Tak pernah kumengerti jalanMu
RencanaMu dalam hidupku, tak kunjung kulihat
Layaknya prajurit di garis depan
Hanya tahu bertempur dengan lawan di depan mata
Tak pernah tahu strategi besarnya
Mana sanggup aku mengerti pikiranMu
Engkau yang menciptaku, bumi dan alam semesta
Apalah aku di hadapanMu
Hanya berjalan, mohon bimbinganMu saja
Pena yang menari, menorehkan kata menjadi kalimat, menyusun bait. Kumpulan tulisan, jurnal, renungan, cerita, perwujudan perasaan
Thursday, March 26, 2020
Wednesday, March 25, 2020
Sparing Partner
Tak lama setelah gate tol-ku terbuka, sebuah sedan melesat dengan sangat cepat. Sontak naluriku berkata "Gassss !!!" segera saja kuinjak pedal gas. Aliran adrenalin ke seluruh tubuhku membuat semangat menjadi-jadi, jantung berdenyut lebih cepat. Banting kanan, hajar kiri, tak terasa speedometer menunjuk angka 140 kmh.
Awalnya dari tampak belakang kukira mobil itu Honda Accord hitam. Beruntung ia terjebak dengan mobil-mobil di depan dan sekitarnya, sehingga jarak kami pun makin dekat, barulah aku tau sparing partner-ku adalah sebuah BMW 3 series warna biru terang. Wow ! Pantas tak bisa kukejar dengan Honda Mobilio matic tipe E yang jadi peganganku. Meskipun aku tahu, dari spesifikasi mobil, top speed, akselerasi dan lainnya, BMW biru itu sangat di atasku, tak ada peluang aku untuk menang, tapi aku tak menyerah begitu saja. Terus saja ku melaju, tak kenal kata menyerah, kumatikan AC dalam kabin, agar power bertambah.Saat-saat menegangkan pun tiba, ketika masuk tikungan perpecahan arah Bintaro Serpong dan tol merak-bandara. Ia masuk dari dalam, kuhajar dari luar. Kuturunkan transmisi dari D ke S agar engine break. Rem kumainkan dan fokus pada steering wheel. Sering terdengar bunyi berdecit, membuat jantung makin berdetak dengan cepat; adrenalin semakin menyembur. Aku berhasil mengimbangiya saat tikungan itu, tapi saat tikungan berakhir, akselerasi BMW itu pun meninggalkanku jauh. Apalagi ketika masuk jalan lurus, dengan sedikit mobil dan hambatan di lintasan, jarak kami pun makin jauh.
Keluar pintu tol Pondok Raji, tujuanku, total waktu hanya 7 menit, rekor bagiku. BMW itu pun exit nya sama. Baru saat ia berhenti mengantri di pom bensin, baru aku menyusul dia. Ingin rasanya aku berhenti, turun dan menyapa sang pengendara, berterima kasih sudah memberi inspirasi bagiku dan perasaan yang sudah lama tak kurasa.
Friday, January 17, 2020
Di Girisonta hatiku berlabuh
Tak puas-puasnya aku menikmati taman di tengah-tengah rumah retret Girisonta ini. Ditambah kicau burung, semakin indah. Background sound nya memang suara kendaraan lalu lalang, karena memang Girisonta berdiri persis di pinggir jalan raya yang cukup besar dan ramai (kalau di tengah jalan, ketabrak dong *halah*). Memang aku suka berkebun, tanaman dan bunga. Cocok sekali dengan taman ini.
Berjalan sedikit ke tengah taman (ada jalan setapak untuk pejalan kaki), sarang burung dara berdiri kokoh, barisan burung dara berwarna putih bertengger dengan anggun di puncak sarang. Sesekali terlihat ada yang berkelahi, kepala mereka saling beradu, ke kiri dan kanannya; mungkin memperebutkan wilayah tempat bertengger, haha.
Setelah belajar sedikit tentang spiritualitas Ignatian di kelas SBS (Schooled by Spirit), mudah bagiku "Finding God in all things" (Menemukan Tuhan dalam segala) di tempat ini, bagaimana tidak, hamparan rumput, pepohonan rimbun, tanaman dan bunga. Kutemukan Engkau Tuhan.
Sering sekali kudendangkan madah "Ambillah dan Trimalah" (Arr. Onggo Lukito) yang lirik aslinya ditulis St. Ignatius Loyola dalam LR (Latihan Rohani) 234. Waktu kelas SBS, kubaca doa "Ambillah Ya Tuhan" itu wow, rasanya berat sekali mendoakan itu, sebuah doa penyerahan total pada Tuhan.
Berjalan sedikit ke tengah taman (ada jalan setapak untuk pejalan kaki), sarang burung dara berdiri kokoh, barisan burung dara berwarna putih bertengger dengan anggun di puncak sarang. Sesekali terlihat ada yang berkelahi, kepala mereka saling beradu, ke kiri dan kanannya; mungkin memperebutkan wilayah tempat bertengger, haha.
Setelah belajar sedikit tentang spiritualitas Ignatian di kelas SBS (Schooled by Spirit), mudah bagiku "Finding God in all things" (Menemukan Tuhan dalam segala) di tempat ini, bagaimana tidak, hamparan rumput, pepohonan rimbun, tanaman dan bunga. Kutemukan Engkau Tuhan.
Sering sekali kudendangkan madah "Ambillah dan Trimalah" (Arr. Onggo Lukito) yang lirik aslinya ditulis St. Ignatius Loyola dalam LR (Latihan Rohani) 234. Waktu kelas SBS, kubaca doa "Ambillah Ya Tuhan" itu wow, rasanya berat sekali mendoakan itu, sebuah doa penyerahan total pada Tuhan.
Doa Penyerahan (Suscipe)
Ambillah Tuhan dan terimalah
Seluruh kebebasanku, ingatanku,
pikiranku dan segenap kehendakku,
segala kepunyaan dan milikku,
Engkaulah yang memberikan,
padaMu Tuhan kukembalikan.
Semuanya milikMu,
Pergunakanlah sekehendakMu.
Berilah aku cinta dan rahmatMu,
cukup sudah itu bagiku.
Damai di Girisonta
Kubuka saja pintu kamarku
Pepohonan dan hamparan rumput
Kuntum bunga dan burung dara
Segera menyergap mataku
Bagaimana bisa tidak damai rasa hati ini
Matahari mulai menghangat
Kicauan burung membahana
Kiranya mereka bersarang
Di puncak pohon-pohon besar di taman
Angin menghembus keras
Daun saling bertumbuk
Bunyi gemirisik layaknya hujan
Tak mau kalah,
Ketika mentari sembunyi
Jangkrik memimpin orkes serangga
Sahut menyahut mengumandangkan madah
Kutemukan Engkau dalam segala
Pepohonan dan hamparan rumput
Kuntum bunga dan burung dara
Segera menyergap mataku
Bagaimana bisa tidak damai rasa hati ini
Matahari mulai menghangat
Kicauan burung membahana
Kiranya mereka bersarang
Di puncak pohon-pohon besar di taman
Angin menghembus keras
Daun saling bertumbuk
Bunyi gemirisik layaknya hujan
Tak mau kalah,
Ketika mentari sembunyi
Jangkrik memimpin orkes serangga
Sahut menyahut mengumandangkan madah
Kutemukan Engkau dalam segala
Thursday, January 16, 2020
Menjadi Tenang
Indonesia dengan puluhan ribu pulau, ratusan suku, ratusan bahasa. Ragam flora fauna unik hanya dapat ditemui di negeri ini. Tidak terhitung banyaknya peneliti yang khusus datang ke negeri Jamrud Khatulistiwa ini. Tempat wisata? Ohh.. jangan ditanya kawan.... bahkan ada pulau/daerah yang dibeli oleh orang asing. Yah, anda tidak salah baca, dibeli, memang secara legal tidak bisa WNA (Warga Negara Asing) membeli lahan di daerah NKRI ini,... tapi, ini Indonesia bung! Mengenaskan memang, beberapa titik lokasi wisata dimiliki warga asing, yang berarti penghasilannya masuk bukan ke kantong-kantong orang Indonesia/pemerintahnya.
Dari sekian banyak lokasi wisata; pemandangan yang membuat mulut ternganga, tempat ziarah rohani, pantai-pantai indah molek, lokasi diving yang cantik nan ciamik, gunung dengan segala kemegahannya atau apapun itu; di Indonesia ini aku sejak bertahun-tahun lampau punya cita-cita untuk datang ke tempat ini. Tempat ini tidak terletak di tepi pantai atau gunung, pemandangan terbilang biasa bahkan lokasinya persis di pinggir jalan raya yang cukup ramai.
Girisonta! Berlokasi di Ungaran, sekitar 24 km dari Semarang. Di kompleks Girisonta terdapat gereja (paroki St. Stanislaus), novisiat Jesuit (tempat pendidikan calon imam untuk tarekat/ordo SJ), rumah retret, rumah jompo (khusus pastor-pastor Jesuit) dan makam.
Sejak akhir Des 2019, ibuku membantu menjadwalkan retret pribadi untuk aku dan dia. Atas usul dan dorongan seorang kawan, akhirnya cita-citaku yang sudah lama kupendam, terwujud pada tanggal 12 Jan 2020! Bahkan sejak 3 km sebelum sampai ke lokasi (thanks Google Maps) aku merasa deg-degan. Belum masuk ke gerbangnya, aku sudah mem-foto tulisan besar di depan "GIRISONTA".
Bagiku di sinilah tempat lahir dan wafatnya Jesuit. Kenapa begitu ? Umumnya, perjalanan seorang calon imam (seminaris) dimulai dengan pendidikan di Seminari Menengah, menjelang akhir studi, mereka akan memilih ordo/tarekat mana yang sekiranya cocok untuk dia (tentunya sesuai dengan panggilan Tuhan juga sih), kemudian mereka masuk novisiat. Pendidikan awal dari sebuah tarekat, bisa dibilang gitu. Dalam kompleks yang sama, ada rumah pastor-pastor sepuh (purnakarya). Lalu, pemakaman juga ada. Lahir dan wafatnya Jesuit.
Sejenak aku ingat perkataan Buddha, Lahir - Tua - Sakit - Mati, merupakan konsekuensi dari kehidupan yang pasti akan dialami oleh semua orang.
Aku sampai di kompleks Girisonta + 15.40, jadwal misa di paroki Girisonta adalah 16.30. Pas sekali! Bila Ia berkehendak, waktunya bisa dibuat semua pas. Sengaja aku tidak misa di Jakarta, karena memang sulit bangun pagi, hahaha, dan memang ingin misa di sekitaran Semarang. Saat dalam perjalanan dari Jakarta ke Girisonta, kami menyetir, baru aku cari tau tentang jadwal misa di Kabupaten Semarang melalui apps eKatolik. Ternyata ada tulisan "Paroki St. Stanislaus Girisonta", saat kubandingkan alamatnya, sama dengan Rumah Retret Girisonta. Wow ! Amazing ! Perjalanan seharusnya dapat ditempuh selama 5,5 jam tapi karena kami beberapa kali berhenti di rest area, waktu tempuh total sekitar 6 jam 10 menit (09.30-15.40)
Begitu kuinjakkan kaki di bumi Girisonta, hati ini bersuka ria. Setelah ganti baju yang lebih pantas untuk misa, aku ditinggal, karena ayah dan ibuku sudah misa pagi di Jakarta, mereka pergi makan sate sapi yang terkenal di sini. Kulangkahkan kaki 'tuk melihat semua hal yang bisa kulihat, kujelajahi tampak depan dari Girisonta, karena belum bisa masuk ke rumah retretnya.... Gereja, gedung novisiat (yang tertutup untuk umum), patung Santo Stanislaus, tampak depan rumah retret, tampak depan makam. Dan sepanjang aku berjalan, ku memadahkan "Ambillah dan Trimalah" karya Onggo Lukito. Tak lupa kuabadikan apa yang kulihat dengan kamera smartphoneku. Layaknya anak kecil yang baru dibawa ke kebun binatang, begitulah girangnya hatiku (mari berasumsi semua anak kecil suka ke kebun binatang =D )
Tak dinyana, setelah misa usai, ada sepasang suami istri muda yang nampaknya mengenaliku, si suami menggoyangkan2 telunjukknya ke arahku. Ternyata teman Choice (sebuah weekend/komunitas single katolik). Mereka pindah ke Semarang, setelah nikah, ya iyalah..dulu kan kenalnya di Jakarta.... mereka me-manage usaha keluarga dari si istri, sebuah rumah makan di daerah Bandungan (Bandungan itu seperti Puncak/Cipanas-nya Jakarta). Mereka memiliki anak perempuan yang very adorable!! Malu-malu gitu ketika kutanya siapa namanya. Haha. Lilo, 4 tahun. "Lilo & Stitch," sontak aku bertanya dan wajah bingung. Si ibu menjawab sebenarnya namanya Lourdes, panggilannya Lilo. Unik ! Bersamaan dengan berpisah dengan mereka, mobil orang tuaku datang, tentunya beserta sate sapi, ohh.... i'm starving...
Girisonta, 12 Januari 2020
Pesta Pembabtisan Tuhan
ps: judul "Menjadi Tenang" diambil dari sebuah tulisan untuk refleksi yang diberikan romo pembimbing. Ingin kutulis tulisan yang sangat bagus dan mengena itu disini, tapi teringat kalau nanti siapa tau ada pembaca yang ikut retret pribadi disana, spoiler dongg
Dari sekian banyak lokasi wisata; pemandangan yang membuat mulut ternganga, tempat ziarah rohani, pantai-pantai indah molek, lokasi diving yang cantik nan ciamik, gunung dengan segala kemegahannya atau apapun itu; di Indonesia ini aku sejak bertahun-tahun lampau punya cita-cita untuk datang ke tempat ini. Tempat ini tidak terletak di tepi pantai atau gunung, pemandangan terbilang biasa bahkan lokasinya persis di pinggir jalan raya yang cukup ramai.
Girisonta! Berlokasi di Ungaran, sekitar 24 km dari Semarang. Di kompleks Girisonta terdapat gereja (paroki St. Stanislaus), novisiat Jesuit (tempat pendidikan calon imam untuk tarekat/ordo SJ), rumah retret, rumah jompo (khusus pastor-pastor Jesuit) dan makam.
Sejak akhir Des 2019, ibuku membantu menjadwalkan retret pribadi untuk aku dan dia. Atas usul dan dorongan seorang kawan, akhirnya cita-citaku yang sudah lama kupendam, terwujud pada tanggal 12 Jan 2020! Bahkan sejak 3 km sebelum sampai ke lokasi (thanks Google Maps) aku merasa deg-degan. Belum masuk ke gerbangnya, aku sudah mem-foto tulisan besar di depan "GIRISONTA".
Bagiku di sinilah tempat lahir dan wafatnya Jesuit. Kenapa begitu ? Umumnya, perjalanan seorang calon imam (seminaris) dimulai dengan pendidikan di Seminari Menengah, menjelang akhir studi, mereka akan memilih ordo/tarekat mana yang sekiranya cocok untuk dia (tentunya sesuai dengan panggilan Tuhan juga sih), kemudian mereka masuk novisiat. Pendidikan awal dari sebuah tarekat, bisa dibilang gitu. Dalam kompleks yang sama, ada rumah pastor-pastor sepuh (purnakarya). Lalu, pemakaman juga ada. Lahir dan wafatnya Jesuit.
Sejenak aku ingat perkataan Buddha, Lahir - Tua - Sakit - Mati, merupakan konsekuensi dari kehidupan yang pasti akan dialami oleh semua orang.
Aku sampai di kompleks Girisonta + 15.40, jadwal misa di paroki Girisonta adalah 16.30. Pas sekali! Bila Ia berkehendak, waktunya bisa dibuat semua pas. Sengaja aku tidak misa di Jakarta, karena memang sulit bangun pagi, hahaha, dan memang ingin misa di sekitaran Semarang. Saat dalam perjalanan dari Jakarta ke Girisonta, kami menyetir, baru aku cari tau tentang jadwal misa di Kabupaten Semarang melalui apps eKatolik. Ternyata ada tulisan "Paroki St. Stanislaus Girisonta", saat kubandingkan alamatnya, sama dengan Rumah Retret Girisonta. Wow ! Amazing ! Perjalanan seharusnya dapat ditempuh selama 5,5 jam tapi karena kami beberapa kali berhenti di rest area, waktu tempuh total sekitar 6 jam 10 menit (09.30-15.40)
Begitu kuinjakkan kaki di bumi Girisonta, hati ini bersuka ria. Setelah ganti baju yang lebih pantas untuk misa, aku ditinggal, karena ayah dan ibuku sudah misa pagi di Jakarta, mereka pergi makan sate sapi yang terkenal di sini. Kulangkahkan kaki 'tuk melihat semua hal yang bisa kulihat, kujelajahi tampak depan dari Girisonta, karena belum bisa masuk ke rumah retretnya.... Gereja, gedung novisiat (yang tertutup untuk umum), patung Santo Stanislaus, tampak depan rumah retret, tampak depan makam. Dan sepanjang aku berjalan, ku memadahkan "Ambillah dan Trimalah" karya Onggo Lukito. Tak lupa kuabadikan apa yang kulihat dengan kamera smartphoneku. Layaknya anak kecil yang baru dibawa ke kebun binatang, begitulah girangnya hatiku (mari berasumsi semua anak kecil suka ke kebun binatang =D )
Tak dinyana, setelah misa usai, ada sepasang suami istri muda yang nampaknya mengenaliku, si suami menggoyangkan2 telunjukknya ke arahku. Ternyata teman Choice (sebuah weekend/komunitas single katolik). Mereka pindah ke Semarang, setelah nikah, ya iyalah..dulu kan kenalnya di Jakarta.... mereka me-manage usaha keluarga dari si istri, sebuah rumah makan di daerah Bandungan (Bandungan itu seperti Puncak/Cipanas-nya Jakarta). Mereka memiliki anak perempuan yang very adorable!! Malu-malu gitu ketika kutanya siapa namanya. Haha. Lilo, 4 tahun. "Lilo & Stitch," sontak aku bertanya dan wajah bingung. Si ibu menjawab sebenarnya namanya Lourdes, panggilannya Lilo. Unik ! Bersamaan dengan berpisah dengan mereka, mobil orang tuaku datang, tentunya beserta sate sapi, ohh.... i'm starving...
Girisonta, 12 Januari 2020
Pesta Pembabtisan Tuhan
ps: judul "Menjadi Tenang" diambil dari sebuah tulisan untuk refleksi yang diberikan romo pembimbing. Ingin kutulis tulisan yang sangat bagus dan mengena itu disini, tapi teringat kalau nanti siapa tau ada pembaca yang ikut retret pribadi disana, spoiler dongg
Friday, September 20, 2019
Jejak kaki di tanah Borneo
Kali pertamaku di tanah Borneo, disambut kabut asap, di cancel penerbangannya, yap! Sungguh tak terlupakan...
Tepat pukul 17.30 Bagian Barat Waktu Indonesia burung besi yang kutunggangi merapatkan roda-roda panasnya di landasan Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Senang bercampur lega, bagaimana tidak, penerbanganku pk 10.20 yang telah di-delay kemudian di-cancel, akhirnya mendapat reschedule ke 16.20. Dewi Fortuna masih berpihak padaku, penumpang-penumpang yang antre di counter customer service untuk reschedule penerbangan mereka tidak mendapat ganti penerbangan di hari yang sama, minimal keesokan harinya, untukku? hari itu juga aku sampai di tanah Borneo. God is good, indeed.
Adalah Conference on Exorcism, sebuah konferensi pertama yang diselenggarakan di Indonesia mengenai pengusiran setan, yang membuatku terbang sampai kesini. Minatku yang tinggi di topik ini, menghilangkan rasa malas, jarak dan biaya. Sudah lama rasanya aku menikmati kesukaanku pada topik exorcism, dari mulai film-film Hollywood yang kutonton, padahalnya aku sangat sangat tidak menyukai film horror, terkecuali ada unsur exorcist -nya; seminar bertema sama yang kuikuti; sampai pelayanan berunsur sama. So, ketika e-flyernya itu sampai di monitor smartphone-ku, tidak lama sampai keputusan utk mengikutinya kuambil. Biayanya terbilang cukup lumayan, melebihi UMR Jakarta utk tiket seminar dan tiket pp.
~Sengaja aku datang ke kotamu~ ehh kok jadi nyanyi tembang kenangan...
Sengaja aku datang lebih cepat, tgl 17 sep, untuk mengunjungi customer dan menjajal kuliner2 di sini. Dua orang teman dan satu customer, menemani 2 hari ku untuk mencicip beberapa tempat makan khas daerah Ponti.
Taman Alun Kapuas menjadi tujuanku setelah menyantap Chai Kue di Gleam Cafe. Jalan kaki kupilih jadi moda transportasinya, karena jaraknya hanya 500 meter saja. Taman itu biasa saja, tapi karena terletak di pinggir Sungai Kapuas, jadi rasanya wajib kusambangi. Ada perahu yang bisa berlayar bolak balik untuk merasakan Sungai Kapuas, hanya dengan Rp 15.000,- saja. Terlihat beberapa perahu kecil menjual penganan dan minuman instan. Jembatan yang artistik menjulang untuk menyebrang. Kususuri tepi Sungai Kapuas sampai belok ke daerah pertokoan yang sudah tutup, maklum saja sudah lewat pk 20.30, sampai tembus ke jalan raya Tanjung Pura.
Tak kusangka ketika berjalan kaki pulang ke hostel tempat istirahat, ada sebuah boardgame cafe di sini, pas banget sejalan pulang, tidak sampai 2 km dari hostelku. Ternyata (dedicated) boardgame cafe itu yang pertama di Ponti dan baru 1 bulan usianya. dari 21.30 - 01.20 kuhabiskan di sana. Di Meeple Indonesia (instagram @meeple.indonesia) berkenalan dengan teman-teman baru, bermain beberapa permainan baru, sangat mengasyikkan dan re-charge energiku.
Paket mainnya unik deh, ada 3
A. Premium 48rb
Games + Special Menu + Ice Tea (refill)
or
Games + Basic Menu + Any Drink
B. Basic 38rb
Games + Basic Men/Drink
C. Economic 28rb
Games + Ice Tea (refill)
Mainnya seharian, ngga jam-jam an gitu.
Game yang sempet kujajal:
1. Santorini: game terkenal yang baru kumainkan, lucu sih, bangun membangun, seperti waktu kubangun jembatan ke hatimu (#eaaa)
2. Patchwork: game ala2 penjahit dengan ada kancing, padahal kaga ada hubungan sama jahitan, hahahha
3. Katamino Family: 2 player, puzzle, pattern building, seruu ! bisa utk anak2 bocah
4. Betrayal at house on the hill: seru abis ! 6 orang main, ngga kerasa 1,5 jam lebih blom kelar. RPG, buka tile baru setiap jalan, macam dungeon2 gitu.
Cerita tentang hostelku, ini sangat menarik. The Colour Hostel
1. Harga
+ Rp 65.000,-/malam
WOW banget kan !!! Traveloka-in aja
Harga sudah sangat support, karena ketika kubuka Airbnb, paling murah itu USD 10/night, bandingin sama 65rb IDR (around 5 USD)
2. Kebersihan
Bersih ! That's it
3. Experience
Ini capsule hotel, hostel type, jangan harapkan 1 kamar cuma 2 orang, kamar mandi dalam, 65rb jek, come on! 1 kamar isi 14 orang, bunk bed, ranjang atas dan bawah, bagasi/koper bisa disimpan di lemari bawah dengan kunci masing-masing. Alas kaki disimpan di lemari khusus setelah pintu masuk, jadi dalam gedung itu tdk menggunakan alas kaki.
Tegur sapa dengan sesama tamu pasti terjadi, pengalaman ngobrol dengan expat: yes, tepatnya dari 3 negara berbeda dalam 2 malam (Inggris, Malaysia, India).
Cuci piring sendiri, bisa sewa sepeda, ada informasi makanan2 recommended se Pontianak, ada informasi wisata di kota ini.
4. Staff
Kind, helpful, agile, cheerful
5. Facility
Kamar mandi luar, wastafel panjang di samping kamar mandi, ada 3 lantai di gedung (ruko sih sebenernya mah), lt 1 resepsionis + lounge/tempat duduk ngobrol or makan + pantry/dapur + ruang main game/musik/laptop. Ada PS3 di lounge, gitar listrik (2) dan ampli, 1 keyboard, I bet the owner is a musician.... di kamar AC dingin, tiap ranjang dilengkapi lampu, 1 colokan listrik, meja lipat utk nulis dll, gantungan baju, space di samping ranjang utk taro barang dan tentunya gorden.
I give 9 out of 10 for this hostel. When I going back to Pontianak, I'll get back here.
So... there's two more days, many food I want to try... wait for me !
Tepat pukul 17.30 Bagian Barat Waktu Indonesia burung besi yang kutunggangi merapatkan roda-roda panasnya di landasan Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Senang bercampur lega, bagaimana tidak, penerbanganku pk 10.20 yang telah di-delay kemudian di-cancel, akhirnya mendapat reschedule ke 16.20. Dewi Fortuna masih berpihak padaku, penumpang-penumpang yang antre di counter customer service untuk reschedule penerbangan mereka tidak mendapat ganti penerbangan di hari yang sama, minimal keesokan harinya, untukku? hari itu juga aku sampai di tanah Borneo. God is good, indeed.
Adalah Conference on Exorcism, sebuah konferensi pertama yang diselenggarakan di Indonesia mengenai pengusiran setan, yang membuatku terbang sampai kesini. Minatku yang tinggi di topik ini, menghilangkan rasa malas, jarak dan biaya. Sudah lama rasanya aku menikmati kesukaanku pada topik exorcism, dari mulai film-film Hollywood yang kutonton, padahalnya aku sangat sangat tidak menyukai film horror, terkecuali ada unsur exorcist -nya; seminar bertema sama yang kuikuti; sampai pelayanan berunsur sama. So, ketika e-flyernya itu sampai di monitor smartphone-ku, tidak lama sampai keputusan utk mengikutinya kuambil. Biayanya terbilang cukup lumayan, melebihi UMR Jakarta utk tiket seminar dan tiket pp.
~Sengaja aku datang ke kotamu~ ehh kok jadi nyanyi tembang kenangan...
Sengaja aku datang lebih cepat, tgl 17 sep, untuk mengunjungi customer dan menjajal kuliner2 di sini. Dua orang teman dan satu customer, menemani 2 hari ku untuk mencicip beberapa tempat makan khas daerah Ponti.
Taman Alun Kapuas menjadi tujuanku setelah menyantap Chai Kue di Gleam Cafe. Jalan kaki kupilih jadi moda transportasinya, karena jaraknya hanya 500 meter saja. Taman itu biasa saja, tapi karena terletak di pinggir Sungai Kapuas, jadi rasanya wajib kusambangi. Ada perahu yang bisa berlayar bolak balik untuk merasakan Sungai Kapuas, hanya dengan Rp 15.000,- saja. Terlihat beberapa perahu kecil menjual penganan dan minuman instan. Jembatan yang artistik menjulang untuk menyebrang. Kususuri tepi Sungai Kapuas sampai belok ke daerah pertokoan yang sudah tutup, maklum saja sudah lewat pk 20.30, sampai tembus ke jalan raya Tanjung Pura.
Tak kusangka ketika berjalan kaki pulang ke hostel tempat istirahat, ada sebuah boardgame cafe di sini, pas banget sejalan pulang, tidak sampai 2 km dari hostelku. Ternyata (dedicated) boardgame cafe itu yang pertama di Ponti dan baru 1 bulan usianya. dari 21.30 - 01.20 kuhabiskan di sana. Di Meeple Indonesia (instagram @meeple.indonesia) berkenalan dengan teman-teman baru, bermain beberapa permainan baru, sangat mengasyikkan dan re-charge energiku.
Paket mainnya unik deh, ada 3
A. Premium 48rb
Games + Special Menu + Ice Tea (refill)
or
Games + Basic Menu + Any Drink
B. Basic 38rb
Games + Basic Men/Drink
C. Economic 28rb
Games + Ice Tea (refill)
Mainnya seharian, ngga jam-jam an gitu.
Game yang sempet kujajal:
1. Santorini: game terkenal yang baru kumainkan, lucu sih, bangun membangun, seperti waktu kubangun jembatan ke hatimu (#eaaa)
2. Patchwork: game ala2 penjahit dengan ada kancing, padahal kaga ada hubungan sama jahitan, hahahha
3. Katamino Family: 2 player, puzzle, pattern building, seruu ! bisa utk anak2 bocah
4. Betrayal at house on the hill: seru abis ! 6 orang main, ngga kerasa 1,5 jam lebih blom kelar. RPG, buka tile baru setiap jalan, macam dungeon2 gitu.
Cerita tentang hostelku, ini sangat menarik. The Colour Hostel
1. Harga
+ Rp 65.000,-/malam
WOW banget kan !!! Traveloka-in aja
Harga sudah sangat support, karena ketika kubuka Airbnb, paling murah itu USD 10/night, bandingin sama 65rb IDR (around 5 USD)
2. Kebersihan
Bersih ! That's it
3. Experience
Ini capsule hotel, hostel type, jangan harapkan 1 kamar cuma 2 orang, kamar mandi dalam, 65rb jek, come on! 1 kamar isi 14 orang, bunk bed, ranjang atas dan bawah, bagasi/koper bisa disimpan di lemari bawah dengan kunci masing-masing. Alas kaki disimpan di lemari khusus setelah pintu masuk, jadi dalam gedung itu tdk menggunakan alas kaki.
Tegur sapa dengan sesama tamu pasti terjadi, pengalaman ngobrol dengan expat: yes, tepatnya dari 3 negara berbeda dalam 2 malam (Inggris, Malaysia, India).
Cuci piring sendiri, bisa sewa sepeda, ada informasi makanan2 recommended se Pontianak, ada informasi wisata di kota ini.
4. Staff
Kind, helpful, agile, cheerful
5. Facility
Kamar mandi luar, wastafel panjang di samping kamar mandi, ada 3 lantai di gedung (ruko sih sebenernya mah), lt 1 resepsionis + lounge/tempat duduk ngobrol or makan + pantry/dapur + ruang main game/musik/laptop. Ada PS3 di lounge, gitar listrik (2) dan ampli, 1 keyboard, I bet the owner is a musician.... di kamar AC dingin, tiap ranjang dilengkapi lampu, 1 colokan listrik, meja lipat utk nulis dll, gantungan baju, space di samping ranjang utk taro barang dan tentunya gorden.
I give 9 out of 10 for this hostel. When I going back to Pontianak, I'll get back here.
So... there's two more days, many food I want to try... wait for me !
Sunday, July 28, 2019
Perjumpaan dengan Gagal Ginjal
Teringat pesan
ayah saya utk mengisi tekanan angin, dalam perjalanan dinas ke arah Poris,
Tangerang, saya sempatkan mampir pom bensin Pertamina. Rencana hanya mengisi tekanan angin biasa,
akhirnya jadi mengisi angin dengan Nitrogen, atas masukan dari partner bisnis
saya yg duduk di sebelah. Sebagai pemula
di bidang pengisi angin dengan Nitrogen, ternyata jika ingin mengisi Nitrogen,
ban yg ada harus dikosongkan terlebih dahulu, kemudian baru diisi dengan
Nitrogen. Satu ban (mobil) harganya Rp
10.000,- untuk pertama kali isi. 4 ban jadi memakan waktu lama.
Kantong kemih
rasanya sudah meluap, sehingga saya minta tolong partner bisnis saya utk
menggantikan saya di bangku pengemudi selagi saya menunaikan panggilan alam.
Saat kembali ke mobil, saya tidak enak hati melihat 2-3 antrian motor di
belakang saya, kontan saya ajak ngobrol bapak setengah baya dengan kaos putih
yang persis antri di belakang saya.
“maaf ya pak,
nunggu lama, saya baru pertama kali isi”
“oh ngga apa2”
“bapak sering isi
nitrogen pak ?”
“sejak tahun
2000”
“WOW”
Saya menanyakan
perbedaan angin biasa dengan angin nitrogen, ia menjelaskan berbeda dan terasa
ketika mengemudi di jalan tol dan beberapa keunggulan lainnya. Asik ngobrol,
saya tanya dia kerja dimana, bagaimana keluarganya (pakai jurus FORM: Family,
Occupation, Recreation, Message). Beliau kerja di daerah jakarta barat. Anaknya 3, laki-laki semua. Anak pertamanya,
saat kenaikan SMA 3, terdiagnosa gagal ginjal, dan meninggal dunia setelah 10 hari
dirawat di Harapan Kita
Shock sekali saya
mendengarnya, setelah mengucapkan turut berduka, saya alihkan pembicaraan
dengan menanyakan anak ke 2 dan ke 3. Ternyata anak ke 2 baru lulus SMA kelas
3, sedang menunggu pengumuman sekolah penerbangan. Anak ke 3, baru umur 6
tahun. “wah jauh ya jaraknya”, celetuk saya.
Keingintahuan
saya mengalahkan rasa malu, akhirnya saya beranikan diri untuk menanyakan
kenapa anak pertamanya bisa kena gagal ginjal, dengan tidak lupa menambah
kata-kata “maaf ya pak saya nanya ini, kalau boleh tau kenapa anak bapak yg
pertama bisa kena gagal ginjal ? apakah minumnya kurang ? Saya bergerak di
bidang filter air minum”
Sang Bapak sama
sekali tidak keberatan menjawab pertanyaan itu, kemudian ia menuturkan
kisahnya...
Ketika anak
pertama itu didiagnosa gagal ginjal, seluruh rumah sakit di daerah Tangerang
tdk ada yg mau menerimanya, dugaan saya karena peralatan yg belum mumpuni.
Akhirnya ke Harapan Kita. Di RS itu, sang bapak melihat banyak anak-anak mudah
(di bawah 20 tahun) yang terkena gagal ginjal, karena penasaran sang bapak
menanyakan kpd orang tua pasien kenapa bisa terjadi. Semua menjawab karena anak-anak itu terlalu
sering minum-minuman dalam kemasan/jajanan pasar. Dokter yang menangani putra sang bapak juga berpesan agar minuman-minuman itu
jangan diminum. Sontak saya kaget luar
biasa, karena baru saya tahu akan informasi ini, sepengetahuan saya orang yang
kena gagal ginjal adalah para senior/lansia (lanjut usia) yang karena faktor
umur, ginjalnya sudah berkurang fungsinya; penderita diabetes/darah tinggi/penyakit
degeneratif yang harus minum obat seumur hidup.
Salah satu
passion saya adalah kesehatan, selain untuk diri sendiri tapi saya senang
sekali bila bisa membantu orang lain hidup lebih sehat. Saya pernah belajar
tentang air yang berkualitas untuk kesehatan, membaca-baca literatur yang ada,
dan saya bersyukur bisa bertemu dengan sang bapak...
Bila saja saya
tau ilmu tentang air dan kesehatan jauh lebih awal, dan saya bisa share ke
banyak orang, mungkin saya bisa menyelamatkan nyawa orang hari ini...
Subscribe to:
Posts (Atom)
Terlatih Ditolak - sebuah parodi
Aku sudah mulai lupa Saat pertama kali ditolak Dari penolakanyang halus Hingga diusir dari rumahnya *Terima kasih kalian Barisan penolakan ...
-
arr. L. Putut Pudyantoro Kala kudengar panggilan Tuhan Ku persembahkan seluruh hidupku Lalu ku arungi samudera luas Berpegang pada k...
-
(OST. Penginapan Pintu Naga) Hidup yang penuh rintangan Tercurah bak derasnya hujan Mengapa kita harus jumpa Bila tak tahu akan ke mana Rind...
-
Semenjak aku sakit, sedikit ada gelombang dalam hubungan kita Sakitku ini bukanlah sakit fisik, tapi psikis Ketika sakit, banyak yang beruba...