Wednesday, October 8, 2008

10 Ciri Billioner

Minggu lalu saya berada di New York City, tepatnya Manhattan, yang
jaraknya kurang lebih 2500 mil dari kediaman saya di San Francisco Bay
Area. Seorang "mogul" alias pengusaha kelas kakap yang berteman dekat
dengan Donald Trump memanggil saya untuk membantunya dalam mendirikan
divisi baru institusi pendidikannya yang sudah mendunia. Sebutlah
namanya Mr. JC.

Sebagai seorang konsultan yang sering mendengar nama Mr. JC ini
disebut-sebut, tentu saja saya sangat girang ketika dikontak oleh
asistennya untuk mengunjungi Si Mogul ini untuk business meeting. Dengan
harap-harap cemas saya mempersiapkan segala sesuatunya agar presentasi
saya nanti tidak memalukan. Namanya saja berbisnis dengan seorang
pengusaha kelas kakap. Siapalah saya ini di matanya.

Ternyata, di luar dugaa n saya, Mr. JC sangat ramah dan informal.
Kecerdasannya tampak jelas dari "being comfortable in his own skin." Ia
sangat nyaman dengan dirinya sendiri, tidak ada unsur intimidasi maupun
berusaha tampak lebih cerdik daripada lawan bicaranya. Sungguh saya
sangat terkesan.

Selama kurang lebih 6 jam perjalanan pulang di pesawat, saya banyak
merenungkan pertemuan ini, terutama mengenai kepribadian Mr. JC yang
sangat menawan. Otak saya yang gemar melakukan studi komparasi kembali
bekerja. Satu per satu wajah orang-orang sukses muncul di benak saya.
Wah, ternyata banyak sekali kemiripan sifat dan perilaku mereka dengan
Mr. JC, yang tampaknya sangat bertolak belakang dengan sifat-sifat dan
perilaku mereka yang kurang berhasil.

Sepuluh unsur kepribadian seorang billionaire yang saya sarikan
berdasarkan komunikasi dan pergaulan pribadi dengan para billionaies dan
beberapa pengusaha sukses adalah sebagai berikut:

Satu, keberanian untuk berinisiatif.
Di sinilah letak keunikan utama pengusaha kelas kakap dunia. Mereka
selalu punya ide-ide jenial. Sebagai contoh, lihat saja si Raja Real
Estate, kebangkitannya dari bangkrut beberapa tahun yang lalu sekarang
sudah membuahkan lebih dari sekedar kerajaan properti belaka. Ada boneka
Donald, ada seri TV The Apprentice, ada online university
TrumpUniversity. com, bahkan ada t-shirt "You're Fired" dan buku-buku
best-sellernya. Semua berangkat dari inisiatif belaka, yang bisa kita
pelajari dan tiru.

Dua, tepat waktu.
Selalu menepati janji dan tepat waktu karena ini adalah bukti kemampuan
memanage sesuatu yang paling terbatas di dalam hidup kita, yaitu waktu.
Kemampuan untuk hadir sesuai janji adalah kunci dari semua keberhasilan,
terutama keberhasilan berbisnis. Respek terhadap waktu merupakan
pencerminan dari respek terhadap diri send iri dan partner bisnis.

Tiga, senang melayani dan memberi.
Seorang billionaire pasti mempunyai kepribadian sebagai pemimpin dan
seorang pemimpin adalah pelayan dan pemberi. The more you give to
others, the more respect you get in return. Syukur-syukur kalau ada
karma baik sehingga mendapat kebaikan juga dari orang lain. Paling tidak
dengan memberi dan melayani, kita sudah menunjukkan kepada dunia betapa
berlimpahnya kita. Alam bawah sadar kita akan terus membentuk blue print
sukses berdasarkan kemampuan memberi ini.

Empat, membuka diri terlebih dahulu.
Pernah Anda bertemu orang yang selalu mau bertanya soal hal-hal pribadi
tentang orang lain namun tidak pernah mau membuka diri? Mereka biasanya
hidup dalam ketakutan dan kecurigaan, yang pasti mereka akan sangat
sulit untuk mencapai kesuksesan karena dua hal ini adalah lawan dari
unsur-unsur yang membangun sukses. Rasa percaya dan kebesaran hati untuk
membuka diri terhadap lawan bicara merupakan cermin bahwa kita nyaman
dengan diri sendiri, lantas tidak ada yang perlu ditutupi, sesuatu yang
dicari oleh para partner bisnis sejati. (Siapa yang mau bekerja sama
dengan orang yang misterius?)

Lima, senang bekerja sama dan membina hubungan baik dengan para partner
bisnis.
Teamwork jelas adalah salah satu kunci keberhasilan utama. Donald Trump
dan Martha Stewart pun mempunyai tim-tim mereka yang sangat loyal
sehingga mereka bisa mencapai sukses luar biasa. "No man is an island,"
kita semua perlu membangun network kerja yang baik, sehingga jalan
menuju sukses semakin terbuka lebar.

Enam, senang mempelajari hal-hal baru.
Kembali kita mengambil contoh Pak Trump yang baru saja membuka online
university. Apakah beliau adalah ahli pendidikan? Seorang profesor?
Jelas tidak, namun dengan kegemarannya mencari hal-hal baru serta
langsung mengaplikasikannya, maka dunia bisnis semakin terbuka luas
baginya. Dunia bisnis baginya adalah tempat bermain yang luas dan tidak
terbatas. Kuncinya hanya satu: senang belajar dan mencari hal-hal baru.

Tujuh, jarang mengeluh, profesionalisme adalah yang paling utama.

Lance Armstrong pernah berkata, "There are two kinds of days: good days
and great days." Hanya ada dua macam hari: hari yang baik dan hari yang
sangat baik. Jangan sekali-kali mengeluh di dalam bisnis, walaupun suatu
hari mungkin Anda akan jatuh dan gagal. Mengapa? Karena setiap kali
gagal adalah kesempatan untuk belajar mengatasi kegagalan itu sendiri
sehingga tidak terulang lagi di kemudian hari. Hari di mana Anda gagal
tetap adalah a good day (hari yang baik).

Delapan, berani menanggung resiko.
Jelas, tanpa ini tidak ada kesemp atan sama sekali untuk menuju sukses.
Sebenarnya setiap hari kita menanggung resiko, walaupun tidak disadari
penuh. Resiko hanyalah akan berakibat dua macam: be a good or a great
day (lihat di atas). So, untuk apa takut? Kegagalan pun hanyalah
kesempatan belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama di kemudian hari
kan?

Sembilan, tidak menunjukkan kekhawatiran (berpikir positif setiap saat).

Berpikir positif adalah environment atau default state di mana
keseluruhan eksistensi kita berada. Jika kita gunakan pikiran negatif
sebagai default state, maka semua perbuatan kita akan berdasarkan ini
(kekhawatiran atau cemas). Dengan pikiran positif, maka perbuatan kita
akan didasarkan oleh getaran positif, sehingga hal positif akan semakin
besar kemungkinannya.

Sepuluh, "comfortable in their own skin"

Alias nyaman dengan diri sendiri tanpa perlu berusaha menut up-nutupi
sesuatu maupun supaya tampak "lebih" dari lawan bicaranya. Pernah
bertemu dengan billionaire yang rendah diri alias tidak nyaman dengan
diri mereka sendiri? Saya yakin tidak ada. Kenyamanan menjadi diri
sendiri tidak perlu ditutup-tutupi supaya lawan bicara tidak tersinggung
karena setiap orang mempunyai tempat tersendiri di dunia yang tidak bisa
digantikan oleh orang lain.

Saya adalah saya, mereka adalah mereka. Dengan menjadi diri saya
sendiri, saya tidak akan mengusik keberadaan mereka. Jika mereka merasa
tidak nyaman, itu bukan karena kepribadian saya, namun karena mindset
yang berbeda dan kekurangmampuan mereka dalam mencapai kenyamanan dengan
diri sendiri.

Apakah Anda mempunyai kepribadian seorang billionaire? Hanya Anda yang
bisa menjawab

No comments:

Post a Comment

17 Agustus

  Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi Empat setengah tahun dalam siksa dan penuh derita Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri Akh...