Friday, March 19, 2010

Topeng

Tapi buka dulu topengmu
Buka dulu topengmu
Biar ku lihat warnamu
Kan kulihat warnamu

Sepenggal bait dari syair lagu yang sempat booming di awal tahun 2000-an, dipopulerkan oleh band kenamaan Peterpan, judulnya singkat "Topeng"

Seorang kawan yang pelukis memiliki kegemaran melukis di kanvas dalam ukuran yang besar. Lebih kurang 1,5 x 1,5 meter, bisa lebih besar dari itu. Ciri khas dalam tiap lukisannya adalah selalu ada topeng dan bunga kamboja. Beberapa lukisannya, yang masih tertata rapi di rumahnya, pernah ia tunjukkan padaku.
Di setiap lukisan bertokoh manusia, pasti manusia itu mengenakan topeng. Rasa penasaran yang begitu meluap akhirnya tersalurkan ketika aku bertanya "Mengapa selalu ada topeng ?"

Lebih kurang penuturannya seperti ini, manusia ketika ia keluar dari rumahnya ia menggunakan 'topeng', sebut saja topeng A. Ketika sampai di kantor, ia pakai topeng B. Ketika pulang, mampir ke rumah ibadahnya maka topeng C yang dikenakannya. Kembali ke rumah, topeng D ia pakai.

Manusia pada umumnya, seolah-olah sedang menjalankan aturan permainan dari sebuah, atau beberapa permainan dengan pola tingkah laku tertentu, yang dalam artikel ini disebut dengan topeng.
Mungkin sekali kita tak bermaksud untuk memakainya, atau bahkan tak sadar bahwa kita bertopeng.
Topeng merupakan tembok yang memisahkan kita dari orang lain, sekaligus berfungsi sebagai perisai yang mencegah orang lain untuk lebih mendekati kita.

Di balik topeng itu, kita menyembunyikan diri di dalam dunia kita yang kecil, terpisah dari yang lain.

Jangan bertanya mengapa kita bertopeng ! Tapi sadarilah kita sering memakai topeng ketika menghadapi orang lain. Konsekuensi dari bertopeng sunggu besar bagi kehidupan kita dan relasi kita.

2 comments:

17 Agustus

  Empat ratus lima puluh tahun masa kolonisasi Empat setengah tahun dalam siksa dan penuh derita Penuh pergolakan demi kedaulatan negeri Akh...