Memutuskan untuk gowes ke Gedung Pertemuan Linggarjati yang kemarin sudah didatangi bersama teman. Dengan wacana merayakan kemerdekaan Republik Indonesia di situs bersejarah (baca: buat bahan konten kekinian & relatable – materi IG).
Belum 15 menit aku gowes dari rumah teman di Kuningan, nafas
sudah mau putus, aku berhenti dan duduk di pinggir jalan, meluruskan kaki,
nafas senin-kemis. Rasanya pintu surga
sudah samar-samar terlihat, apa sekarang waktuku? Gila, belum terlatih untuk medan
uphill-downhill, badanku menjerit kesakitan, ingin menyerah. Setelah nafas sudah mulai normal, dada tidak
lagi sakit, pikiran sudah lurus kembali, gowes pun kulanjutkan.
Entah berapa kali aku berhenti dan berjalan menenteng
sepeda, karena badan yang tidak sanggup menghadapi medan yang ekstrim
(bagiku). Papan petunjuk “Gedung
Pertemuan Linggarjati 1 km,” tidak kurang dari 3 kali aku berhenti, turun dan
berjalan. Aku sudah pasrah, memang belum
sanggup, tidak apa-apa aku turun dan berjalan.
Tidak ada yang perlu aku buktikan.
Sesampainya di Gedung Pertemuan Linggarjati, air kelapa yang
pertama kusambar, segar sekali setelah lelah menggowes. Minum degan
(kelapa) ketemu rombongan dari Pondok Gede yang suka bercanda, lumayan teman
ngobrol sebentar. Setelah foto-foto
sepedaku di Linggarjati, aku mampir ke cafe yang kemarin aku sambangi bersama
teman. Kenapa datang lagi? Karena teteh
barista yang manis #ehhh. Habis sudah
aku gombali teteh itu, kemudian aku gowes pulang.
Perjalanan balik banyak menyimpan cerita. Pertama, shifter (pengganti gigi) belakang
trouble, sehingga aku tidak bisa menaik-turunkan gigi, rantainya bertahan di
gigi yang paling berat. Ke dua, lampu
belakang, yang baru beli di Kuningan, mati.
Ke tiga, earphone bluetooth low battery, satu-satunya hiburan yang bisa
kudapat ketika gowes jadi hilang, padahal lagu bisa membawa mood bersemangat
dan sangat menghibur.
Berkali-kali turun dan jalan kaki jinjing sepeda atau istirahat ambil nafas dan me-relaks-kan paha
juga betis. Medan pulangnya, oh sungguh
terlalu kalau kata Bang Rhoma, nanjak terus ngga dikasih kendor. Akhirnya sampai juga di rumah temanku, di
perjalanan ia sempat menawari untuk menjemputku.
Kuningan, 17/08/2020
No comments:
Post a Comment