Monday, September 8, 2008

Asal Muasal Nama RAGUNAN

Nama Ragunan diyakini berasal dari nama Tumenggung Wiraguna yg makamnya terdapat di perempatan republika, mampang, kemang dan pejaten..di dekat sungai kecil dan jembatan. Tokoh dalam cerita legenda Rara Mendut-Pranacitra. Ringkasan ceritanya sebagai berikut:

Didaerah Kadipaten Pati tinggal seorang gadis desa cantik jelita bernama Mendut. Ketika wilayah Pati dikuasai Mataram, banyak harta kekayaan diangkut ke Mataram. Gadis Mendut atau yang kemudian disebut Rara Mendut pun menjadi boyongan Tumenggung Wiraguna, Senapati Mataram. Tumenggung Wiraguna jatuh cinta pada Rara Mendut. Ia berusaha untuk mempersuntingnya. Rara Mendut tidak menanggapinya dengan alasan :

(1). Tumenggung Wiraguna adalah Senapati Praja yang dengan sendirinya menjadi pengayom semua rakyat, dan
(2). Rara Mendut telah mempunyai pilihan seorang pemuda desa yang sangat tampan, Pranacita.
Hubungan asmara Rara Mendut dengan Pranacita menjadikan Wiraguna sangat bernafsu bercampur malu. Berbagai upaya keji untuk memisahkan hubungan keduanya. Wiraguna membuat rekayasa keji untuk menghabisi nyawa Pranacita. Rencana keji itu terlaksana. Jenazah Pranacita dikebumikan di tempat terpencil di hutan Ceporan, Desa Gandhu, lebih kurang 9 Km sebelah timur Yogyakarta.

Setelah Pranacita meninggal ternyata Wiraguna pun tidak berhasil memaksakan keinginannya untuk mempersunting Rara Mendut. Tumenggung Wiraguna semakin mendesak. Rara Mendut tetap tidak mau melayaninya. Akhirnya ia melarikan diri ke pemakaman Pranacita dan bunuh diri disamping pusara kekasihnya, Pranacita. Jenazah Rara Mendut dikebumikan menjadi satu liang lahat dengan kekasihnya. Makam Rara Mendut – Pranacita yang legendaris itu di Gandhu ini sekarang sering dipakai sebagai tempat ziarah bagi muda – mudi, dewasa, dan para pedagang.

Pada tahun 1677, Raja Mataram mengirim pasukan ke Batavia utk menaklukan VOC. Panglima perang nya pun dikerahkan yg bernama Tumenggung Wiraguna. Nah kemudian Tumenggung ini mengalami kekalahan sewaktu membawa ratusan prajurit ke wilayah dekat pasar minggu...lalu beliaupun terbunuh dan dimakamkan di situ..maka dibuatlah nama Ragunan dari nama Wiraguna.

*diambil dari milist netzaga*

Friday, September 5, 2008

Kursus GRATIS: Pintar Menulis dalam 9 Minggu

Apakah ada yang lebih menarik dari gratisan?
Gratis tanpa embel-embel sama sekali?

Semua orang pasti suka, bukan?

Karena itulah, dengan bangga situs www.BelajarMenulis.com mempersembahkan:

“Kursus GRATIS: Pintar Menulis dalam 9 Minggu”

Secara rutin, Anda akan mendapat email berisi kiat jitu seputar penulisan, satu kali seminggu, selama 9 minggu.

Berminat?

Jika ya, silahkan isi saja formulir yang tersedia di sebelah kanan blog ini. Kelihatan kan?

Hidup Gratisan!!!

Ayo Menulis

"Ayo Menulis!"

"Orang yang memiliki kebiasaan menulis memiliki kondisi mental lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukannya. " -- James Pennebaker, Ph.D., dan Janet Seagal, Ph.D., University of Texas, Austin, dalam Journal of Clinical Psychology.

"AYO BELAJAR!", begitulah perintah orang tua terhadap anaknya ketika sang anak ketahuan sedang asyik menonton televisi atau bermain game. Kalimat generik dari orang tua mana pun, bahkan hal serupa pernah
kita alami ketika kita masih kanak-kanak. Namun, rasanya kita jarang mendengar atau bahkan tak pernah ada orang tua yang menyuruh anaknya untuk menulis? "Ayo menulis!", pernahkah Anda mendengarnya?

Betul, menulis. Tak lazim memang perintah itu. Bagi anak-anak yang masih terbatas kemampuan menulisnya pasti akan mendelik. "BT ah" mungkin kalimat itu yang akan keluar dari mulutnya. Lagi pula, jangankan anak-anak, orang dewasa pun pasti akan kesulitan untuk diberi perintah seperti itu. Menulis?

Betul, menulis. Sederet kalimat akan meluncur. Bila semua orang bisa menulis, tentu negeri ini akan penuh dengan karya sastra. Mungkin juga sastra tidak akan ada lagi, kalau semua orang bisa menulis, apalagi dengan kalimat yang indah dan berirama layaknya pujangga. Menulis memerlukan keterampilan tersendiri. Benarkah demikian?

Tidak juga sebenarnya. Pada dasarnya setiap orang dapat melakukan kegiatan tulis-menulis, bahkan secara menyenangkan. Tak ada keterampilan atau keahlian khusus dalam menulis. Anda mungkin mengenal nama Rachmania Arunita. Dia adalah perempuan muda pengarang novel remaja best seller, `Eiffel, I'm in Love'. Rachma mengaku pada awalnya tidak suka menulis. Tapi ketika guru bahasa Prancis mewajibkan murid-muridnya untuk membuat sebuah karangan, dia mulai ketagihan menulis. Rachma berkisah, awalnya ia sering melakukan plagiat alias menjiplak tapi ketahuan. Rachma pun kena omel dan dihukum untuk membuat PR mengarang. Tak diduga, hasil karangannya mendapat acungan jempol gurunya bahkan dipuji di depan kelas. Mulai dari situ Rachma pun ketagihan menulis hingga akhirnya ia menelurkan novelnya yang ternyata meledak di pasaran. Bahkan kemudian diangkat dalam film dengan judul yang sama.

Persoalan lain yang kerap mengganggu proses menulis adalah soal mood. Lainnya? Fasilitasnya tidak tersedia dengan lengkap, seperti komputer, laptop atau lainnya. Ah, itu sih alasan klasik. Lihatlah Agatha Christie, pengarang novel misteri terkenal. Anda mungkin bisa membayangkan susahnya orang menulis saat itu, di zaman tahun 1920-1930an. Namun dengan segala keterbatasan peralatan, lahir novel-novel berkelas dunia dari Agatha Christie, Ngaio Marsh, Sir Arthur Conan Doyle dan seabreg pengarang top lainnya.

Jadi sesungguhnya yang paling penting untuk menulis ialah niat dari awalnya. Kesungguhan tanpa dimulai dengan niat pada awalnya, tentu tak akan terlaksana dengan baik. Orang bijak bilang bahwa cara yang
paling sederhana untuk menumpahkan isi hati dan pikiran adalah dengan menulis, karena bila tidak, ia seperti sebuah saluran, suatu saat tersumbat dan meledak.

Seorang wanita bernama Dewi Hermayanti dalam suatu milis menceritakan unek-uneknya. Dewi mengatakan, "Kadang-kadang perlu rasanya untuk mengeluarkan apa yang ada di hati lewat tulisan. Apalagi rasanya sudah menyesak di dada. Cuma apa yang harus ditulis, bingung tidak tahu mau nulis apa, tapi rasanya memang perlu
menulis. Aneh memang. Tapi begitulah, Andai saja otak kita punya tombol print mungkin gampang saja mengeluarkan isi otak kita. Tinggal pencet print terus select subject, langsung keluar deh apa yang mau kita ungkapkan dalam tulisan. Sayang, otak kita cuma bisa memerintah si tangan untuk bergerak sesuai yang diperintahkan. "

Terkesan dengan unek-unek tersebut, Pak Hernowo dari Penerbit Mizan, menanggapi posting Ibu Dewi. Dia pernah melakukan studi kecil-kecilan tentang kegiatan menulis. Selama melakukan studi itu, nah ini yang penting, ia kemudian bertemu dengan Psikolog Pennebaker yang menganggap menulis dapat mengatasi depresi. Menulis itu dapat menyehatkan tubuh dan jiwa. Pennebaker meniru tradisi confession dalam agama Katolik dan menerapkannya pada pembuatan catatan harian. Bahkan seorang penulis kondang, Fatima Mernissi, juga bilang bahwa menulis setiap hari dapat mengencangkan kulit wajah. Hernowo pun bercerita bahwa ia bertemu dengan ahli linguistik bernama Dr. Stephen D. Krashen. Penelitiannya menunjukkan bahwa menulis dapat memecahkan problem-problem diri. Katanya, menulis itu menata pikiran. Jadi, kalau kita dapat menata problem kita, bisa jadi problem kita bisa hilang. Dan dia juga membuktikan bahwa menulis dan
membaca itu tidak dapat dipisahkan. Membaca itu memasukkan, dan menulis itu mengeluarkan. Demikian Hernowo menjelaskan dalam postingnya.

Keampuhan menulis tidak saja dialami Hernowo dalam penelitian kecil-kecilannya itu. Dari seberang sana, tepatnya di Amerika Serikat, Joshua M. Smyth, psikolog dari Syracuse University lebih jauh lagi menyatakan menulis dapat menghasilkan perubahan pada sistem imunitas dan hormonal dalam merespons beban stres, dan meningkatkan hubungan dan kemampuan kita menghadapi stres.

Contohnya, ada juga. Dia adalah Debra Van Wert, 44 tahun, dari Rochester, New York, setelah menderita Pre-Menstrual Syndrome (PMS) atau sindrom menjelang menstruasi selama lebih dari satu dekade, Debra mulai mencatat gejala-gejala yang dialami tubuhnya. Debra mengatakan, "Dengan membuat catatan, saya dapat mengantisipasi fase-fase hormonal dan mengidentifikasi minggu kapan saya berada pada kondisi paling fit dan paling buruk."

Kegiatan menulis tidaklah dimaksudkan untuk menjadi sastrawan besar, tapi paling tidak punya manfaat bagi kesehatan. Sebagaimana dikutip dari Majalah Reader Digest Indonesia, April 2005, berikut adalah sejumlah keuntungan dari menulis:

MENGURANGI BERAT BADAN. Para peneliti dari Women's Health Initiative menarik kesimpulan bahwa catatan harian tentang makanan yang dikonsumsi membantu menimbulkan kesadaran tentang konsumsi
kalori dan asupan lemak. Dan jika Anda mengetahui seberapa banyak yang telah dilahap, akan lebih mudah menguranginya.

MENINGKATKAN KUALITAS TIDUR. Ilmuwan di Temple University menemukan bahwa wanita yang menuliskan pengalaman traumatisnya – seperti pemerkosaan atau kecelakaan lalu lintas yang parah - ternyata jarang mengalami sakit kepala, susah tidur, dan gejala depresi dibandingkan mereka yang tidak mau menuliskannya.

MELAWAN PENYAKIT. Berdasarkan sebuah penelitian pada tahun 2002 di Ben-Gurion University, Israel, disimpulkan bahwa mereka yang menuliskan sebuah kejadian yang menjadi beban pikiran, akan mengurangi frekuensi kunjungan mereka ke klinik pengobatan selama l5 bulan ke depan.

MENGURANGI STRES. Sebuah studi di Chicago Medical School menemukan bahwa ketika penderita kanker yang kurang diperhatikan keluarganya menuliskan tentang penyakit yang diderita selama 20 menit setiap
hari, mereka jadi jarang mengalami stres selama enam bulan berikutnya.

Nah, mengapa Anda tidak menyiapkan pulpen dan kertas untuk mulai menulis sejak sekarang. Karena ternyata menulis bukan hanya menyenangkan, tapi juga menyehatkan lahir dan batin. Bahkan bisa jadi Anda dapat menangguk untung karenanya. Dan, jangan lupa, bila suatu saat Anda sakit, setidaknya satu resep sudah di tangan: "menulis". Ini bukan sekedar lelucon. Penelitian telah membuktikannya. So, tunggu apa lagi? Ayo Menulis!

Sumber: "Ayo Menulis!" oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta

Monday, September 1, 2008

Mini reuni Gonzaga angk 14

Mengundang semua Gonzaga-ers angkatan 14 (masuk tahun 2000) untuk hadir:
@ SMA Kolese Gonzaga
Sabtu, 6 September 2008
9.00 WIB (tepat waktu please...)

gak usah nanya siapa yg bakal datang ? naik apa ? yang penting LU HADIR !
yg lain akan menyusul.
Gak bisa datang jg gpp, lain kali juga ada kesempatan. Sayang ajah kesempatan ini dilewatkan..

Abis itu mau main bola kek, makan ke mana kek, nonton bioskop yg murah kek, be'gaul di coffee bean, gw kaga peduli dah... yg penting ketemu nya di GONZ. Okay ?

Sunday, August 31, 2008

Saat ber-internet ria di Eaton Wolter Monginsidi, dengan ditemani sang kekasih yang manis aku menjalankan Laptop Toshiba Tecra M2V dengan bantuan colokan listrik (hehe … makasih ya Mbak yg jaga Eaton, listrik nya sangat berguna ^^), tiba-tiba Dimas Yong (SMP Tarsat, Gonz 14) menyapaku dalam YM. Ternyata hari ini jam 7 sore di Hotel Dharmawangsa ada resepsinya Ria. WEW ! Jam 6 nanti mau misa karismatik di Gereja Santa (2 menit jalan kaki dari Eaton), perkiraan selesai 7.30 PM. Kalo pun bisa datang, pasti after 8 PM. Jadi deh gw memaksakan kehendak gw utk reuni dan hadir di resepsi itu, walau tidak diundang secara resmi. YM gitu loch…

Baju gw bener-2 salah kostum. Kaos polo kerah garis-2 coklat putih dengan bawahan jeans biru, sandal gunung Nike pun terpasang di kedua kakiku. Coba lu bayangin aja: resepsi wedding di Hotel Dharmawangsa pake baju kaya gitu. Mending gak usah dateng kan ? Blon lagi gak ada stok amplop putih kosong atau angpau di mobil Jazz Silver. Jadi deh pake amplop bekas Honda (sori ya Ria, bener-2 critical moment, gak di planning…)

Singkat cerita sampai di hotel, meninggalkan dengan berat hati sang kekasih di kursi dekat tempat piano, sebelum kolam renang, lalu bergegas mencari tempat resepsi. Jeng jeng jeng… ternyata tempatnya lebih keren dibanding 2 tahun lalu saat menghadiri resepsi teman cici ku. EO nya lebih profesional dan tentunya budget nya jauh lebih tinggi. Hehe... FYI bokap nya yg menikah itu Diamond di Amway, can you imagine it ?

Berjalan di tengah kerumunan orang yang mengenakan setelan jas + dasi dan gaun / kebaya sangatlah tidak nyaman, ketika Anda hanya menggunakan setelah yg saya pakai. Hehe... tapi... cuek aja lah... namanya juga kepepet... hoho ....

Temen SMP yang berhasil ketemu: Very, Dida, Adinda, Mia, Roy (Gonz), Rosa Elita (s2 Hukum UPH), Margareth Owen (work @ Sogo, Akuntansi Atma) bersama pacar (Akuntansi Atma juga), Tissa Amanda (Trans TV, komunikasi LSPR) bersama nyokap, Dimas Yonk, Maya 3F, Irene Vimala (TI-mat binus) bersama pacar, Ferdina (tim produksi TransTV) bersama pacar, Tyagita Silka Hapsari (buset...gw masih inget aja nama lengkapnya ^^), duh.. saking banyaknya orang jadi lupa deh... maap ya yg kelupaan disebut...

Sempet jadi tukang foto keliling juga, dasar cewe-2 narsis (hehe *no offense* girls). Memang kalau ketemu teman lama, pasti pangling mukanya, terutama cewe. Secara mereka ada yang demen merias diri dan memanjakan kulit wajahnya. Kaga heran sih...Semoga gak cuman wajah ajah yg di poles, yg lebih penting otak nya kudu berisi, percuma klo cantik-2 bego... hohoho... sori ya yg kesindir, terutama aktris-2 sinetron indonesia yg masih di bawah 21 tahun.

Makanan

Gak sempet coba semua, yang gw coba hanya sushi (plus wasabi dan kecap asin) dan Salmon Entrout (my fave). Lebih demen ketemu temen lama dibanding nyari makanan gratis (tumben banget nie...)

Thursday, August 28, 2008

Berbisnis beras

Seorang teman kuliah yang sekarang tinggal di Jawa Tengah sempat ngobrol di YM tentang bisnis nya di komoditi, spesifiknya beras. Ternyata bisnis ini memiliki kesamaan dengan teman SMA ku yg sedang kuliah di Atma Jaya. Semoga pembahasan berikut dapat membantu teman-2, don't hesitate to comment or critics my opinion...

Bisnis barang komoditi seperti beras haruslah melihat sektor makro ekonomi. Karena, biasanya di barang komoditi, tidak bisa main harga. Harga kebanyakan sudah dipatok. Karena supplier di daerah Jawa Tengah dan Jogja, sawahnya juga di daerah sana maka perlu dipertimbangkan transportasinya. Karena dampak pemilihan media transport akan sangat mempengaruhi ongkos transport. Seperti kita tahu, jalur Pantura Jawa-DKI Jakarta cukup jauh, dan kendaraan yg cocok untuk mengangkut beras sepertinya adalah truk ukuran besar. Untuk efisiensi, ada baiknya dalam pengiriman barang 1x, barang yg diisi dalam muatan truk adalah FULL. Jangan biarkan kemasan menghalangi perjalanan. Maksudnya, beli lah dalam kemasan yg paling besar, kalau perlu TIDAK usah pakai kemasan. Ini mengurangi biaya produksi. Jadi nanti packaging nya di lakukan di tempat Anda.
Contoh kasus: ngirim beras 1 truk, di packaging 5 liter per plastik dari Jawa Tengah ke DKI Jogja akan sangat berbeda dengan pengiriman (misal) 5 kwintal beras tanpa kemasan dari JaTeng ke DKI.
Pertama, supplier tidak perlu pusing tentang packaging. Ongkos bisa berkurang. Kemudian, bila tanpa kemasan, kita bisa dengan mudah menentukan sendiri kemasan yg ingin kita jual. Apakah mau jual eceran, semi grosir atau partai besar. Misalnya: 1lt, 5 lt, 10 lt, 1 kwintal. Jangan sampai terpatok pada kemasan yg diberi oleh supplier.
Kedua, plastik atau kemasan apa pun pasti memiliki berat. Kalau 1 truk muat 100 plastik @ 5 liter, andaikan saja 1 plastik = 100 gram. Berarti sudah ada 10 kg penambahan muatan bukan produk utamanya. What a waste ?

Target Market yg paling mungkin disasar adalah:
  • retail
  • corporate
  • pasar
~to be conclude~

Review acara :”Cultural Exchange in Golden Relationship”

Auditorium terasa lengang saat ku berjalan pelan memasukinya, 16.55 saat itu, seharusnya acara mulai tepat pk 17.00 (kalau ngaret dikit, di toleransi lah…) Tampak hanya barisan depan dari seat yang terisi penonton. Tampak 1 baris anak perempuan memakai seragam putih dengan bandana hijau bermanik-manik. Di barisan depan, kursi-2 ditempel kertas putih bertuliskan

“VIP” = Very Important Person à akhirnya gw duduk di barisan ini loch… ^^

“Undangan”

“PS FV 1” = Paduan Suara SMU Fons Vitae 1

“Karawitan Jawi” = UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Atma Jaya yang berkonsentrasi dalam pengajaran kebudayaan Jawa

Setelah dibuka acara oleh MC pria yang tampak talkative dengan bahasa Inggrisnya, Dr. Rusminto pun menyampaikan pidato pembukaan. Dalam pidatonya disinggung tentang pertukaran budaya antara Indonesia dan Jepang, acara ini juga merupakan salah satu cara promosi FIA (Fakultas Ilmu Administrasi) secara khusus dan Atma Jaya pada umumnya, dan di akhir pidatonya ia menyampaikan agar penonton bisa belajar dari kebudayaan Jepang, tentunya mengambil yang positifnya.

Disusul pidato pembukaan dari President of K3J “Angelina Nova”, seorang mahasiswi yang cukup tinggi, membaca teks pidatonya dengan sedikit grogi ^^. Waktu menunjukkan pk. 17.20

Kemudian seorang Chairman bernama Mr. Remi (lupa dari organisasi apa ^^;;) menyampaikan kata sambutannya.

Acara pun dimulai dengan perform dari Saraswati Dancer. Merupakan Indonesian Swan Dancer yang berasal dari tarian Bali yang di-improvisasi. Dua penari Indonesia yg mengenakan tank-top hijau, bawahan putih, lengkap mahkota mas dan kain sayap (abis kaya sayap bentuknya…) membawakan tarian Bali dengan lemah gemulainya. Dengan posisi kadang saling membelakangi, mereka bergoyang bebas di atas panggung kayu dengan alunan musik Bali yg kental.

Perform berikutnya adalah PS FV 1. dengan barisan 2 bersaf, mereka dengan sukses membawakan tembang Indonesia “Bengawan Solo”. Dengan gaya yang mendayu-dayu (mereka sambil nyanyi sambil joget cing !) dan iringin keyboard, suara-2 indah pun melantun dari mulut-2 anak SMA tersebut. Semuanya perempuan, sayang sekali sound system nya kurang bagus, kadang terdengar bunyi “kresek-2”.

Lagu Jepang terkenal “Sukiyaki” menjadi pilihan berikutnya. Sudah lama juga tak mendengar lagu yg terkenal di Amerika tahun ’93. ternyata lirik lagu ini tak ada hubungannya dengan masakan Sukiyaki ataupun dengan Jepang. Inti dari lagu tersebut adalah “orang yang tegar dan hebat”

Kemudian tarian pelaut dari Hokaido / Soran Bushi menjadi tontonan selanjutnya. Bertajuk "tarian tradisional yang dimodifikasi, dengan gaya: nelayan yg melempar jalan, nangkap ikan". ternyata oh ternyata ... UKM K3J mengajarkan tarian ini pada anggotanya, proficiat ! hebat sekali sebuah UKM di Jakarta bisa mendalami tarian tradisional Jepang.



Karawitan Jawi menjadi performer selanjutnya. Karawitan sendiri secara harafiah berarti 'gong'. Tampak belasan anak Atma UKM Karawitan memasuki panggung dengan seragam batik. Lagu pertama dibawakan secara instrumental. Kedua, di awali percakapan singkat dalam boso Jowo. Sayang...logatnya ga' dapet. Lagu ke2 adalah "Manuk Dadali" Dengan 4 pe-sinden. Menggunakan alat-2 seperti saron, bonang kecil, bonang besar (beda di nada doank, yg besar lebih nge-bass), peking, kenong, kendar dan gong.



Di setiap pergantian perform, pasti MC nya masuk dan mengisi waktu luang dengan tak lupa membacakan adlips... tapi adlibs nya kepanjangan dan intensi nya terlalu tinggi. Penonton jadi ada yg ketawa ketika disebutkan "acara disponsori oleh Yakult saya minum 2, Pocari Sweat ..." Ditambah microphone yang kabel nya bikin ribet dan suaranya kacau.



Soran Bushi menjadi atraksi berikutnya.



Setelah itu break utk mengambil snack. Antrean nya benar-2 panjang dan berbondong-2, layaknya antrean di halte busway... hehe...



Sedikit info dari MC, *promosi dikit ahhh* APU yg datang ke Indonesia beranggotakan 23 orang Jepang, 18 orang Thailand dan 4 orang Thailand. APU terletak di Jepang dengan prefaktur yang mayoritas bahasanya 65% adalah Inggris. Mereka menerima beasiswa mulai dari 35%-100% biaya kuliah. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, silakan datang ke APU @ Sumitmas lantai 5.



Acara ini turut didukung oleh Yakult, Pocari Sweat, Kratingdaeng

Sponsor by: Komatsu, Sumitmas, Astragraphia, Fuji Xerox, Ristsumeikan Asia Pacific University

Media support by: Hana Lala, Elex dan lain-2 ^^

Special Thanks to: KBRI Tokyo, Pemda Sumbar, Pemko Padang Panjang, Pemko Bukit Tinggi, Univ. Bung Hatta, STSI Padang Panjang, Unika Atma Jaya, G stylas, China Airlines, Univ. Tarumanegara, Taman Impian Jaya Ancol.

Terlatih Ditolak - sebuah parodi

Aku sudah mulai lupa Saat pertama kali ditolak Dari penolakanyang halus Hingga diusir dari rumahnya *Terima kasih kalian  Barisan penolakan ...