekutif muda (dibaca: eks-mud --> x-mood) yang kreatif dan berjiwa muda. Dari sekian puluh peserta yang diseleksi, kami lolos ke 10 besar. Senang campur bingung. Penjurian tahap ini adalah presentasi. Tim lain beranggotakan 3 orang, hanya kami yang berdua. Aku pada waktu itu belum menemukan orang ke-3 dan hanya berdua aku pikir sudah efektif dan efisien.

Di presentasi kami tidak tampil dengan maksimal. Kurang persiapan, apalagi kami berdua tidak ada yang kuat di dalam bidang finance (baca: hitung-hitungan). X-Mood Production berhenti sampai disini.

Tiga besar yang masuk babak akhir adalah bisnis IT Solution, majalah kampus digital dan free, clothing. Pemenangnya adalah bisnis IT Solution, X-Soft. Aku ingat betul waktu penjurian akhir, open presentation di depan para juri dan audience. Presentasi X-Soft yang dibawakan oleh saudara WP, HD dan satu orang temannya memberi inspirasi padaku. Dari sinilah timbul keinginan membuat hal yang serupa.

Inilah cikal bakal dari Winning-Soft (PT. Datacaraka Solusindo). Kudekati teman paling cerdas di angkatanku, sebutlah E. Waktu lulus ia mahasiswa berprestasi #2 di kampus, betapa beruntungnya aku mendapatkan E sebagai seorang partner bukan kompetitor.

Dalam waktu singkat E mengumpulkan tim yang terdiri dari D, Yu, W, G, A dan Yn. Yang disebut terakhir disebut-sebut sebagai salah satu dewa coding di kampus. Dia adalah salah satu dedengkot dari Fave Club, software house yang dibentuk di bawah naungan BNCC.

Lupa tanggal persisnya, sekitar Juli 2005 di foodcourt kampus Angrek, kami membentuk tim dan atas usul E, disepakati bernama Winning-Soft (WS). Project demi project kami terima dan kerjakan. Sampailah di penghujung kuliah. G dan A tidak melanjutkan perjalanan bersama dengan kami. Mereka memilih untuk bekerja di perusahaan lain. Sisa 6 orang sepakat meneruskan dan men-serius-kan WS. Kami cari ruko, mengurus ijin PT ke notaris dan surat-surat lainnya. Akhirnya PT. Datacaraka Solusindo resmi berdiri pada tanggal, bertempat Hayam Wuruk, bilangan Harmoni.

Sampai sekarang bisnis terus berkembang, portfolio makin bertambah, customer yang kami layani pun beraneka ragam. Dari banking, home industry, manufacture, hospital, international school sampai bakery. Syukurlah menjelang akhir tahun 2009 banyak peluang dan tawaran kerja sama yang datang menghampiri. Kira-kira itu sepenggal kisah pengalaman dari bisnis yang kami geluti. Semoga bisa memberi inspirasi bagi Anda.

Friday, February 13, 2009

Time is like a river

Time is like a river
You can't touch the same water twice
because the flow that has passed will never pass again
Enjoy every moment of life

Thursday, October 16, 2008

Bersahabat Dengan Masalah

"If a problem doesn't kill you, it will make you stronger."

Seorang kawan mengeluh, "Pak, saya kok sering kena masalah ya?
Padahal saya ini sudah rajin berdoa, selalu positive thinking, tidak
pernah bikin susah orang lain, suka menolong orang lain, jujur dalam
bekerja, dan nggak neko-neko. Kenapa ya Pak? Apa masalah saya? Saya
sudah bosan kena masalah terus."

"Wah, selamat ya," balas saya.

"Lho, bagaimana sih Pak Adi ini. Saya punya banyak masalah kok malah
diberi selamat. Senang ya Pak kalau lihat orang susah?" kawan saya
balik bertanya dan agak jengkel.

"Sabar...sabar. .. bukan begitu maksud saya. Jangan tersinggung
dong," jawab saya cepat sambil berusaha menenangkan kawan saya ini.

Nah, pembaca, apa yang saya tulis di artikel ini merupakan hasil
obrolan saya dan kawan saya.

Masalah. Setiap orang pasti punya masalah. Setiap hari kita pasti
berhadapan dengan masalah. Kita berusan dengan masalah. Kita
mendapat masalah. Kita membuat masalah. Kita bahkan bisa jadi sumber
masalah. Masalah terbesar adalah kalau kita tidak tahu bahwa masalah
kita adalah kita merasa tidak punya masalah.

Pembaca, waktu Anda mengalami masalah, bagaimana reaksi Anda?

Apakah Anda marah? Jengkel? Sakit hati? Frustrasi? Takut?
Menyalahkan diri sendiri? Atau Anda cenderung untuk menyalahkan
orang lain?

Anda mungkin bertanya-tanya mengapa saya menggunakan
judul "Bersahabat Dengan Masalah". Apa nggak salah, nih? Kita kok
diminta bersahabat dengan masalah?

Benar. "Masalah" sebenarnya adalah hal yang sangat positif. Mari
kita bahas terlebih dahulu makna di balik kata "masalah". Masalah,
yang dalam bahasa Inggris adalah "problem", ternyata mempunyai akar
kata yang maknanya sangat berbeda dengan yang kita pahami selama
ini.

Akar kata "problem" berasal dari bahasa Yunani, proballein, yang
bila ditelusuri lebih jauh mengandung makna yang sangat positif. Pro
berarti forward atau maju. Sedangkan ballein berarti to drive atau
to throw. Jadi, problem berarti bergerak maju. Problem berarti
kesempatan untuk maju dan berkembang.

Sewaktu pertama kali mengetahui bahwa akar kata problem, proballein,
artinya bergerak maju, saya sempat terhenyak dengan perasaan kaget
dan takjub. Sungguh luar biasa dan sungguh benar. Coba kita
renungkan bersama. Masalah sebenarnya adalah suatu simtom yang
menunjukkan adanya suatu penyebab atau akar masalah. Justru dengan
seringnya seseorang mendapat "masalah", bila orang ini cukup bijak
dan jujur pada dirinya sendiri, ia akan berkembang dan bisa lebih
maju.

Lha, kok bisa begini?

Pernahkah Anda, atau mungkin orang yang Anda kenal, mendapat atau
mengalami masalah?

Jawabannya, " ;Sudah tentu pernah."

Pertanyaan saya selanjutnya, "Apakah masalah yang dialami Anda mirip
dengan masalah sebelumnya?"

Jika kita mau bersikap jujur dan jeli dalam mengamati maka
seringkali masalah yang kita alami sifatnya "mengulang" masalah
sebelumnya. Ada kemiripan atau kesamaan. Bentuk masalahnya bisa
berbeda namun polanya sama.

Satu contoh. Ada seorang wanita yang putus dengan pacarnya. Ia
marah, kecewa, sakit hati, dendam, dan bersumpah akan mencari
pasangan yang jauh lebih baik. Namun kenyataannya? Ia mendapatkan
pacar baru yang mempunyai karakter yang serupa dengan mantan
pacarnya.

Ada lagi seorang pengusaha besar, kawan saya, berulang kali kena
tipu. Sekali kena tipu jumlahnya nggak main-main. Bukan puluhan juta
tapi ratusan juta. Dan ini terjadi berulang kali.

Seorang kawan yang lain seringkali ribut dengan istrinya hanya
karena hal-hal sepele. Misalnya hanya karena si istri memencet pasta
gigi tidak dari bawah, tetapi dari tengah, ia marah besar.
Sebaliknya si istri walaupun telah diberitahu suaminya tetap
mengulangi pola perilaku yang sama.

Masalah yang kita hadapi sebenarnya menunjukkan "level" kita. Siapa
diri kita sebanding dengan masalah yang kita hadapi. Bukankah ada
tertulis bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui
kekuatan kita untuk mengatasinya? Dan setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya?

Masalah atau problem sebenarnya guru sejati yang seringkali kita
abaikan. Kebanyakan orang mengalami masalah yang serupa atau
berulang karena mereka tidak belajar dari masalah yang pernah mereka
alami.

Ibarat anak sekolah bila kita tidak naik kelas, karena nilai ujian
kita jelek, maka kita akan mengulang di level atau kelas yang sama.
Tidak mungkin guru akan menaikkan kita ke kelas berikutnya. Mengapa?
Lha, soal ujian di level ini saja kita nggak lulus apalagi kalau
diberi soal ujian level di atasnya.

Kita harus mengulang, tidak naik kelas, dengan harapan kita akan
belajar, meningkatkan diri, dan akhirnya mampu mengerjakan soal
ujian dengan benar. Dengan demikian kita "lulus" ke kelas
berikutnya.

Saat tidak naik kelas, bukannya belajar dari "masalah" ini, banyak
yang malah membuat masalah baru dengan menjadi marah, frustrasi, dan
menyalahkan guru atau sekolah. Anda pernah bertemu dengan orang
seperti ini?

"Ah, itu kan anak sekolah. Memang harusnya begitu," ujar kawan saya.

Lho, kita ini kan juga anak sekolah. Kita sekolah di Sekolah
Kehidupan. Kehidupan adalah tempat kita belajar. Untuk maju kita
harus menjadi pembelajar seumur hidup atau life long learner.

Ada yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik.
Saya kurang setuju dengan pernyataan ini. Menurut saya pengalaman
adalah guru terbaik bila itu pengalaman orang lain. Jadi, kita
belajar dan mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan dengan menelaah
dan mempelajari pengalaman orang lain dan kita terapkan untuk
kemajuan hidup kita. Lha, lebih baik mana, Anda kena tipu Rp 1
miliar atau Anda belajar dari pengalaman orang lain yang tertipu Rp
1 miliar dan Anda gunakan pengetahuan ini untuk melindungi diri Anda
agar tidak mengalami masalah yang sama?

Pengalaman adalah guru yang terbaik bila kita dapat memetik
pelajaran berharga dari apa yang kita alami. Kebanyakan orang
mengalami "pengalaman" hanya sekadar mengalami. Mereka tidak memetik
pelajaran atau manfaat apa pun dari pengalaman (baca: masalah)
mereka.

OK. Sekarang sudah jelas bahwa kita bisa belajar dari masalah. Tapi
bagaimana caranya?

Ada empat langkah mujarab untuk mengatasi setiap masalah dalam hidup:
1. Mengakui adanya masalah
2. Setiap masalah pasti ada sumber atau akar masalahnya
3. Bila akar masalah ditemukan maka masalah dapat dipecahkan
4. Jalan keluar untuk menyelesaikan masalah

Contoh konkritnya?

Mari kita analisis kasus yang dialami kawan saya. Itu lho, yang
bolak-balik kena tipu ratusan juta rupiah.

Langkah pertama adalah mengakui atau menerima bahwa ia punya
masalah. Ia harus berani mengakui dan memutuskan untuk mengubah hal
ini. Masalahnya adalah ia berkali-kali kena tipu. Banyak orang yang
bila mendapat masalah, hanya bisa berdoa, pasrah, nrimo, dan berkata
bahwa masalah mereka adalah bentuk cobaan dari Tuhan. Mereka
meyakini bahwa masalah yang mereka alami, karena merupakan cobaan
dari Tuhan, maka Tuhan-lah yang harus mengubah keadaan ini. Saya
tidak setuju dengan pandangan ini. Bukankah ada tertulis bahwa Allah
tidak akan membantu mengubah nasib umat-Nya apabila umat-Nya tidak
bersedia mengubah nasib mereka sendiri.

Langkah kedua adalah memahami bahwa masalah (simtom) yang ia alami
pasti ada sumber atau akar masalah. Dan akar masalahnya bukan
terletak di luar dirinya, misalnya ia tertipu karena kelihaian si
penipu dalam meyakinkan dirinya sehingga mau meminjami uang, tapi
akar masalahnya terletak di dalam dirinya.

Langkah ketiga, bila akar masalah yang ada di dalam dirinya berhasil
ditemukan, maka ia dapat mengatasi masalahnya.

Langkah keempat adalah memilih solusi terbaik yang akan digunakan
dalam mengatasi masalah. Setelah sukses melakukan empat langkah di
atas maka ia dapat memetik hikmah dari apa yang ia alami.

Sekarang akan saya uraikan langkah demi langkah yang dilakukan kawan
saya.

Langkah 1. Masalah: Saya tertipu ratusan juta berkali kali.

Langkah 2. Saya menyadari bahwa akar masalah terletak di dalam diri
saya.

Langkah 3. Akar masalah saya adalah belief yang menyatakan bahwa
saya adalah kasirnya Tuhan.

Langkah 4. Saya mengu bah belief saya, dari kasirnya Tuhan menjadi
Fund Manager uangnya Tuhan. Saya akan mengelola uang yang
dipercayakan kepada saya dengan hati-hati karena saya harus
mempertanggungjawab kan uang ini setiap akhir tahun buku.

Hikmah yang didapat dari masalah ini adalah bahwa apa yang ia alami
dipengaruhi oleh belief-nya. Setiap belief mengakibatkan konsekuensi
tertentu. Cara paling tepat untuk mengevaluasi apakah suatu belief
bermanfaat atau justru merugikan diri kita bisa dilihat dari akibat
yang ditimbulkan oleh belief-belief itu terhadap hidup kita.

Selama seseorang masih tetap memegang belief yang sama maka ia akan
mendapat hasil yang sama. Tidak mungkin terjadi seseorang mendapat
hasil yang berbeda dengan belief yang sama. Einstein menjelaskan
dengan sangat tepat saat ia berkata, "Insanity is doing the same
thing over and over but expecting different result."[awg]

Sumber: Bersahabat Dengan Masalah oleh Adi W. Gunawan. Adi W.
Gunawan lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah
pakar pendidikan dan mind technology, pembicara publik, dan trainer
yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri.

Tuesday, September 9, 2008

BOSAN

Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.

Tamu :"Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"

Pak Tua :
"Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya

rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."

Tamu :"Kenapa kita merasa bosan?"

Pak Tua :"Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."

Tamu :"Bagaimana menghilangkan kebosanan?"

Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."

Tamu :"Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"

Pak Tua:"Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"

Tamu :"Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."

Pak Tua :"Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."

Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"

Pak Tua :
"Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring.

Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan

tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu :"Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"

Pak Tua :"Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan. "

Tamu :"Contohnya? "

Pak Tua :"Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu :

"Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain
sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi.
Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap

membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata:

"Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang

berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak

merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal

dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria

Peace Is Not The Absence Of Enemies; Peace Is The Awareness Of God's Presence

"Have I not commanded you? Be strong and of good courage; do not be afraid, nor be dismayed, for the Lord your God is with

you wherever you go."
Joshua 1:9 (NKJV)
"And a great windstorm arose, and the waves beat into the boat, so that it was already filling. But He was in the stern,

asleep on a pillow. And they awoke Him and said to Him, 'Teacher, do you not care that we are perishing?'
Then He arose and rebuked the wind, and said to the sea, 'Peace, be still!' and the wind ceased and there was a great calm.

But He said to them, 'Why are you so fearful? How is it that you have no faith?'"
Mark 4:37-40 (NKJV)

"Let's see—hair's looking good, makeup's not smudged, clothes are stylish (no hanging strings), my coat has all the buttons,

and my Bible has no old bulletins sticking out of it. Yep, I guess I'm all set for church, right Lord?" For some reason, no

answer emits from Heaven; in fact, it's as quiet as a church parking lot on Monday morning!

It is a sad fact that far too many individuals attempt to change their life from the outside in. Society has begun to

infiltrate the church with the warped thinking that our circumstances determine our inner peace. That is the farthest thing

from the truth! The life of a believer can only be lived from the inside out.

Our peace is not dependent upon outward circumstances; it is dependent upon the God who dwells within us. Peace can be

defined as 'the inner state of one's heart causing them to be neither unmoved nor shaken by their present circumstances'."

The more we come to understand the presence of God among us, the more Heaven's peace will continue to increase in our hearts.
All of mankind in the world today longs for peace. True peace...the peace Christ gives us, comes through the acknowledgement

of God's presence in the lives of His children.

Daily Confession:
"God will never leave me or forsake me. I am strong and courageous...I will not fear; God is on my side. I have peace for I

acknowledge that God is always present with me."

Friday, August 8, 2008

10 RESEP SUKSES BANGSA JEPANG

1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911
jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari,sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5- 6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh perusahaan.

2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia
modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah
anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).

7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh
kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok" . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan "rin-gi" adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam "rin-gi".

9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Seorang anak yang baru masuk TK (Yochien) di Jepang. D ia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka "meminjam" uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang
Jepang relatif menghindari berkata "tidak" untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena "hai" belum tentu "ya" bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.


Friday, July 25, 2008

The Fern and The Bamboo

Pakis dan Bambu

Sumber: Tak Diketahui

Suatu hari aku memutuskan untuk berhenti..

Berhenti dari pekerjaanku, berhenti dari hubunganku dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasku, aku pergi ke hutan untuk bicara dengan TUHAN untuk yang terakhir kalinya.

"TUHAN," kataku. "Berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?"

DIA memberi jawaban yang mengejutkanku. "Lihat ke sekelilingmu,

" kata-NYA. "Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada di hutan ini? "

"Ya," jawabku.

Lalu TUHAN berkata:

"Ketika pertama kali AKU menanam mereka, AKU menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. AKU beri mereka cahaya. AKU beri mereka air. Pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah. Namun tidak ada yang terjadi dari benih bambu, tapi AKU tidak berhenti merawatnya."

"Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu, tetapi AKU tidak menyerah terhadapnya.

"

"Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu tapi AKU tetap tidak menyerah begitu juga dengan tahun keempat."

"Lalu pada tahun kelima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Dibandingkan dengan pakis, tunas itu kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti."

"Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. AKU tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani."

"Tahukan engkau, anakKU, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? AKU tidak menyerah terhadap bambu itu. AKU juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu."

Tuhan berkata, "Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah. "

"Saatmu akan tiba," TUHAN mengatakan itu kepadaku. "Engkau akan tumbuh sangat tinggi."

"Seberapa tinggi aku harus bertumbuh, TUHAN?" tanyaku.

"Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?" TUHAN balik bertanya.

"Setinggi yang mereka mampu?" aku bertanya.

"Ya," jawab-NYA. "Muliakan AKU dengan pertumbuhanmu, setinggi yang engkau dapat capai."

Lalu aku pergi meninggalkan hutan itu dan menceritakan kisah ini. Setiap orang memiliki hari-hari dimana mereka ingin untuk "berhenti".

Ketika ada pergumulan, masalah-masalah dalam hidup, ingatlah bahwa kita hanya sedang menumbuhkan akar-akar kita!!

TUHAN memiliki sebuah tujuan di dalam pikiran-NYA untuk setiap diri kita masing-masing dan kita butuh untuk selalu berhubungan dengan DIA dan membiarkan DIA menolong kita untuk mencapai tujuan itu.

Selalu ingatlah! DIA tidak akan pernah sekali-kali meninggalkan kita.
DIA tidak akan pernah menyerah terhadapku dan DIA juga tidak akan pernah menyerah terhadap Anda.

Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari. Hari-Hari yang baik memberikan kebahagiaan. Hari-hari yang kurang baik memberi pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.

TUHAN memberkati

Terlatih Ditolak - sebuah parodi

Aku sudah mulai lupa Saat pertama kali ditolak Dari penolakanyang halus Hingga diusir dari rumahnya *Terima kasih kalian  Barisan penolakan ...