Sunday, July 11, 2021

Bhagwan Hai Kahan Re Tu (O Lord, where are you?)

Lyrics & Translation

Movie: PK
Music: Shantanu Moitra
Lyrics: Swanand Kirkire
Singer: Sonu Nigam
Music Label: T-Series

Lagu dari salah satu 5 film terfavourite sepanjang masa yg pernah kutonton, mengisahkan seorang (alien lebih tepatnya) yang mencari Tuhan, melakukan yang terbaik yang 
ia bisa dalam hidupnya, tetapi tetap tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, yang membuatnya sangat putus asa bertanya pada Tuhan dimana Dia berada.

Menurutku ini lagu terbaik dan yang paling intense dalam film PK. Must listen, highly recommended, like the movie.


Hai suna ye poori dharti tu chalata hai
Meri bhi sun le araj, mujhe ghar bulaata hai
Bhagwan hai kahan re tu, aye khuda hai kahan re tu

I've heard that you run the whole world,
Listen to my prayer too, my home calls me,
O Lord, where are you? O God, where are you?

Hai suna tu bhatke mann ko raah dikhata hai
Main bhi khoya hoon mujhe ghar bulata hai
Bhagwaan hai kahan re tu, aye khuda hai kahan re tu

I have heard that you show the path to the lost hearts,
I am lost too, my home calls me back..
O Lord, where are you? O God, where are you?

Main pooja karoon, ya namaazein padhoon
Ardaas karoon din rain
Na tu mandir mile, na tu girje mile
Tujhe dhoondhein thake mere nain
Tujhe dhoondhein thake mere nain
Tujhe dhoondhein thake mere nain


Should I worship you (like Hindus do), or should I offer you a namaaz (like Muslims do)
Should I offer an ardaas
(like Sikhs do, all of these religions are not mentioned explicitly, and the meaning here is not specific to these religions, but the point made is about that a man simply doesn't know what he can do to find you.)
You are neither found in the temple, nor in the Church,
My tired eyes look for you
My tired eyes look for you
My tired eyes look for you

Jo bhi rasmein hai wo saari, main nibhaata hoon
In karoDon ki tarah main sir jhukata hoon
Bhagwan hai kahan re tu, aye khuda hai kahan re tu

All the customs that are there (to find you), I follow them all,
I bow my head to you, like these crores, [crore = 10 million]
O Lord, where are you? O God, where are you?

Tere naam kayi, tere chehre kayi
Tujhe paane ki raah hain kai..
Har raah chala, par tu na mila
Tu kya chaahe main samjha nahi

You have many names, you have many faces,
there are many ways to find you..
I walked on all those paths, but couldn't find you..
I didn't understand what is it that you want..

Soche bin samjhe jatan karta hi jaata hoon
Teri zid sar-aankhon par rakh ke nibhaata hoon
Bhagwan hai kahan re tu, aye khuda hai kahaan re tu

I keep on trying, without thinking or understanding,
I follow your insistence with all due respect..
O Lord, where are you? O God, where are you?

[Though not explicitly said, the first line of the above paragraph can be interpreted as following the Bhagwadgita, which asks you to keep on doing your duty, without worrying or thinking about the results. Here the protagonist too says that he keeps on trying, following the customs and ways to find God, though here he seems to have lost his patience as he desperately asks God where He is.]

Hai suna, ye poori dharti tu chalata hai
Meri bhi sun le araj, mujhe ghar bulata hai
Bhagwan hai kahan re tu, aye khuda hai kahan re tu
Bhagwan hai kahan re tu, aye khuda hai kahan re tu..

I have heard that you show the path to the lost hearts,
I am lost too, my home calls me back
O Lord, where are you? O God, where are you?
O Lord, where are you? O God, where are you?..


disadur dari link

Tuesday, May 4, 2021

Review Hotel Bumi Makmur Indah - Lembang

 2 -3 Mei 2021
Deluxe Room: 118


  1. Lokasi di seberang bakso Mandeep, depan pertigaan Pertapaan Karmel, sebelah Polsek.  Pinggir jalan raya persis jadi mudah ditemukan, terlebih ada plang-nya.
  2. Kamar yang di-booked teman saya adalah Deluxe, isi 4 single bed.  Pas diantar oleh satpam, setelah dari receptionist tentunya, kamarnya double bed dengan 2 single bed yang bisa dikeluarkan dari bawahnya.  Setelah di cross check ke reception, baru dapat kamar yang 4 single bed, 3 di atas, 1 di bawah.  Padahal sore itu tamu di hotel itu hanya 2, saya agak bingung bagaimana bisa terjadi kesalahan.  Ha ha ha....
  3. Dengan harga under IDR 200K/kamar bisa untuk 4 orang, sudah cukup baik dan bersih untuk fasilitas dan service-nya.  Tapi perlu saya notice adalah di kamar mandi tidak ada hanger baju dan cermin di atas wastafel.  Dua hal itu, krusial dalam kamar mandi hotel, IMHO (In My Humble Opinion). 
  4. Ada teko listrik seperti biasanya fasilitas hotel dan hanger in-room, dengan gantungan hanya 1.  Untuk 4 bed, agak lucu mereka hanya menyediakan 1 hanger.  Meskipun saya yakin betul kalau diminta, pasti diberikan.
  5. Pintu kamar mandi mesti sudah dikunci dari dalam, tapi masih ada celah yang bisa terlihat dari luar.
  6. Di dalam komplek hotel yang parkirannya luas ini, ada Indomaret tepat di samping pintu gerbang.  Ini salah satu fasilitas yang wow untuk sebuah hotel.

Service ***
Facility ***
Cleanliness ***
Price per value ***

Monday, December 21, 2020

Cerpen: Penumpang (Part 1)

“Jadi.... kamu sebenarnya mau kemana?” tanyaku lirih. Beberapa detik tak ada suara tanggapan.  “Sudah Pak.. jalan saja.. saya ikut kemana mobil ini pergi,” jawabnya.  

“Baiklah kalau begitu.”

Sabin, nama anak yang duduk di lantai bagasi mobilku, usianya belasan tahun, belum 17 nampaknya. Tadi ia naik taksi online-ku di daerah Setiabudi, hendak menuju ke Pluit.  Di perjalanan ia menaruh 3 keping emas kecil di samping bangku ku lalu berkata pelan, “Pak Ganjar, bolehkan saya duduk di bagasi sehari ini, biarkan saya menumpang dan tidur nanti ketika bapak sudah selesai kerja, saya janji akan diam.  Saya berikan 3 keping emas ini sebagai bayarannya.  Anggap saja saya tidak ada, ambil penumpang seperti biasa.”  Sontak aku mengerem dan meminggirkan mobilku sampai berhenti di tepi jalan dengan hazzard menyala.  Kunyalakan lampu kabin dan menengok belakang, “Apa ?”

Sorot matanya tajam, meski memakai masker aku melihat matanya yang coklat tidak berkedip, “Biarkan saya duduk di bagasi selama bapak bekerja, saya ingin keliling kota ini.” Permintaan yang sangat tidak biasa.  Memang sekarang lagi pandemi, orang-orang tidak berkeliaran di kota karena takut terjangkit atau menularkan virus.  Banyak industri terguncang bahkan hancur karenanya.  Hampir semua perusahaan melakukan work from home, kerja dari rumah, tak sedikit yang mengurangi pendapatan pegawainya bahkan PHK.  Keluargaku juga terdampak, aku full time taksi online harus merasakan pengurangan pendapatan yang sangat signifikan, kalau orang-orang tidak bepergian tidak kerja, lantas siapa yang kuantar ?  Istriku yang tadinya ibu rumah tangga, terpaksa membuat kue dan menjualnya online.  Jaman ini, harus ikat pinggang dan menyingsingkan lengan baju, berhemat dan pandai-pandai mencari uang tambahan.

Tiga keping emas seukuran logam 1000, itu akan sangat membantu di tengah pandemi, pikirku.  Tapi

bagaimana anak ini, masa duduk di bagasi selama aku kerja ? Bagaimana nanti kalau ada orang yang bawa barang di bagasi? Bagaimana keselamatan anak ini? Oh, apa aku berpikir kejauhan?

“Hmm... Sabin ya namamu ?” ujarku sambil menatap layar smartphoneku.

“Iya” tak ada gentar dalam suaranya.

“Di mana kamu tinggal, Sabin?”

“Bagaimana Pak Ganjar tawaran saya?” ia tidak menjawab pertanyaanku, persisten dengan kemauannya. “Bagaimana kalau ada yang taruh barang di bagasi?” tanyaku, “Bapak bilang saja kepada orangnya ‘Biar saya yang taruh di bagasi, mas/mbak silakan duduk di mobil’” Benar juga, bisa dengan cara begitu (/ itu).

“Baiklah, kalau itu yang kau mau” aku kembali mengarahkan pandanganku ke depan, mematikan lampu kabin dan hazzard, melanjutkan perjalanan.  “Tapi Bapak harus tetap ke Pluit, kalau engga nanti ketahuan di sistem,” ujarku menjelaskan. “Ia ngga apa-apa, nanti kalau sudah di Pluit, baru saya pindah ke belakang.”

........

Tuesday, December 15, 2020

Review: Sleep Inn Box – Jogja

1.       Parkir mobil Cuma 1.
2.       Sendal lepas, tidak ada tempat yang proper untuk menaruhnya.
3.       Resepsionis OK, ramah, service cepat.
4.       Lantai 1: beberapa ruangan
Lantai 2: 1 ruangan saja (8 bed), pintu gesernya sulit untuk dirapatkan, suka nge-gelosor sendiri.
Kamar mandi Cuma ada 2
A.  Kamar mandi + toilet (air panas)
B.  Kamar mandi (air dingin)
5.       Loker cukup spacy.
6.       Pantry.
7.       Tempat gantung handuk basah di luar – jemuran tali.
8.       Kamar mandi kecil, jadi cipratan air mengenai gantungan baju.
9.       Common room di lt.2, TV, bean bag.  Cukup cozy.  Tanpa kursi/sofa.
10.   Wifi lt.1 dan lt.2 ready.
11.   Harga capsule: IDR <60K/nite/bed.
12.   Lokasi dekat terminal dan laundry kiloan.

Tanggal menginap 3 – 4 Sep 2020

Saturday, December 12, 2020

Sisa Daun

Memperhatikan pohon persis di depanku
Saat meminum kelapa di bibir pantai Pandawa
Aku baru tersadar bahwa 90% daun dari pohon ini sudah tiada
Sisanya di bagian kiri bawah, masih tumbuh dengan subur
Jadi muncul pertanyaan “Kok bisa?”
“Kenapa bisa begitu?” “Mengapa ya?
Sontak aku mengaitkan dengan kehidupan manusia
Ada orang yang sudah berkali-kali terpukul dengan bermacam-macam kesulitan/masalah,
Tapi ia tetap bertahan hidup/surviving
Orang yang lain lagi lahir dengan disabilitas, berjuang tiap hari dalam hidupnya dan bisa hidup mandiri
Pohon ini meski daunnya sebagian besar sudah rontok tapi ia masih bertahan hidup
Ia tidak menyerah dan terus berjuang untuk hidup (syd)
 

Pantai Pandawa, Bali
3 November 2020

Monday, December 7, 2020

Review: Caca Homestay (Reddoorz) – Kediri

1.       Parkir mobil hanya 3.
2.       Lokasi mudah ditemukan, pointing gmaps persis.
3.       No breakfast, jangan sedih jangan bimbang, ada warung pecel persis di depan hotel.
4.       Kamar mandi ada gantungan baju cukup.
5.       Dekat tempat wisata: Museum Airlangga + komplek.
6.       Relatif tenang dan bersih.
7.       Ada pantry dan bisa masak.
8.       Lobby/common room bisa untuk nongkrong dan makan.

Thursday, December 3, 2020

Renungan Harian 3 Desember 2020

Renungan Harian 

Kamis, 3 Desember 2020

Pesta S. Fransiskus Xaverius, Imam & Pelindung Karya Misi

“Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil.Matius 28:17-18

"Tidak pernah ada seorangpun yang dapat unggul dalam hal-hal besar, bila pertama-tama tidak unggul dalam hal kecil" (St. Fransiskus Xaverius)

“Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil,” lirik Mazmur yang ngga asing ‘kan, gaess? Sadar ngga gaess kalau kalimat ini adalah kalimat terakhir yang diucapkan Tuhan Yesus sebelum meninggalkan murid-muridnya? Bisa dibilang ini adalah wasiatnya Tuhan Yesus. Kalau wasiat itu berarti penting apa engga ya? Trus mewartakan Injil tuh bagaimana sih? Berdiri di depan banyak orang dan mengupas Kitab Suci? Pergi ke orang-orang sakit kusta, merawat mereka seperti St. Theresa dari Calcutta? Pergi ke daerah-daerah misi dan ngomongin tentang Yesus? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita simak kisah hidup tokoh ini.

Fransiskus seorang bangsawan kelahiran Spanyol, saat studi di universitas di Paris, ia sekamar dengan Ignatius Loyola yang kemudian menjadi pengaruh besar terhadap jalan hidup Fransiskus di kemudian hari.  Bersama Ignatius Loyola dan 5 rekan yang lain, termasuk Petrus Faber, Fransiskus mengikrarkan kaulnya pada tanggal 15 Agustus 1534, menandai awal berdirinya Serikat Yesus. Pertanyaan dasar yang membuka lembaran hidupnya yang baru ialah, “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, namun kehilangan jiwanya?” Yang akhirnya mengilhai jalan hidupnya sehingga ia berani mengabdikan seluruh hidupnya sebagai seorang Abdi Allah bagi penyebaran Injil dan pembangunan Kerajaan Allah di dunia.

Santo Fransiskus Xaverius (FX) yang pestanya kita peringati hari ini merupakan teladan dalam pewartaan Injil.  Sebagai seorang Imam Jesuit dan Pelindung Karya Misi, ia melaksanakan perintah Yesus ini secara luar biasa.  FX benar-benar pergi ke seluruh dunia, ke banyak negara lebih tepatnya, Goa-India;  Jepang; Malaka; sampai ke Indonesia bagian Timur (Maluku dan Ternate), demi pewartaan Injil. Bahasa-bahasa daerah setempat juga ia pelajari agar lebih mudah diterima oleh warga setempat.

Melanjutkan pembahasan awal, “Mewartakan Injil?  Harus jadi pewarta dong?” Engga gitu juga, Ferguso. Dengan kita melakukan apa yang benar dalam Injil, berbuat cinta kasih, melakukan studi/pekerjaan/usaha kita dengan benar & taat kepada Injil, tidak korupsi (waktu, uang, apapun), itu sudah mewartakan Injil loch!  Lakukan saja hal-hal kecil dengan hati yang tulus.  Dan coba tanyakan ini ke diri sendiri: Apakah perbuatanku, kata-kataku sesuai dengan apa yang Tuhan mau? Apakah orang lain melihat Tuhan dalam diriku? Jika jawabannya iya, berarti gaess sudah mewartakan Injil. Bagaimana bisa mewartakan berita baik ke orang lain, kalau kitanya sendiri engga melakukan hal yang baik, ya ga sich? Gaess percaya sama sales motor X yang datangnya naik motor Y? Dia sendiri ngga pakai produk yang dia jual, mana bisa kita percaya sama dia?

Apakah kita menghadirkan kebaikan kepada sesama kita, lingkungan alam dan segala ciptaan Tuhan? Masa adventus menjadi kesempatan indah bagi kita untuk mewujudkan tanggung jawab kita sebagai murid-murid Tuhan untuk mewartakan kebaikan kebaikan di mana pun juga. (syd)


*ditayangkan di Instagram @katolikvidgram

Terlatih Ditolak - sebuah parodi

Aku sudah mulai lupa Saat pertama kali ditolak Dari penolakanyang halus Hingga diusir dari rumahnya *Terima kasih kalian  Barisan penolakan ...